Akhtar omar bin Malik
Dengan senang hati aku menerima permintaan ayahku untuk bertunangan dengan seorang putri yang tersohor kecantikannya dimuka bumi ini. Tidak ada satu pun yang pernah bisa mengungkap bagaimana kecantikan sang putri dibalik penutup wajahnya itu, tapi banyak orang yang percaya kalau sang putri sangat cantik.Bukan karena aku menginginkan putri cantik itu menjadi istriku, tapi karena aku sangat menyayangi ayahku.Aku tidak pernah suka terlibat dengan urusan wanita, cinta tidak pernah ada dalam kamus ku.Dengan gelar Pangeran Mahkota dari kerajaan terpandang tentu tidak susah bagiku menemukan wanita yang mahu menikah dengan ku atau bahkan menjadi teman tidurku.Mereka dengan senang hati melemparkan dirinya kepadaku. Segitu mudahnya hingga aku muak melihat mereka para wanita, tapi bukan berarti aku tidak normal.Putri Vienza, itu lah nama calon istriku, anak dari seorang Raja yang tak kalah tangguhnya dari ayahanda ku.Seminggu sebelum pernikahan kami dia membatalkan pernikahan dan membuatku geram karena menghancurkan nama keluarga besar ku. Tapi entah apa yang ada dalam pemikirannya keesokan hari nya Raja Alvian memberitahukan kalau putrinya setuju dan ingin segera pernikahan dilaksanakan.Apa pun itu aku tidak perduli, yang terpenting ayah ku dan kerajaan tidak malu. Dan aku bisa langsung dinobatkan sebagai Raja, karena ayahku sudah sangat lelah memimpin kerajaan ini.Aku tidak pernah melihat wajah calon istriku itu, karena setahun yang lalu dia menerima lamaran keluarga ku tapi dia tidak bisa hadir dipertemuan keluarga kami.Satu hari sebelum kami menikah ibunda ku lah yang melihat wajah dibalik penutup wajahnya dan ibuku selalu memuji kecantikannya didepanku.Dia selalu berkata aku tidak akan pernah menemukan wanita secantik Putri Vienza. Aku percaya dengan ibuku, apalagi jika melihat wajah Ratu Zira ibu dari Putri Vienza. Aku tahu setidaknya anaknya akan mewarisi wajah cantik dari ibundanya.Dan lihat saja pengantin wanita ku ini, dia berjalan bersama ibunya, dia masih menundukkan wajah saat berada didepan pintu aula. Aku menunggunya dipanggung megah ini setelah ijab qabul kulakukan, saat terdengar suara lantang sang pengawal pintu menyebutkan namanya, dia mengangkat wajahnya. Semua mata memandangnya takjub begitu pun denganku, dia benar-benar seperti seorang bidadari.Aku meminta tangannya dengan senyum termanis milikku. Well ibu dan ayahku benar istriku ini sungguh menakjubkan. Aku akan mendapatkan mainan baru di Istana ku. Tidak perduli secantik apa dirinya aku tidak akan pernah menganggapnya lebih sebagai barang pribadi milikku.Aku menciumnya, dan dia terkejut.Aku bertanya-tanya apakah wanita ini masih polos dan tak pernah tersentuh. Aku tahu dia gemetar saat aku menyentuh tangan dan pinggangnya.Waw... Permainanku akan sangat menyenangkan, pikirku sambil menatap mata Sang Putri.