Share

Bab 4

Sesampainya di rumah Jasmin langsung berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan diri dan melaksanakan sholat Ashar. Rakaat demi rakaat ia laksanakan dengan khusyuk, hingga diakhir sholatnya Jasmin tidak lupa untuk berdoa. Fatimah yang hendak bicara dengan putrinya, hanya berdiri di depan pintu kamar Jasmin menunggu putrinya yang sedang berdoa.

 

" Tok tok tok " Fatimah menyadarkan Jasmin yang sedang merapikan mukenanya.

 

" Eh ibu, masuk bu " Fatimah pun masuk ke dalam kamar Jasmin

 

" Hari ini kamu kemana saja nak ?" tanya Fatimah seraya duduk di tepi tempat tidur. Usai menaruh mukena di atas meja, Jasmin duduk berhadapan dengan ibunya dan memegang ke dua tangan ibunya.

 

" Maafin Jasmin ya bu, sebenarnya siang tadi Jasmin bertemu dengan laki-laki. Tapi ibu tenang saja, Jasmin di temani Hana bu " Jasmin menatap wajah ibunya

 

" Siapa laki-laki itu nak ?" tanya Fatimah lembut

 

" Dia Rafa bu, Rafa sudah menikah dengan perempuan pilihannya " jawab Jasmin menunduk.

 

" Ibu sudah tahu kalau nak Rafa sudah menikah " 

 

" Jangan sedih nak... Masih banyak laki-laki yang lebih baik dari Rafa " Fatimah mengusap lembut pipi putrinya.

 

" Iya bu ... Jasmin akan coba mengambil keputusan dengan sholat istikharah " jawab Jasmin

 

" Nah ... ini baru anak ibu yang Sholehah " puji Fatimah. Jasmin memeluk tubuh ibunya, setetes air mata mengalir tanpa izin empunya. Dengan cepat Jasmin menyeka air matanya, ia tidak ingin melihatkan kesedihan di depan ibunya.

 

" Bu ... Apa ayah sudah pulang ?" tanya Jasmin seraya melepaskan pelukannya.

 

" Sudah nak, baru saja " jawab Fatimah

 

" Jasmin ingin bertanya sesuatu bu, ayo bu kita temui ayah " ajak Jasmin

 

Mereka beranjak dari duduknya dan berjalan beriringan menuju kamar dimana Ismail berada. Diusianya yang sudah lanjut, Ismail kini membatasi pekerjaannya. Ia tidak ingin memaksakan dirinya untuk mengejar duniawi. Dengan keuangan yang bisa dikatakan lebih dari cukup, kini Ismail meluangkan waktunya untuk bersama berkumpul dengan putrinya yang ia yakini akan menikah dan ikut bersama suaminya kelak.

 

" Ceklek " suara pintu terbuka

 

" Assalamualaikum ayah ..." ucap Jasmin memasuki kamar diikuti oleh Fatimah yang menutup pintunya kembali.

 

" Wa'alaikumus salam nak " jawab Ismail yang sedang duduk menyandar di tengah-tengah tempat tidur. Jasmin duduk di samping kanan sedangkan Fatimah duduk di samping kiri Ismail.

 

" Kenapa ni, tumben anak ayah nyamperin ke kamar ?" tanya Ismail mendekap ke dua tubuh perempuan yang sangat ia cintai.

 

" Yah Jasmin mau tanya, ayah tahu laki-laki yang akan dijodohkan dengan Jasmin ?" tanya Jasmin menatap wajah ayahnya.

 

" Tentu " jawabnya singkat

 

" Apa dia tampan ??? dan bagaimana dengan agamanya ?" tanya Jasmin, mendengar pertanyaan Jasmin Fatimah ikut tersenyum

 

" Jangan pernah menilai seseorang dari fisiknya sayang, soal tampan atau tidak yang penting agamanya oke " jawab Ismail

 

" Iya iya, siapa tahu ayah mau menjodohkan Jasmin dengan laki-laki yang sudah tua, duda pula " ucap Jasmin

 

" Nak ... Emang kamu mau menikah dengan laki-laki yang sudah tua, gigi ompong seperti ayah " goda Ismail, Jasmin menepuk pelan dada ayahnya.

 

" Ayaaahh " seru Jasmin.

 

" Sudah ayah ingin ke Masjid, sekarang kamu kembalilah ke kamar kamu nak. Ayah ingin berduaan dengan ibu mu saja "Ismail kembali bercanda dengan putrinya dan beralih memeluk sang istri.

 

" Iya iya .... Mentang-mentang ini kamar ayah, " gerutu Jasmin sambil turun dari tempat tidur ayahnya, dan meninggalkan ayah serta ibunya didalam kamar.

