Share

:: Part 3 ::

Akhtar omar bin Malik

Dengan senang hati aku menerima permintaan ayahku untuk bertunangan dengan seorang putri yang tersohor kecantikannya dimuka bumi ini. Tidak ada satu pun yang pernah bisa mengungkap bagaimana kecantikan sang putri dibalik penutup wajahnya itu, tapi banyak orang yang percaya kalau sang putri sangat cantik.

Bukan karena aku menginginkan putri cantik itu menjadi istriku, tapi karena aku sangat menyayangi ayahku.

Aku tidak pernah suka terlibat dengan urusan wanita, cinta tidak pernah ada dalam kamus ku.

Dengan gelar Pangeran Mahkota dari kerajaan terpandang tentu tidak susah bagiku menemukan wanita yang mahu menikah dengan ku atau bahkan menjadi teman tidurku.

Mereka dengan senang hati melemparkan dirinya kepadaku. Segitu mudahnya hingga aku muak melihat mereka para wanita, tapi bukan berarti aku tidak normal.

Putri Vienza, itu lah nama calon istriku, anak dari seorang Raja yang tak kalah tangguhnya dari ayahanda ku.

Seminggu sebelum pernikahan kami dia membatalkan pernikahan dan membuatku geram karena menghancurkan nama keluarga besar ku. Tapi entah apa yang ada dalam pemikirannya keesokan hari nya Raja Alvian memberitahukan kalau putrinya setuju dan ingin segera pernikahan dilaksanakan.

Apa pun itu aku tidak perduli, yang terpenting ayah ku dan kerajaan tidak malu. Dan aku bisa langsung dinobatkan sebagai Raja, karena ayahku sudah sangat lelah memimpin kerajaan ini.

Aku tidak pernah melihat wajah calon istriku itu, karena setahun yang lalu dia menerima lamaran keluarga ku tapi dia tidak bisa hadir dipertemuan keluarga kami.

Satu hari sebelum kami menikah ibunda ku lah yang melihat wajah dibalik penutup wajahnya dan ibuku selalu memuji kecantikannya didepanku.

Dia selalu berkata aku tidak akan pernah menemukan wanita secantik Putri Vienza. Aku percaya dengan ibuku, apalagi jika melihat wajah Ratu Zira ibu dari Putri Vienza. Aku tahu setidaknya anaknya akan mewarisi wajah cantik dari ibundanya.

Dan lihat saja pengantin wanita ku ini, dia berjalan bersama ibunya, dia masih menundukkan wajah saat berada didepan pintu aula. Aku menunggunya dipanggung megah ini setelah ijab qabul kulakukan, saat terdengar suara lantang sang pengawal pintu menyebutkan namanya, dia mengangkat wajahnya. Semua mata memandangnya takjub begitu pun denganku, dia benar-benar seperti seorang bidadari.

Aku meminta tangannya dengan senyum termanis milikku. Well ibu dan ayahku benar istriku ini sungguh menakjubkan. Aku akan mendapatkan mainan baru di Istana ku. Tidak perduli secantik apa dirinya aku tidak akan pernah menganggapnya lebih sebagai barang pribadi milikku.

Aku menciumnya, dan dia terkejut.

Aku bertanya-tanya apakah wanita ini masih polos dan tak pernah tersentuh. Aku tahu dia gemetar saat aku menyentuh tangan dan pinggangnya.

Waw... Permainanku akan sangat menyenangkan, pikirku sambil menatap mata Sang Putri.

*****

Tak terlalu lama bagiku berada di Fortania, setelah acara ceremony layaknya seorang pangeran dan putri yang menikah.

Aku membawa istriku kembali ke kerajaan ku. Didalam mobil dia hanya diam masih memakai penutup wajahnya, dia tak melirikku atau berbicara kepadaku. Dia hanya diam menatap keluar jendela.

Begitu juga saat didalam pesawat.

Aku dan Putri Vienza disambut hangat didalam istana.

Ibuku yang sampai lebih dulu bersama rombongan lainnya sudah menyiapkan kamar ku dan dia. Sama dengan kerajaan timur lainnya kamar Raja dan Ratu terpisah, begitu pula dengan ku dan Vienza yang menduduki posisi putri dan pangeran mahkota.

Tapi untuk malam ini tentu istriku ini berada di kamar megah milikku.

Hari sudah malam dan aku keluar dari ruang kerja ku melihat mainan baruku yang duduk diatas tempat tidur masih dengan pakaian yang dia kenakan. Aku mendekatinya dan dia tidak bergerak.

"Selamat malam istriku, kau tahu betapa bahagianya ayahku saat aku setuju menikah dengan mu yang sudah hampir membuat keluarga ku malu?"

Vienza tak bergerak dia hanya tertunduk menatap seprei putih bertaburan kelopak mawar merah.

