Share

:: Part 9 ::

Akhtar melihat diam-diam Vienza yang menyantap sarapan paginya.

Semalam dia tidak jadi melakukan hal yang sangat ingin dia lakukan kepada Vienza. Pernyataan terakhir Vienza membuatnya merasa kesal kepada dirinya sendiri, dia mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi dan keluar dari dalam mobil dengan membanting pintu membuat Vienza merasa bersalah.

Akhtar melihat wajah muram Vienza pagi ini. Tumben sekali pikirnya, biasanya Vienza hanya akan memperlihatkan wajah dingin nya kepada semua orang.

Suara Baginda Raja membuat lamunan nya akan Vienza tersadar.

"Akhtar sebelum penobatanmu sebagai raja dilakukan, ayah ingin kau mengajak Vienza berbulan madu terlebih dahulu."

Akhtar terbatuk-batuk mendengar kata bulan madu.

"Tidak perlu ayah, lagi pula akan sangat melelahkan pergi jauh lalu datang dengan acara penobatan."

"Kau ini, jangan membantah Akhtar. Kewajibanmu sebagai seorang suami mengajak istrimu pergi dan membuatnya bahagia. Bagaimana Vienza, apa ada tempat yang ingin kau kunjungi".

Vienza juga terkejut dengan pertanyaan itu.

"Sebenarnya saya ingin pergi melihat  beberapa rumah  sakit di sini , hanya itu yang saya ingin kunjungi. Karena saya seorang Mahasiswi kedoteran dan saya tidak bisa menjalankan apa yang saya dapat dari saya kuliah dulu. Apa boleh jika saya ingin itu ?"

Akhtar menghentikan pergerakan sendok nya dan melihat wajah serius Vienza.

"Boleh juga," kata Baginda Raja sambil berpikir. "Ayah akan menyuruh Ghafur menyiapkan perjalanan dan penginapan kalian, tapi kau harus mau menerima kado pernikahan dari ayah." Vienza tersenyum kaku dan semua itu tak luput dari penglihatan Akhtar.

"Baiklah, nanti Ghafur akan memberikan kado dariku menantuku yang cantik."

Mahira dan Ratu tersenyum senang mendengar kado yang akan diberikan baginda Raja itu.

******

Ghafur berjalan di lorong Istana megah Wieldburgh, tanpa sengaja dia melihat Vienza berjalan bersama beberapa pelayan. Perasaannya masih sama saat dia dulu melihat wajah Viza. Dia jatuh cinta setiap kali melihat wajah manis milik Vienza.

Flash back

"Ini pesanan anda miss." Seorang pemuda membawakan susu coklat hangat khas cafe itu.

Pria itu adalah pelayan di cafe itu. Banyak yang berkata kalau dia terlalu tampan untuk menjadi seorang waiter, tapi apa daya hanya ini yang bisa dia  kerjakan untuk mencari nafkah. Mencari pekerjaan sambil menjaga ibunya yang sakit-sakitan adalah hal yang sulit.

Makanya terkadang dia menjadi penyanyi di cafe tempat nya bekerja agar dapat tambahan uang.

Sudah ada Produser yang ingin mengorbitkannya tapi ibunya memintanya untuk tidak menjadi super star. Dan mau tidak mau dia menuruti permintaan sang ibu.

Ghafur adalah pelayan yang selalu diam-diam melihat wanita cantik yang selalu sendiri itu. Wanita itu sangat cantik meski memakai kaca mata besar yang bertengger di hidung mancungnya. Ekspresi wanita itu selalu datar, dan dia tidak menatap ponsel melainkan buku kedokteran.

Hari ini Ghafur memberanikan dirinya untuk berkenalan dengan wanita cantik itu.

Dia berjalan sambil membawakan cake terbaik di cafe itu , wanita itu menatapnya seolah bertanya.

"Maaf , saya tidak pesan cake, anda salah meja." Pertama kali dia mendengar suara dari wanita cantik itu, dan jantungnya berpacu lebih cepat.kakinya seolah seperti gel, namun dia berusaha mengontrol dirinya.

"Cafe kami sedang membagikan cake gratis Miss." Bohongnya dan wanita didepan nya itu melihat ke sekeliling hanya dia yang diberikan cake ini.

Dia menatap heran pada Ghafur.

"Maaf boleh saya tahu nama anda miss."

Sorot mata wanita itu terkejut, dan menatap lekat Ghafur. Lalu dia berdiri dari duduknya.

"Kuharap kau tahu sopan santun terhadap pelanggan tuan". Dia pergi setelah meletakkan uang untuk membayar tagihan menu yang dia pesan.

Ghafur mendesah , pertama kalinya dia tertarik dengan wanita. Tapi berakhir begini, mungkin pelayan cafe sepertinya memang harus tahu diri.

Flash back end.

Lamunan Ghafur terhenti saat Akhtar menepuk pundaknya.

"Apa kau sudah menyiapkan perjalananku dan istriku besok Ghafur."

Ghafur menunduk kikuk melihat wajah serius Pangeran mahkota itu.

"Sudah Pangeran, semua sudah beres."

Ghafur menatap Pangeran Akhtar yang mengelus dagunya.