 

******

 

Di bawah shower yang menyala Rafa mengguyur tubuhnya, entah perasaan apa yang selalu hadir mengingat Jasmin yang sekarang semakin cantik dengan balutan hijab. Laki-laki mana yang tidak terpesona dengan kecantikan dan keanggunan Jasmin. Rafa baru menyadari dirinya salah melangkah, Rafa menyesali semua perbuatannya. Bayangkan saja perempuan mana yang sanggup menunggu dirinya sukses sedangkan si perempuan berusaha mematangkan agamanya untuk suaminya kelak. Bahu Rafa bergetar hebat, ia terus memukuli dinding kamar mandi dengan kepalan tangannya.

 

" Maafkan aku Jasmin, aku memang bodoh... Seharusnya aku tidak mempermainkan mu "

 

" Kamu pasti terluka, "

 

" Apa yang harus aku lakukan, apa aku harus berpisah dengan istriku yang sekarang "

 

" Aaaaaaahhhkkk rasanya tidak mungkin " Rafa terus memukuli dinding hingga tangannya terluka, kini hatinya dilanda kebingungan dan penyesalan. Ia tidak mungkin menceraikan istrinya yang baru saja ia nikahi dan usia pernikahan mereka bisa dikatakan masih seumur jagung.

 

" Sayang... Apa kamu baik-baik saja ??

ini sudah pukul tujuh, " teriaknya seraya menggedor pintu kamar mandi dimana Rafa berada. Rafa memang sudah satu jam lebih di dalam kamar mandi, membuat istrinya cemas dengan keadaan Rafa di dalam.

 

" Aku baik-baik saja " jawab Rafa lirih tanpa membuka pintu kamar mandi. Rafa kembali duduk di lantai kamar mandi dengan pakaian yang basah kuyup dan mengabaikan kesehatannya. Mungkin inilah cara dia meratapi kebodohannya.

 

*******

 

Di rumah Jasmin, Jasmin dan kedua orangtuanya sedang menikmati makan malamnya. Jasmin sangat senang dengan semua masakan ibunya. Fatimah selalu mengambilkan makanan lebih dulu untuk suaminya.

 

" Sayang kalau kamu nanti punya suami, masaklah dan makan bersamanya. Jangan mementingkan perut sendiri " ucap Fatimah seraya mengambilkan lauk pauk untuk suaminya.

 

" Iya bu... Jasmin akan ingat kata-kata ibu " jawab Jasmin tersenyum kearah ibunya yang kini beralih mengambil piring Jasmin.

 

" Terimakasih bu " ucap Jasmin setelah di ambilkan nasi dan lauk pauk oleh ibunya, Ismail tersenyum melihat Jasmin.

 

" Masakan ibu memang selalu membuat Jasmin rindu " celoteh Jasmin saat makan.

 

" Sudah makan dulu, kalau makan jangan sambil bicara " sahut Fatimah yang diacungi jempol oleh Jasmin, Fatimah pun menggelengkan kepalanya seraya tersenyum melihat tingkah laku putrinya.

 

Usai makan malam, Jasmin dan kedua orangtuanya berkumpul di ruang tamu. Mereka bercengkrama hingga malam tiba, canda tawa menghiasi ruangan yang dulu sepi. Tanpa terasa waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Jasmin pun mengingatkan kedua orangtuanya untuk sholat serta tidur karena esok hari ayahnya akan kembali bekerja. Begitupun dengan Jasmin yang berpamitan untuk pergi ke kamarnya lebih dulu. Sesampainya di dalam kamar Jasmin merebahkan tubuhnya dan memeluk guling.

 

" Kira-kira wajah yang akan menjadi imam ku seperti apa ya " gumam Jasmin seraya membayangkan wajah laki-laki yang belum ia kenal. Tak lama Jasmin pun terlelap karena rasa kantuknya yang melanda.

 

Jasmin terbangun pukul dua belas malam, ia pun teringat belum sholat Isya. Dengan segera Jasmin mengambil air wudhu lalu menggelarkan sajadah ke arah kiblat. Usai sholat Isya ia pun teringat akan kebingungannya, Jasmin kembali melanjutkan untuk sholat Istikharah memohon petunjuk dari Allah. Dengan khusyuk Jasmin melaksanakan sholat, di keheningan malam Jasmin pun berdoa agar diberi petunjuk untuk memilih imam yang tepat. Usai berdoa tangan Jasmin meraih Al-Qur'an pemberian dari Ustadzah Aisyah, lantunan ayat suci Al-Qur'an terdengar sangat merdu menghiasi malam yang sunyi.

 

 

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status