Share

Bab 5

Cukup lama Jasmin melantunkan ayat-ayat Allah, hingga ia mengakhiri bacaannya dan mencium Al-Qur'an yang ada di tangannya.Di ruangan kamar dengan cahaya yang temaram, Jasmin termenung dengan badan yang menyandar di tempat tidur. Pandangannya melihat kearah laptopnya yang berada di atas meja.

" Di usiaku yang sudah dua puluh empat tahun, aku belum bisa membahagiakan orangtua ku " batin Jasmin seraya menghela nafas panjangnya. Ia kembali teringat akan doa ibunya yang tak sengaja ia dengar, seketika Jasmin turun dari tempat tidurnya dan menyalakan lampu belajarnya serta duduk di kursi. Tangan Jasmin mulai membuka laptop miliknya

" Bismillah semoga ini keputusan yang tepat " gumam Jasmin, jari lentiknya kini mulai mengetik untuk mengisi CV. Kata demi kata ia rangkai sedemikian sopan. Dengan cermat ia meneliti kembali hasil ketikannya.

" Alhamdulillah selesai " lirih Jasmin lalu ia print out hasil ketikannya. Satu lembar kertas keluar dari printer, dengan cepat Jasmin mengambilnya dan memasukkan kedalam map berwarna coklat.

" Bismillah semoga imam ku berbudi baik serta berakhlak mulia Aamiin " Jasmin mencium map tersebut dengan senyuman yang mengembang di wajahnya, lalu ia letakkan map tersebut di atas meja untuk diserahkan kepada ayahnya besok pagi.

" Saatnya tidur " Jasmin memadamkan lampu kamarnya, ia kembali ke tempat tidur menarik selimut untuk menutupi badannya dan tidak lupa mengaktifkan alarm di ponselnya agar tidak kesiangan.

Pukul 05.30

Ismail yang baru saja pulang dari Masjid usai melaksanakan sholat subuh berjamaah, menghampiri istrinya yang tengah masak dengan di bantu Bi Ani.

" Bu... Jasmin kemana ?, tumben putri kita belum bangun " Ismail menyadarkan Fatimah yang tengah asik dengan peralatan dapurnya. 

" Iya ya, ibu sampai lupa. Ya sudah ibu coba  ke kamarnya. Bi tolong lanjutkan masaknya ya, saya tinggal sebentar " perintah Fatimah, 

" Baik bu " jawab Bi Ani, Fatimah bergegas menuju kamar putrinya sedangkan Ismail ia berjalan memasuki kamarnya untuk bersiap-siap berangkat kerja.

Sesampainya di kamar Jasmin, Fatimah menggelengkan kepalanya. Suara alarm ponsel yang terdengar nyaring tidak mampu membangunkan Jasmin yang masih terlelap.

" Hemmm bagaimana kamu nikah nanti nak " gumam Fatimah yang tidak mengetahui putrinya tidur di jam malam menjelang waktu subuh. Fatimah menyalakan lampu kamar dan membangunkan Jasmin dengan menggoyangkan lengan Jasmin.

" Emmmhhh jam berapa bu ?" tanya Jasmin dengan suara seraknya

" Jam enam," kilahnya agar putrinya cepat bangun

" Ayo cepat bangun. Kamu pasti belum sholat subuh kan ? " tanya Fatimah

" Iya bu, ayah sudah berangkat kerja bu ? " tanya Jasmin seraya berjalan ke arah kamar mandi.

" Belum, sayang... Sudah mandi gih belum sholat juga. Ibu tunggu di ruang makan ya" jawab Fatimah, sepintas Fatimah melihat map coklat yang tergeletak di atas meja namun ia lebih memilih untuk mengabaikannya.

" Siap komandan " sahut Jasmin dengan wajah tersenyum. Fatimah keluar kamar Jasmin dan kembali melanjutkan memasak.

Mengingat waktu subuh yang akan segera berakhir, dengan cepat kilat Jasmin membersihkan diri. Seperti biasa Jasmin memilih gamis untuk ia kenakan di dalam rumah, setelah berpakaian rapih ia kembali ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Diakhir sholatnya ia selalu berdoa, agar Allah tidak mengambil nyawa orangtuanya disaat nanti ia jujur bahwa dirinya sudah hafal tiga puluh juz. Air matanya kembali menetes tak sanggup membayangkan itu terjadi pada dirinya. Selesai berdoa Jasmin menyeka air matanya dan becermin melihat wajahnya yang sedikit sembab. 

Jasmin melepaskan mukenanya dan  bergegas menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya, 

" Sepertinya sudah nggak kelihatan habis nangis " ucapnya seraya becermin dan mengelap air di wajahnya dengan handuk.

Jasmin kembali merapihkan perlengkapan sholatnya, setelah usai ia keluar kamar dengan balutan hijab. Namun Jasmin tidak menyadari ada benda yang tertinggal untuk di serahkan kepada ayahnya. Sesampainya di meja makan Jasmin melahap masakan ibunya. Hingga Ismail berpamitan untuk berangkat ke kantor, Jasmin belum menyadari CV yang telah di  kemas rapih belum ia serahkan kepada ayahnya. Jasmin dan Fatimah melihat mobil yang di tumpangi Ismail melesat kian jauh. Ketika sudah tidak terlihat Jasmin dan Fatimah memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.