*****Tak terlalu lama bagiku berada di Fortania, setelah acara ceremony layaknya seorang pangeran dan putri yang menikah.Aku membawa istriku kembali ke kerajaan ku. Didalam mobil dia hanya diam masih memakai penutup wajahnya, dia tak melirikku atau berbicara kepadaku. Dia hanya diam menatap keluar jendela.Begitu juga saat didalam pesawat.Aku dan Putri Vienza disambut hangat didalam istana.Ibuku yang sampai lebih dulu bersama rombongan lainnya sudah menyiapkan kamar ku dan dia. Sama dengan kerajaan timur lainnya kamar Raja dan Ratu terpisah, begitu pula dengan ku dan Vienza yang menduduki posisi putri dan pangeran mahkota.Tapi untuk malam ini tentu istriku ini berada di kamar megah milikku.Hari sudah malam dan aku keluar dari ruang kerja ku melihat mainan baruku yang duduk diatas tempat tidur masih dengan pakaian yang dia kenakan. Aku mendekatinya dan dia tidak bergerak."Selamat malam istriku, kau tahu betapa bahagianya ayahku saat aku setuju menikah dengan mu yang sudah hampir membuat keluarga ku malu?"Vienza tak bergerak dia hanya tertunduk menatap seprei putih bertaburan kelopak mawar merah."Dan semua orang mengatakan kalau aku beruntung karena menikahi Putri Fortania yang sudah terkenal kecantikannya diseluruh Negri."Vienza masih diam tak bergerak."Baiklah.. Mari kita lihat lebih jelas seberapa cantik istriku ini."Pangeran Akhtar membuka penutup wajah putri Vienza meski dia sudah melihat wajahnya tadi tapi berbeda. Tadi Vienza memakai make up dan sekarang tidak.Mata nya, bibirnya, dan dagunya membuat siapa saja melihat yang melihat Vienza akan bertekuk lutut terhadap kecantikan putri ini.Akhtar mencium bibir Vienza dan sebagai istri Putri Vienza tak menolaknya. Dia tahu kewajibannya dan dia sudah ikhlas menjalani semua ini.Akhtar begitu tergoda dengan bibir manis milik istrinya itu ciumannya semakin menuntut, dengan lihai dia membuka seluruh penutup tubuh istrinya itu.Vienza ingin berteriak saat mata penuh hasrat dan memuja dari Akhtar melihat seluruh tubuhnya yang sudah tidak menggunakan sehelai benang pun.Akhtar menciumi seluruh tubuh istrinya tak ada yang terlewatkan olehnya, hisapan tanda kepemilikan dirinya dia berikan dikedua sisi leher jenjang Vienza.Vienza tak mengeluarkan suara desahan, dia menahan sekuat tenaganya meski dirinya sudah terbuai dengan permainan yang dilakukan Akhtar.Wajah Ghafur terbayang dimatanya, memakan ice cream favoritnya, ciuman dibawah rintik hujan. Bercanda bersama, semuanya terbayang oleh Vienza."Maafkan aku...." suara lirih dari bibir Vienza tak membuat Akhtar berhenti untuk melanjutkan aktivitasnya ditubuh molek istrinya."Ah....." suara sakit yang dirasakan Vienza membuat Akhtar menatap mata Vienza yang berair. Akhtar terkejut saat tahu dia mendapatkan seorang wanita yang masih menjaga kehormatannya, seorang putri memang diwajibkan menjaga kehormatannya, tapi kebanyakan putri jaman sekarang hanya berpura-pura menjaganya padahal mereka sudah melepaskannya saat mereka jatuh cinta pertama kali.Akhtar menghentakkan sekali lagi dan Vienza kembali bersuara lirih."Ah...." Akhtar mencium bibir Vienza dan membuatnya lupa akan sakit yang dia rasakan akibat perbuatan Akhtar.Dua kali Akhtar melakukannya dan akhirnya dia melihat Vienza tertidur dengan wajah lelah. Akhtar tersenyum miris saat dia melihat bercak darah di seprei putih kamar pengantinnya. Ternyata Vienza begitu menjaga kehormatan dirinya dan juga kerajaannya.Akhtar menutupi tubuh istrinya itu lalu pergi keluar kamar setelah mematikan lampu tidur yang menemani perbuatan mereka tadi.Akhtar merasa sangat puas dengan mainan barunya dan dia pergi tidur dikamar lain miliknya.Sedangkan dibawah, tepatnya ditaman kerajaan Ghafur sedari tadi melihat jendela yang masih menyalakan lampu tidur yang dia tahu itu kamar Akhtar dan Viza