Share

Bab 10

Di kamar Jasmin nampak cantik dengan balutan kebaya pengantin, tentunya dengan gaun yang tertutup dan menghindari baju yang ketat agar lekuk tubuhnya tidak terlihat. Dengan di bantu MUA untuk merias wajah, Jasmin berpesan agar tidak mencukur alisnya. Setelah sudah selesai semuanya, Hana datang ke kamar Jasmin. Sebagai sahabat yang baik, Hana tidak ingin melewatkan acara sakral sahabatnya.

" Assalamualaikum " salam Hana masuk ke dalam kamar Jasmin, dan melihat Jasmin yang usai dirias.

" Wa'alaikumus salam " jawab Jasmin yang kini masih duduk di depan cermin.

" Masya Allah... Alhamdulillah wa syukurillah, akhirnya sahabatku akan melepas masa lajangnya " ucap Hana seraya memeluk tubuh Jasmin dari belakang, yang kini duduk menghadap ke cermin. Wajah haru Hana terlihat jelas di cermin.

" Alhamdulillah... Terimakasih atas supportnya, kamu memang sahabat terbaik ku Hana " jawab Jasmin seraya mengusap lembut pipi Hana yang kini menyandar di bahunya.

" Doakan agar semuanya berjalan lancar Hana " pinta Jasmin dengan air mata yang sudah mengumpul di pelupuk.

" Pasti, pasti aku doakan untuk mu sayang " jawab Hana.

" Sudah kenapa suasananya jadi melow begini, pengantin yang sudah cantik nggak boleh sedih " imbuh Hana seraya menghapus air mata Jasmin menggunakan tisu, dengan pelan Hana menyeka air mata Jasmin dan tetap menjaga make up Jasmin tidak berantakan.

" Terimakasih " ucap Jasmin, mereka pun saling melemparkan senyuman.

" Ceklek ! " pintu terbuka.

" Nak... Calon imam mu sudah datang, ayo Nak Hana bantu Jasmin untuk keluar " ucap Fatimah yang baru saja datang. Fatimah dan Hana membantu Jasmin untuk keluar dari kamarnya, Jasmin dituntun oleh dua wanita yang memang sangat berarti dalam hidupnya. Dengan balutan gaun kebaya putih, hijab yang senada serta riasan wajah yang sederhana membuat Jasmin semakin memancarkan aura kecantikannya. Semua mata terpana saat Jasmin menuruni anak tangga, Jasmin sadar dirinya kini menjadi pusat perhatian. Jantungnya terus berdetak kencang seperti genderang yang tak mampu berhenti. Sesekali ia menetralkan rasa geroginya dengan mengambil nafas panjang.

" Tenang " lirih Hana, Jasmin hanya bisa mengangguk dan tetap tersenyum. Hana yang mengetahui sahabatnya kini sedang nervous berusaha menenangkannya karena  tangan Jasmin terasa dingin saat Hana menggenggamnya. 

Sesampainya di depan penghulu, Jasmin duduk disamping Syarif.

" Bismillah Ya Allah, semoga ini langkah terbaik hamba untuk meminangnya " batin Syarif.

Tangan Syarif mulai menjabat tangan tangan Ismail, Syarif mulai mengucapkan ijab kabul dengan tenang dan lantang.

" Sah ?" tanya pak penghulu.

" Sah " jawab riuh para saksi.

" Alhamdulillah" seru semua orang.

Semua orang yang ada di aula pernikahan meng Aamiin kan doa penghulu, air mata Jasmin kembali keluar di mata cantiknya. Dengan segera ia menghapusnya dengan tisu di tangannya. Setelah doa selesai di panjatkan, Jasmin mencium tangan laki-laki yang kini sudah sah menjadi suaminya. Dengan berdoa dan pelan Syarif pun mencium kening istrinya untuk pertama kali. 

Sesi berfoto pun tiba, sepasang pengantin yang baru saja halal kini di minta berdiri untuk mengambil dokumentasi dengan memegang buku nikah. Usai berfoto, mereka saling menyematkan cincin di jari pasangannya. Cukup nervous bagi dua insan yang kini baru saja saling mengenal, tangan Jasmin terlihat jelas gemetar dan mengubah suasana haru kini berubah menjadi tawa di hari bahagianya.