" Nak .. . Tadi ibu lihat ada map coklat di atas meja ...." belum selesai Fatimah berbicara Jasmin menatap wajah ibunya.

" Astaghfirullah bu... Jasmin lupa kasih ke ayah " selah Jasmin 

" Loh emang map itu isinya apa nak ?" tanya Fatimah yang ingin tahu isinya

" CV untuk calon imam Jasmin bu " lirih Jasmin dengan wajah yang bersemu merah.

" Alhamdulillah, nanti biar ibu temani antar ke kantor ayah. Kebetulan tadi ayah bilang siang ini, ada tamu istimewa" tuturnya seraya jalan lebih dulu

" Benarkah ?" tanya Jasmin dengan wajah berbinar

" Iya " jawab Fatimah menoleh ke belakang.

" Terimakasih ibu " Jasmin memeluk erat ibunya dari belakang dan mencium pipi ibunya

" Anak ibu sekarang sudah dewasa, sebentar lagi akan menikah. Ibu harap kamu bisa menjadi istri yang patuh " Fatimah mengusap lembut pipi Jasmin, Jasmin pun mengangguk dan melepaskan pelukannya.

" Maaf bu, Jasmin belum bisa jujur tentang hafalannya " batin Jasmin merasa bersalah.

Tepat pukul sebelas siang dimana mentari sudah bersinar terang, Fatimah bersiap-siap mengemasi makanan untuk Ismail sekaligus untuk dirinya dan Jasmin. Siang ini mereka berencana untuk makan siang bersama. Jasmin yang sudah siap berangkat dengan balutan gamis berwarna biru langit, dipadukan dengan hijab berwarna merah muda membuatnya terlihat sangat cantik bagi kaum Adam yang melihatnya. Serasa sudah cukup dan tidak ada barang yang tertinggal Jasmin keluar dari kamar dengan tas kecil serta map coklat ditangannya. Dari jarak yang tidak terlalu dekat Jasmin melihat ibunya yang tengah sibuk mengemasi kotak bekal.

" Ibu ... Apa makanan ini nggak terlalu banyak bu ?" tanya Jasmin seraya membantu ibunya.

" Sayang...ini semua pasti akan habis " jawab Fatimah tersenyum

Usai mengemasi makanan, Jasmin dan Fatimah memasuki mobil yang akan dikendarai oleh Jasmin. Hanya butuh waktu tiga puluh menit untuk mereka sampai di kantor Ismail.

Sesampainya di kantor semua karyawan tahu kalau Jasmin adalah putri tunggal dari pemilik perusahaan. Jasmin dan Fatimah tersenyum ramah kepada karyawan yang melihat kedatangannya.

" Assalamualaikum Ayaaah " salam Jasmin saat masuk ke dalam ruangan ayahnya tanpa mengetuk pintu diikuti oleh Fatimah yang berjalan di belakangnya. 

" Wa'alaikumus salam nak " jawab dua orang laki-laki bersamaan, Ya laki-laki paruh baya yang duduk di depan ayahnya adalah calon besan. Namun Jasmin belum mengetahuinya. Jasmin meletakkan bekal makanan siang di atas sofa. Wajah ceria Jasmin berubah, ia menunduk sopan dan mengatupkan kedua tangannya begitupun dengan Fatimah saat bersalaman dengan pria yang bukan muhrimnya.

" Ada apa bu tumben kesini ? " tanya Ismail

" Pagi tadi itu... Ada yang lupa kasih ayah CV untuk calon mantu kita yah " jawab Fatimah yang duduk bersebelahan dengan Jasmin.

" Maksudnya kamu ingin bertukar CV dengan putra saya nak ? " tanya Musa terkejut, Jasmin pun mengangguk tersipu malu.

" Alhamdulillah satu langkah maju pak besan " timpal Ismail tertawa bahagia menyelimuti ruangan.

" Asal ayah tahu, kertas ini yang membuat putri kita telat bangun " imbuh Fatimah menggoda Jasmin, sambil memegang map coklat di tangannya.

" Ibu ..." lirih Jasmin sambil memegang tangan ibunya tak kuasa menahan malu.

" Sayang ... Dialah yang meminta mu untuk menjadi anak mantu di keluarganya. Ayah percaya kalau putranya adalah anak yang baik dan tentunya bisa menjaga kamu nak " ucap Ismail

" Iya yah " jawab Jasmin tersenyum ramah, begitupun dengan Musa.

" Ya sudah .... Mari pak besan kita makan siang bersama, jarang - jarang kita bisa berkumpul " ajak Ismail. Tanpa canggung Musa yang memang sudah kenal lama sahabatnya pun mengiyakan dan mereka makan siang bersama dengan nikmat

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kasmariah Kadir
ceritanya menarik,lanjut thoor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status