kekasihnya yang sudah menjadi milik sahabatnya. Ghafur meremas rambutnya frustasi saat terlihat bayangan dari kain jendela berawarna putih itu. Dia melihat bayangan Akhtar mencium Vizanya, dan akhirnya dia tak melihat bayangan lagi karena akhtar sudah menidurkan Viza diranjang.Ghafur menendang kursi yang dia duduki, bayangan Viza yang dicium dan disentuh oleh Akhtar kembali mengoyak hatinya.Dia sendiri yang meminta Viza pergi, tapi dia sendiri yang tak bisa rela melepaskan wanita itu. Saat lampu kamar Viza dan akhtar mati dia semakin frustasi, air mata kesakitan itu akhirnya keluar.Flash back."Hei.... Aku turun disini. Kamu jangan lupa makan siang oke. I love you..." Ghafur melihat nasi goreng dengan nuget yang sudah dibuatkan Viza untuknya.Hari ini dia mengantarkan Viza ke kampus dengan mobil jadul.Sebelum masuk ke gerbang kampus Viza mengetuk kaca jendela mobilnya.Viza menggambarkan bentuk love dikaca yang berembun itu dan ghafur meletakkan bibirnya dikaca itu, Viza dengan lugu nya melihat kanan dan kirinya lalu dengan cepat menempelkan bibirnya juga.Meski terhalang oleh kaca jendela tapi getarannya sampai kehati mereka masing-masing.Viza melambaikan tangan dan pergi kedalam kampusnya."Aku mencintaimu Ghafur......," teriakan itu terdengar meski Viza hanya membentuk kalimat tanpa suara.Flash back end.Kenangan manis itu menjadi pengobat rasa rindu Ghafur saat ini.Kini wanita itu tak lagi jauh dan berbohong kepadanya. Viza sudah dekat dengannya dan akan setiap hari dia lihat jika dia berada di istana ini.Ghafur pergi masuk kedalam istana dia melihat ada penjaga berjaga didepan kamar Vienza. Tapi apa yang dia lakukan, apa dia sudah gila ingin menerobos masuk kedalam kamar Akhtar dan Viza, mereka pasti sedang melewatkan malam pertama mereka.Ghafur pergi kelantai bawah istana. Dia kembali ke paviliun tamu yang ada diistana megah ini.*****Vienza terbangun dipagi hari dan dia tak melihat adanya Akhtar ditempat tidurnya.Dilihatnya jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Dia bangun dan terasa nyeri dibagian intimnya. Dia sadar akan apa yang dia dan akhtar lakukan semalam, Vienza menutup matanya sambil terduduk."Waw... Pagi yang begitu indah karena aku melihat istriku begitu mempesona dan bangun terlambat."Vienza tak berbicara dan hanya menatap kosong ke Akhtar yang baru saja membuka pintu kamarnya."Lekas lah mandi, seluruh keluarga menunggu di ruang makan setengah jam lagi. Dan ingat jangan memakai penutup wajah mu itu lagi. Apa kau lupa perjanjian kita putri Vienza Omar?"Kalimat perintah dari akhtar bukan terdengar seperti perintah kepada istri yang lemah lembut. Tapi lebih terdengar seperti perintah dari majikan ke pembantunya dengan kasar. Tapi Vienza tak ambil pusing dia turun dengan hanya melilitkan selimut ketubuhnya.Akhtar melihat punggung mulus Vienza dan kembali sesuatu yang bergejolak dibawah sana menginginkan Vienza.Akhtar lalu membalikkan badannya dan meninggalkan kamar itu segera.Saat Akhtar keluar beberapa pelayan masuk membawakan baju dan juga membantu Vienza bersiap.Setelah selesai dengan gaun seksi yang katanya pilihan Akhtar ini, Vienza masih menunggu suaminya yang seperti majikan itu.Akhtar berpesan kepada pelayan kalau Vienza harus menunggunya untuk turun bersama keruang makan.Vienza menoleh saat mendengar suara pintu terbuka.