" Bismillah" Jasmin berusaha menenangkan hatinya yang terus berdebar, hingga akhirnya cincin pernikahan tersemat di jari manis Jasmin. Saat Jasmin akan menyematkan jari di tangan Syarif terdengar suara ribut di depan rumah Jasmin. Dengan cepat Jasmin menyematkan cincin di jari manis suaminya. Semua tamu yang berada di dalam rumah kini berhamburan melihat keributan yang terjadi di luar begitupun dengan Jasmin dan Syarif yang ingin mengetahui apa yang terjadi.

" Jasssmiiiiin !!! "seru Rafa kedua lengannya di cengkram oleh dua satpam yang menjaga rumahnya.

" Jasmiiiiin kamu harus membatalkan pernikahan ini Jasmin ! " seru Rafa.

" Siapa dia ya ? " 

" Mungkin itu temanya Jasmin "

" Itukan anak kampung sebelah " ucap para tetangga yang berusaha menebak apa yang terjadi.

" Bapak-bapak dan ibu-ibu silahkan kembali masuk dan nikmati hidangan yang sudah tersedia. Biarkan mereka menyelesaikan masalahnya " jelas Ismail menggiring kembali tamunya untuk masuk.

" Ada perlu apa datang kesini mas ?" tanya Jasmin dengan pandangan lurus

" Jasmin, aku mohon... Menikahlah denganku " pinta Rafa, Syarif yang berdiri di sebelah Jasmin hanya tersenyum melihat Rafa.

" Aku tahu aku salah, aku menyesal sudah mengabaikan mu Jasmin. Aku janji akan menceraikan istri ku Jasmin " ucapnya dengan nada memohon...

" Dengan mudahnya kamu mengatakan cerai mas, bertaubatlah mas. Dan ... Jalani kembali rumah tangga yang sudah kamu pilih. Bawalah istrimu untuk hijrah, meskipun tidak sepi dari ujian. Jangan mengharapkan aku, karena aku sudah menikah " jawab Jasmin, Syarif menghampiri Rafa.

" Bersabarlah" Syarif menepuk bahu Rafa.

" Pak, lepaskan. Biarkan dia pergi " pinta Syarif ramah. Kedua satpam itupun melepaskan lengan Rafa dan kembali ke pos. Saat Syarif ingin menghampiri istrinya hal tak diinginkan pun terjadi 

" Aaakkkhhh ini semua gara-gara kamu !" seru Rafa seraya mengayunkan pukulan kepada Syarif membuat Jasmin histeris karena Syarif terjatuh pingsan.

" Mas... Mas bangun mas " Jasmin berusaha menyadarkan Syarif dan memangku kepala suaminya. Rasa cemas menyelimuti hati Jasmin.

" Ayah tolong Jasmin.... Ayah !" teriak Jasmin seraya membantu suaminya yang tak sadarkan diri. Rafa kembali diamankan oleh satpam.

" Suami kamu kenapa nak ?" tanya Ismail yang baru saja keluar dari dalam rumah bersama Musa.

" Dia yah... Dia sudah memukulnya " Jasmin menunjuk kearah Rafa yang kini terdiam.

" Plak ! beraninya kau menyentuh putra ku " Musa menampar keras pipi Rafa.

" Amankan dia " perintah Ismail.

" Siap pak !" jawab kedua satpam membawa Rafa ke pihak yang berwajib. 

Jasmin memandangi wajah suaminya yang tak sadarkan diri, entah kenapa hatinya sedih melihat perlakuan Rafa ke suaminya.

Diruang kamar yang terlihat indah layaknya kamar pengantin. Jasmin, Musa dan Ayesha menunggu hasil dokter yang sedang memeriksa Syarif. Sedangkan orangtua Jasmin menyambut para tamu yang berdatangan. Jasmin terus meneteskan air matanya, ia tidak menyangka Rafa setega ini merusak hari bahagianya.

" Sudah nak, Syarif pasti sembuh " Ayesha terus menenangkan mantunya yang duduk di sisi Syarif.