"Dan semua orang mengatakan kalau aku beruntung karena menikahi Putri Fortania yang sudah terkenal kecantikannya diseluruh Negri."

Vienza masih diam tak bergerak.

"Baiklah.. Mari kita lihat lebih jelas seberapa cantik istriku ini."

Pangeran Akhtar membuka penutup wajah putri Vienza meski dia sudah melihat wajahnya tadi tapi berbeda. Tadi Vienza memakai make up dan sekarang tidak.

Mata nya, bibirnya, dan dagunya membuat siapa saja melihat  yang melihat Vienza akan bertekuk lutut terhadap kecantikan putri ini.

Akhtar mencium bibir Vienza dan sebagai istri Putri Vienza tak menolaknya. Dia tahu kewajibannya dan dia sudah ikhlas menjalani semua ini.

Akhtar begitu tergoda dengan bibir manis milik istrinya itu ciumannya semakin menuntut, dengan lihai dia membuka seluruh penutup tubuh istrinya itu.

Vienza ingin berteriak saat mata penuh hasrat dan memuja dari Akhtar melihat seluruh tubuhnya yang sudah tidak menggunakan sehelai benang pun.

Akhtar menciumi seluruh tubuh istrinya tak ada yang terlewatkan olehnya, hisapan tanda kepemilikan dirinya dia berikan dikedua sisi leher jenjang Vienza.

Vienza tak mengeluarkan suara desahan, dia menahan sekuat tenaganya meski dirinya sudah terbuai dengan permainan yang dilakukan Akhtar.

Wajah Ghafur terbayang dimatanya, memakan ice cream favoritnya, ciuman dibawah rintik hujan. Bercanda bersama, semuanya terbayang oleh Vienza.

"Maafkan aku...." suara lirih dari bibir Vienza tak membuat Akhtar berhenti untuk melanjutkan aktivitasnya ditubuh molek istrinya.

"Ah....." suara sakit yang dirasakan Vienza membuat Akhtar menatap mata Vienza yang berair. Akhtar terkejut saat tahu dia mendapatkan seorang wanita yang masih menjaga kehormatannya, seorang putri memang diwajibkan menjaga kehormatannya, tapi kebanyakan putri jaman sekarang hanya berpura-pura menjaganya padahal mereka sudah melepaskannya saat mereka jatuh cinta pertama kali.

Akhtar menghentakkan sekali lagi dan Vienza kembali bersuara lirih.

"Ah...." Akhtar mencium bibir Vienza dan membuatnya lupa akan sakit yang dia rasakan akibat perbuatan Akhtar.

Dua kali Akhtar melakukannya dan akhirnya dia melihat Vienza tertidur dengan wajah lelah. Akhtar tersenyum miris saat dia melihat bercak darah di seprei putih kamar pengantinnya. Ternyata Vienza begitu menjaga kehormatan dirinya dan juga kerajaannya.

Akhtar menutupi tubuh istrinya itu lalu pergi keluar kamar setelah mematikan lampu tidur yang menemani perbuatan mereka tadi.

Akhtar merasa sangat puas dengan mainan barunya dan dia pergi tidur dikamar  lain miliknya.

Sedangkan dibawah, tepatnya ditaman kerajaan Ghafur sedari tadi melihat jendela yang masih menyalakan lampu tidur yang dia tahu itu kamar Akhtar dan Viza kekasihnya yang sudah menjadi milik sahabatnya. Ghafur meremas rambutnya frustasi saat terlihat bayangan dari kain jendela berawarna putih itu. Dia melihat bayangan Akhtar mencium Vizanya, dan akhirnya dia tak melihat bayangan lagi karena akhtar sudah menidurkan Viza diranjang.

Ghafur menendang kursi yang dia duduki, bayangan Viza yang dicium dan disentuh oleh Akhtar kembali mengoyak hatinya.

Dia sendiri yang meminta Viza pergi, tapi dia sendiri yang tak bisa rela melepaskan wanita itu. Saat lampu kamar Viza dan akhtar mati dia semakin frustasi, air mata kesakitan itu akhirnya keluar.

Flash back.

"Hei.... Aku turun disini. Kamu jangan lupa makan siang oke. I love you..." Ghafur melihat nasi goreng dengan nuget yang sudah dibuatkan Viza untuknya.

Hari ini dia mengantarkan Viza ke kampus dengan mobil jadul.

Sebelum masuk ke gerbang kampus Viza mengetuk kaca jendela mobilnya.

Viza menggambarkan bentuk love dikaca yang berembun itu dan ghafur meletakkan bibirnya dikaca itu, Viza dengan lugu nya melihat kanan dan kirinya lalu dengan cepat menempelkan bibirnya juga.

Meski terhalang oleh kaca jendela tapi getarannya sampai kehati mereka masing-masing.

Viza melambaikan tangan dan pergi kedalam kampusnya.

"Aku mencintaimu Ghafur......," teriakan itu terdengar meski Viza hanya membentuk kalimat tanpa suara.