Akhtar berjalan biasa saja tanpa terpesona melihat kecantikan dan betapa seksinya Vienza sekarang."Ayo putri, mereka sudah menunggu kita." Akhtar mengandeng Vienza.Setelah makan kita akan ke balkon istana menyapa rakyat yang datang untuk melihatmu. Tapi aku ingin kamu berganti pakaian sebelum ke balkon.Karena setelah itu kita akan menaiki kereta kencana istana dan berjalan-jalan menyapa penduduk. "Vienza diam dan tak berniat menjawab. Dia cukup mengerti pikirnya.Mereka memasuki ruang makan, disana sudah ada Raja dan juga Ratu. Ada adik perempuan Akhtar yaitu putri Mahira.Dan tatapan terkejut ketika dia melihat Ghafur juga duduk disana.Vienza berpikir apa hubungan Ghafur dengan Akhtar sehingga bisa ada diistana ini.Penampilan Vienza membuat semua terpukau ditambah bekas tanda yang masih tertinggal dileher Vienza."Wah... Kelihatannya hasil nih semalam kak. " Mahira memasang wajah menggoda ke Akhtar yang menampilkan wajah kaku nya itu.Ghafur sendiri hanya diam melihat wajah Vienza. Tanda merah itu sangat mengganggunya dia berdiri dari duduknya membuat semua orang melihatnya. Tapi Vienza sama sekali tak melihatnya, Vienza hanya menatap lurus ke meja makan."Maaf pangeran Akhtar saya akan mempersiapkan keperluan anda saja. Lagi pula saya sudah sarapan tadi. "Akhtar mengangguk setuju, sementara sang Raja mengamati pengawal pribadi Akhtar yang baru itu. Dia seperti pernah bertemu dan mengenal wajah itu."Ah... Ayo Vienza kita mulai sarapannya. Ibunda berharap kalau kamu akan betah berada disini. " Vienza tersenyum kepada ibu Ratu dan ini pertama kali Akhtar dan yang lainnya melihatnya tersenyum.Dan senyuman itu bukan lantas membuat Akhtar terpesona. Akhtar malah semakin ingin menjaga jarak mulai dari sekarang dengan Vienza. Dia sangat membenci senyuman pura-pura seperti yang ditunjukan oleh Vienza.*****Vienza berada di halaman istana bersama beberapa pelayan dan tukang kebun istana. Dia menanam beberapa tangkai bunga mawar putih kesukaannya. Sudah seminggu diistana ini Vienza hanya melakukan hal-hal biasa sebagai seorang Putri dan istri. Dia pergi ke beberapa acara amal dan juga menghadiri undangan. Setelah pawai kerajaan yang dia lakukan bersama Akhtar, dia tidak pernah lagi melihat Akhtar berada didekatnya kecuali saat jam makan. Selebihnya pangeran itu sepertinya sangat sibuk, Vienza bersyukur karena Akhtar tidak lagi pernah masuk kekamar nya. Hari ini dia berinisiatif ingin menanam bunga mawar putih dihalam depan istana. Pelayan takjub melihat Vienza yang tak jijik memegang tanah dan pupuk. Sinar matahari juga tak membuatnya takut dan risih. Ghafur yang berjalan bersama Akhtar melihat Vienza sedang menanam bunga di taman itu, alhasil dia tak terlalu mendengarkan apa yang dibicarakan oleh Akhtar. Dia tidak tahu saat Akht