" Apa yang dikatakan oleh ibu mertuamu benar nak, suamimu hanya tidak sadarkan diri. Sebentar lagi pasti siuman " jelas dokter yang memang turut hadir dalam akad tadi.

" Alhamdulillah " lirih Jasmin.

" Apakah benar ?" tanya Musa, seorang dokter pun mengangguk dan tersenyum ramah.

" Benar pak, jika ada keluhan lain segera hubungi saya " perintahnya.

" Terimakasih dok " jawab Jasmin.

" Saya permisi karena harus kembali ke rumah sakit " jelasnya.

" Mari saya antar " Musa dengan senang hati mengantarkan dokter pribadi keluarga Jasmin. Di dalam ruangan kini tinggallah Jasmin dan Ayesha.

" Bu ... Maafkan semua yang terjadi, semua karena Jasmin" lirih Jasmin menatap wajah Ayesha dengan genangan air mata yang akan jatuh.

" Kamu nggak bersalah nak, ummi bersyukur mempunyai mantu seperti mu sayang. Umi berdoa agar rumah tangga anak-anak umi selalu bahagia " ucap Ayesha mengusap pipi Jasmin.

" Aamiin, terimakasih bu " jawab Jasmin.

" Jangan panggil ibu, panggil saya ummi seperti Syarif memanggil saya " Jasmin pun mengangguk.

" Ya sudah ummi tinggal dulu ya, ummi mau keluar sebentar " Ayesha sengaja meninggalkan Jasmin berdua dengan Syarif.

" Iya ummi " jawab Jasmin tersenyum. Selepas kepergian Ayesha, Jasmin berganti pakaian dan membersihkan riasan di wajahnya. Setelah selesai Jasmin mengambil kursi untuk menyandarkan kepalanya disisi tempat tidur. Rasa lelah karena menangisi kejadian pagi tadi, Jasmin tak terasa memejamkan matanya. Tak lama Jasmin terpejam, Syarif siuman dan melihat kedatangan Ayesha yang membawa nampan berisi makanan untuk putra dan menantunya.

" Hussssstttt tidur ummi " lirih Syarif dengan mengarahkan telunjuknya di depan bibirnya. Ayesha yang tahu kode fisik yang diberikan oleh Syarif dengan hati-hati Ayesha meletakkan nampan di atas meja.

" Apa kamu sudah baikan nak ?" tanya Ayesha dengan suara lirih.

" Ummi jangan cemas, Syarif baik-baik saja mi " jawab Syarif lirih.

" Ya sudah kalau begitu Ummi sama Abi pamit untuk pulang ya, " pamit Ayesha, Syarif tersenyum dan mengangguk.

" Istri mu pasti baru saja terlelap nak, sejak tadi dia terus menangis, kasian. Biarkan istirahat " lirih Ayesha sambil memandangi wajah Jasmin yang terlelap.

" Iya ummi " jawab Syarif.

" Ya sudah, Ummi pulang dulu ya nak. Jaga istri mu ... Assalamualaikum" ucap Ayesha.

" Wa'alaikumus salam, pasti Ummi " Syarif mencium punggung tangan Uminya.

Setelah Ummi nya meninggalkan kamar, Syarif coba melihat wajah Jasmin tanpa make up. 

" Cantik " gumam Syarif seraya membelai lembut kepala Jasmin. Tangan Syarif mulai pindah membelai lembut wajah Jasmin, Jasmin yang merasa wajahnya di sentuh pun terperanjat bangun dari tidurnya dan memegang pipinya dengan kedua tangannya.

" Mas Syarif ... Alhamdulillah Mas Syarif sudah siuman, tunggu sebentar Ummi pasti senang " ucap Jasmin yang berniat akan memberitahu ibu mertuanya seraya beranjak dari tempat duduknya, namun tangan Syarif mencegah tangan Jasmin lebih dulu. Syarif menggelengkan kepalanya seraya memejamkan matanya sejenak. Entah kenapa jantung Jasmin kembali tidak normal saat tangannya disentuh oleh Syarif.