Flash back end.

Kenangan manis itu menjadi pengobat rasa rindu Ghafur saat ini.

Kini wanita itu tak lagi jauh dan berbohong kepadanya. Viza sudah dekat dengannya dan akan setiap hari dia lihat jika dia berada di istana ini.

Ghafur pergi masuk kedalam istana dia melihat ada penjaga berjaga didepan kamar Vienza. Tapi apa yang dia lakukan, apa dia sudah gila ingin menerobos masuk kedalam kamar Akhtar dan Viza, mereka pasti sedang melewatkan malam pertama mereka.

Ghafur pergi kelantai bawah istana. Dia kembali ke paviliun tamu yang ada diistana megah ini.

*****

Vienza terbangun dipagi hari dan dia tak melihat adanya Akhtar ditempat tidurnya.

Dilihatnya jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Dia bangun dan terasa nyeri dibagian intimnya. Dia sadar akan apa yang dia dan akhtar lakukan semalam, Vienza menutup matanya sambil terduduk.

"Waw... Pagi yang begitu indah karena aku melihat istriku begitu mempesona dan bangun terlambat."

Vienza tak berbicara dan hanya menatap kosong ke Akhtar yang baru saja membuka pintu kamarnya.

"Lekas lah mandi, seluruh keluarga menunggu di ruang makan setengah jam lagi. Dan ingat jangan memakai penutup wajah mu itu lagi. Apa kau lupa perjanjian kita putri Vienza Omar?"

Kalimat perintah dari akhtar bukan terdengar seperti perintah kepada istri yang lemah lembut. Tapi lebih terdengar seperti perintah dari majikan ke pembantunya dengan kasar. Tapi Vienza tak ambil pusing dia turun dengan hanya melilitkan selimut ketubuhnya.

Akhtar melihat punggung mulus Vienza dan kembali sesuatu yang bergejolak dibawah sana menginginkan Vienza.

Akhtar lalu membalikkan badannya dan meninggalkan kamar itu segera.

Saat Akhtar keluar beberapa pelayan masuk membawakan baju dan juga membantu Vienza bersiap.

Setelah selesai dengan gaun seksi yang katanya pilihan Akhtar ini, Vienza masih menunggu suaminya yang seperti majikan itu.

Akhtar berpesan kepada pelayan kalau Vienza harus menunggunya untuk turun bersama keruang makan.

Vienza menoleh saat mendengar suara pintu terbuka.

Akhtar berjalan biasa saja tanpa terpesona melihat kecantikan dan betapa seksinya Vienza sekarang.

"Ayo putri, mereka sudah menunggu kita." Akhtar mengandeng Vienza.

Setelah makan kita akan ke balkon istana menyapa rakyat yang datang untuk melihatmu. Tapi aku ingin kamu berganti pakaian sebelum ke balkon.

Karena setelah itu kita akan menaiki kereta kencana istana dan berjalan-jalan menyapa penduduk. "

Vienza diam dan tak berniat menjawab. Dia cukup mengerti pikirnya.

Mereka memasuki ruang makan, disana sudah ada Raja dan juga Ratu. Ada adik perempuan Akhtar yaitu putri Mahira.

Dan tatapan terkejut ketika dia melihat Ghafur juga duduk disana.

Vienza berpikir apa hubungan Ghafur dengan Akhtar sehingga bisa ada diistana ini.

Penampilan Vienza membuat semua terpukau ditambah bekas tanda yang masih tertinggal dileher Vienza.

"Wah... Kelihatannya hasil nih semalam kak. " Mahira memasang wajah menggoda ke Akhtar yang menampilkan wajah kaku nya itu.

Ghafur sendiri hanya diam melihat wajah Vienza. Tanda merah itu sangat mengganggunya dia berdiri dari duduknya membuat semua orang melihatnya. Tapi Vienza sama sekali tak melihatnya, Vienza hanya menatap lurus ke meja makan.

"Maaf pangeran Akhtar saya akan mempersiapkan keperluan anda saja. Lagi pula saya sudah sarapan tadi. "

Akhtar mengangguk setuju, sementara sang Raja mengamati pengawal pribadi Akhtar yang baru itu. Dia seperti pernah bertemu dan mengenal wajah itu.

"Ah... Ayo Vienza kita mulai sarapannya. Ibunda berharap kalau kamu akan betah berada disini. " Vienza tersenyum kepada ibu Ratu dan ini pertama kali Akhtar dan yang lainnya melihatnya tersenyum.

Dan senyuman itu bukan lantas membuat Akhtar terpesona. Akhtar malah semakin ingin menjaga jarak mulai dari sekarang dengan Vienza. Dia sangat membenci senyuman pura-pura seperti yang ditunjukan oleh Vienza.

*****

Comments (1)
goodnovel comment avatar
sri nurhayati
cerita yg menarik......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status