Akhtar membeku melihat Vienza berada diruang pribadinya ini. Sama dengan halnya Tania, dia juga terkejut melihat wanita yang dia tahu pasti istri dari Akhtar. Putri Vienza ini benar-benar cantik pikirnya, pantas saja Akhtar belakangan ini susah sekali menemuinya. "Apa yang kau lakukan disini Vienza?" Akhtar masih ditempatnya menatap Vienza dengan perasaan campur aduk. Bagaimana tidak, istrinya itu memakai gaun tidur tipis dan tanpa bra nya. Sedikit dari dada Vienza terlihat dan leher mulus itu menggoda Akhtar sekarang. "Aku sedang melihat apa yang dilakukan suamiku diruangan ini bersama wanita lain". Vienza tidak suka berbasa-basi jadi dia langsung menyampaikan isi dari pikirannya. Dan sekarang dia sangat menyesali ucapannya. Akhtar menyeringai puas melihat wajah kesal Vienza. "Hahahhahaha... Maafkan aku Tuan Putri. Kau jangan takut aku akan melakukan hal macam-macam kepada suamimu ini. Yah... Walaupun dulu kami sering melakukannya." Tania berjala
Vienza masuk kedalam istana setelah pagi ini dia berjalan-jalan disekitar pasar di ibukota bersama seorang pelayan yang kemarin diperintahkan Akhtar untuk menjadi pelayan pribadinya. Akhtar pergi ke Moskow selama tiga hari dan dia malam ini akan kembali dari kunjungannya itu. Vienza tidak jadi ikut karena Akhtar tidak mengajaknya. Alasan Akhtar karena dia akan langsung pergi ke Qatar setelah selesai di Moskow. Vienza merasa lebih baik saat Akhtar tidak ada diistana. Tapi sepertinya dia salah, saat ini Ghafur sedang berdiri di gerbang pintu menuju kamarnya. Dia berpura-pura tidak melihat"Paula kau bisa kembali ke tempatmu. Aku akan istirahat sebentar. Letakkan buah-buahan ini dilemari es didapur istana." Vienza menyuruh pelayan nya itu pergi karena tak ingin Paula curiga kepadanya dan Ghafur.Dan dia akan segera masuk kedalam kamar saat tangan itu menahan tangannya. Vienza melihat tangan kokoh yang menahannya itu, dia heran kemana perginya penjaga kamar n
Vienza menarik nafas sebelum memulai bercerita. Dan Akhtar menatapnya dingin, walau dalam hati dia merutuki untuk berada sedekat ini dengan Vienza. "Aku mencintai seseorang, dan aku jatuh cinta kepadanya setelah aku memutuskan setuju untuk bertunangan dan menikah denganmu Pangeran. Saat itu kupikir aku akan menjalani hidup bahagia layaknya ibu dan ayahku yang juga dijodohkan. Tapi aku melakukan kesalahan dengan jatuh cinta kepadanya. Dan aku membohonginya." Akhtar geram mendengar awal pengakuan Vienza. Tapi Suara merdu Vienza seolah bisa membuatnya tidak berkata kasar kepada wanita ini. "Aku berbeda dengan ketiga kembaranku yang lain. Aku tidak pintar bergaul seperti adik perempuanku, aku juga tidak memiliki banyak teman seperti adik laki-laki ku. Aku selalu takut keluar dari istana, selalu takut akan ada lagi orang yang berusaha menyakitiku.dan karena itulah aku tidak pernah keluar istana selama sembilan belas tahun usia ku. Aku keluar istana jika ingin ke Indones
Fasya menarik tangan Vienza, Vienza bingung menatap Fasya. Dia melihat sekelilingnya penuh dengan wanita dan pria yang menggerakkan tubuh mereka tidak jelas. Ada yang saling menggoda dengan sentuhan-sentuhan yang membuat Vienza merinding. Ghafur menggeram melihat Vienza bersama Fasya, ingin marah tapi tak bisa. Itulah posisinya yang menyedihkan sekarang. Akhtar melihat Fasya menarik tangan istrinya itu tapi dia hanya melirik sekilas dan kembali menatap wanita yang bersamanya saat ini. "Itu istrimu kan?" tanya wanita yang bernama Luna itu. Yang ditanya hanya diam tak menanggapi,Akhtar memegang pinggang Luna dan Luna tersenyum merona."Kurasa istrimu akan sangat terpukul melihat kau seperti ini."Akhtar memilih tak mendengar dan sibuk bermesraan dengan Luna sambil mengikuti irama musik.Vienza ditempatnya merasa dipermalukan dengan perlakuan Akhtar. Bukan karena dia cemburu,hanya saja karena Akhtar sudah melukai harga dirinya.semua orang disini tahu ka