" Duduklah, Ummi sudah pulang waktu kamu tidur dek " lirih Syarif, Jasmin hanya mengangguk dan menunduk. Syarif terus mengusap lembut tangan Jasmin yang lentik.

" Kenapa kamu terus menunduk, bukankah aku sudah halal dimata Allah " Jasmin mengangkat dagunya bola mata mereka saling bertemu dan menatap wajah satu sama lain. Syarif duduk tepat di hadapan Jasmin.

" Kenapa wajah mu sembab ? jangan pernah bersedih lagi " ucap Syarif mengelus pipi Jasmin, Jasmin pun tersenyum.

" Apa Mas Syarif ada yang sakit ?" tanya Jasmin.

" Ada " jawab Syarif.

" Biar Jasmin panggilkan dokter " Jasmin yang hendak berdiri lagi-lagi tangannya di tahan oleh Syarif.

" Kenapa dengan jantung ku, apa aku sudah jatuh cinta padanya. itu nggak mungkin secepat ini " batin Jasmin terdiam.

" Kenapa diam, duduklah " perintah Syarif, Jasmin kembali duduk.

" Aku hanya belum makan sejak pagi, jangan cemas aku baik-baik saja. Yuk kita makan, tadi Ummi bawakan makanan untuk kita " ucap Syarif. Mendengar ucapan Syarif, Jasmin langsung berjalan kearah meja dimana Ayesha menaruh makanan. Jasmin mengambil satu piring nasi beserta lauk pauknya.  Jasmin kembali duduk berhadapan dengan suaminya.

" Minumlah mas " Jasmin mengulurkan gelas di tangannya, setelah Syarif meminum air dalam gelas, Jasmin meletakkan kembali gelas di atas meja.

" Makanlah " Jasmin menyuapi suaminya dengan l penuh perhatian.

" Alhamdulillah punya istri cantik, perhatian pula " puji Syarif membuat Jasmin tersipu malu. Syarif mengambil piring di tangan Jasmin saat Jasmin menyendok nasi.

" Kamu juga harus makan, ayo buka mulutnya " Syarif mengarahkan sendok ke mulut Jasmin, Jasmin menerima suapan dari Syarif.

Mereka menghabiskan nasi dalam satu piring bersama, setelah menunggu beberapa menit Jasmin dan Syarif melaksanakan sholat Dzuhur untuk pertama kalinya berjamaah. Hari ini Syarif mengurungkan niatnya untuk tidak ke Masjid karena sudah telat untuk mengikuti Sholat Jum'at.

Setelah melaksanakan sholat Jasmin mencium tangan suaminya, ia beralih ingin membenahi baju suaminya yang mungkin akan menginap beberapa hari di rumahnya.

" Boleh aku bertanya ? " ucap Syarif seraya berdiri melipat sajadahnya.

" Boleh mas, tapi Jasmin sambil beresin baju ya mas " jawab Jasmin yang tangannya kini sudah meraih koper kecil milik suaminya. 

" Laki-laki tadi siapa ?" tanya Syarif Jasmin menengok ke arah suaminya.

" Dia laki-laki yang berjanji akan menikahi Jasmin, tapi setelah lulus kuliah dia sudah beristri " jelas Jasmin sambil menata baju milik suaminya ke dalam lemari pakaian. Jika menyebut nama Rafa, entah kenapa hati Jasmin masih menyimpan rasa sangat kecewa.

Syarif disuguhi pemandangan yang jarang ia lihat, ini adalah pertama kalinya Syarif melihat pakaian milik istrinya yang tersusun rapih dan wangi. Syarif yang tengah duduk kini berjalan mendekati istrinya.

" Izinkan aku memeluk mu, sebentar saja " pinta Syarif, Jasmin pun mengangguk. Setelah mendapatkan izin tanpa menunggu lama Syarif memeluk tubuh istrinya dari belakang.

" Terima kasih, ini adalah pertama kalinya aku memeluk orang asing yang kini sudah menjadi istri ku. Aku yakin, jantung kita sama-sama terpacu lebih cepat. Mari kita menerima kekurangan satu sama lain." ucap Syarif, Syarif merasa nyaman saat memeluk Jasmin rasanya.... Ia enggan untuk melepaskan pelukannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status