Akhtar melihat diam-diam Vienza yang menyantap sarapan paginya.Semalam dia tidak jadi melakukan hal yang sangat ingin dia lakukan kepada Vienza. Pernyataan terakhir Vienza membuatnya merasa kesal kepada dirinya sendiri, dia mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi dan keluar dari dalam mobil dengan membanting pintu membuat Vienza merasa bersalah.Akhtar melihat wajah muram Vienza pagi ini. Tumben sekali pikirnya, biasanya Vienza hanya akan memperlihatkan wajah dingin nya kepada semua orang.Suara Baginda Raja membuat lamunan nya akan Vienza tersadar."Akhtar sebelum penobatanmu sebagai raja dilakukan, ayah ingin kau mengajak Vienza berbulan madu terlebih dahulu."Akhtar terbatuk-batuk mendengar kata bulan madu."Tidak perlu ayah, lagi pula akan sangat melelahkan pergi jauh lalu datang dengan acara penobatan.""Kau ini, jangan membantah Akhtar. Kewajibanmu sebagai seorang suami mengajak istrimu pergi dan membuatnya bahagia. Bagaimana Vienza, apa
Vienza duduk menunggu Akhtar yang masih ditangani Dokter. Wajah datarnya terlihat jelas, meski dirinya sendiri sebetulnya khawatir akan keadaan Pangeran Akhtar. Tiba-tiba dia melihat Akhtar keluar dengan seorang Dokter, dia sedikit bingung kenapa Akhtar bisa berjalan santai seperti ini. "Maaf tuan Putri, Yang Mulia Pangeran tidak ingin dirawat dan beliau mau segera pergi dari Rumah Sakit." Jelas Dokter muda cantik yang mencuri pandang ke Akhtar, Vienza jelas tahu hal itu. "Aku merasa tidak perlu dirawat, dan jika aku dirawat perjalanan kita akan tertunda." Akhtar menjelaskan kepada Vienza dan dia merutuki perbuatannya. "Tapi kau harus istirahat Pangeran".Suara lembut penuh perhatian dari Vienza membuat jantung Akhtar berdetak dan ini tidak baik untuk dirinya. Tiba-tiba Akhtar menggenggam tangan Dokter muda itu didepan Vienza sebuah senyum nakal terlihat disana. "Baiklah aku akan istirahat sebentar bersama Dokter Suzan. Apa kau bisa men
Akhtar menatap lama mata Vienza, deru nafas mereka beradu. Saat Akhtar ingin mencium Vienza gerakan itu tertahan. "Ehm... Apa yang kau ingin tanyakan tadi." Akhtar mundur menatap lama wajah datar yang tetap saja cantik itu. Dia memegang dagu Vienza, dan mencium leher Vienza. Beralih ke bibir Vienza yang masih tertutup rapat. Sudah lama Akhtar menahannya, dan tidak untuk sekarang. Dia sudah benar-benar gila jika bisa tahan melihat tubuh seksi Vienza. Tapi sialnya Akhtar tak bisa melanjutkan aktifitas nya, lagi-lagi ada orang yang mengganggu dirinya dan Vienza. "Maaf pangeran hamba pikir ada orang lain yang berada di dapur." Veinza membeku mendengar suara itu. Dia perlahan membuka matanya yang tertutup rapat saat Akhtar menciumnya tadi. "Ghafur.... Ghafur, kenapa kau selalu membuat moodku rusak. Ada perlu apa kau kesini, bukankah kau berada di Ibukota." Ghafur terlihat tidak takut dengan Akhtar, dia baru saja melihat wanita yang dia cint