"Baiklah, aku akan keluar sebentar . Jika Baginda Raja bertanya katakan saja aku ketempat Fasya."

Ghafur menatap Pangeran Akhtar yang pergi meninggalkannya dilorong istana itu.

Dia berjalan menaiki tangga dan melihat keadaan istana. Tugasnya saat ini adalah menjadi orang kepercayaan baginda Raja.

Entah kenapa dia merasa sangat dekat dengan kerajaan ini meski baru berada di Wieldburgh.

*****

Fasya melambaikan tangan melihat Akhtar sepupu nya tercinta memasuki club tempat biasa mereka berkumpul.

"Hai Pangeran mahkota. Bukankah kau harus bersiap-siap untuk perjalanan mu bersama putri Vienza istrimu "

Yang ditanya malah diam meneguk wine didepan nya. Tania yang ada dimeja yang sama langsung mendekati Akhtar.

"Ckckck...sayang sekali Vienza sudah menjadi istrimu, jika tidak aku pasti akan melamarnya jika tahu dia cantik dan polos begitu. Lagi pula kau tahu, dia sangat menggairahkan semalam. Jika bukan istrimu, aku sudah mencium bibir merah delima itu."

Akhtar melihat tajam Fasya yang hanya tertawa ditatap begitu.

"Ada apa Akhtar ? Kau memiliki Vienza yang cantik tapi kau masih datang ke tempat ini. Aku hanya kasihan kepada Vienza, mungkinkah kau belum menyentuhnya sama sekali ?"

"Jaga ucapanmu Fasya, aku tidak suka kau membawa-bawa nama istriku. Aku kesini hanya ingin memperingatimu jangan pernah menyentuh Vienza lagi."

"Kenapa, bukankah kau bebas menyentuh wanita lain dihadapannya, kau curang sekali sepupu."

"Jangan campuri urusan ku Fasya, mengerti." Akhtar mengancam dengan tatapan mata tajamnya.

Tania menarik wajah Akhtar menatap wajah Pangeran itu, dan tersenyum.

"Kurasa kau tidak mendapatkan kepuasan dari istrimu itu Pangeran." Akhtar menepis tangan Tania . Dia kesal dengan kedua orang yang dekat dengannya selama ini.

"Jangan sok tahu Tania, dan menjauh dariku." Tania memutar bola matanya, semalam kau bermesraan dengan wanita lain. Sekarang kau meminta ku menjauhimu, biasanya kau juga yang ingin dekat denganku.

Fasya dan Tania tertawa, sambil meneguk wine mereka.

"Ehm..tapi Akhtar kurasa penjaga istana baru itu melakukan istrimu berlebihan. Aku melihat caranya marah karena aku memegang pinggang istrimu.

Seperti aku sudah merebut pacarnya saja."

Akhtar mengernyit dan mengangkat sedikit sudut bibirnya.

"Dia melakukan tugas yang kuperintahkan."

"Tapi dia tampan juga , aku takut istrimu malah berpaling padanya karena kau selalu menyuruh dia menjaga istrimu."

Akhtar hanya diam tak menanggapi, dia tidak perduli. Jika itu terjadi dia tinggal memulangkan wanita itu kekeluarganya.

Sehingga Vienza dan keluarganya akan menanggung malu seumur hidup mereka.

Dia bukan ayahnya yang hanya diam mengetahui perselingkuhan ibunya.

"Aku melihat Vienza dan dirimu tidak memiliki perasaan sama sekali, Vienza tidak terlihat marah saat melihat mu bermesraan kemarin, tatapan matanya hanya seperti dia terkejut. Dan tidak ada kilatan luka dimatanya."

Fasya mulai untuk menasehati Akhtar. Dia sebenarnya sangat sayang kepada sepupu nya satu ini, dia tidak ingin Akhtar terjerumus kedalam lubang kebencian terlalu dalam. Akhtar harus bisa percaya kalau cinta sejati itu ada.

Setidaknya Akhtar mencoba nya dengan Vienza.

"Memang aku dan Vienza tidak saling menyukai. Jadi tidak ada salahnya kalau aku bermesraan dengan wanita lain bukan".

Tania menoyor kepala Akhtar. Memang hanya Tania yang berani melakukan ini kepada Akhtar. Akhtar menggeram kesal.

"Kau bodoh atau apa, kau boleh begitu sedangkan istrimu kau kurung dalam pernikahan tidak jelas ini. Tidak ada perempuan yang mau suaminya bermesraan dengan wanita lain meski putri Vienza tak menyukaimu dia pasti merasa terhina, kau tahu."

Fasya bertepuk tangan atas ceramah Tania sedangkan Akhtar menatap tania tak percaya.

Bukannya wanita ini menyukainya, kenapa sekarang dia begitu perduli dengan perasaan Vienza.

"Saranku lebih baik kau mencoba untuk memperhatikan istrimu, setidaknya berteman lah dengannya. Jangan menganggap Vienza orang asing, karena orang asing yang kau anggap sekarang ini kelak akan melahirkan keturunanmu. Akan lebih baik jika kalian berteman. Bagaimana??" Giliran Tania melotot kepada Fasya.

"Kenapa, apa nya yang salah.?"

"Tidak ada teman yang melakukan hubungan intim Pangeran Fasya, apalagi sampai punya anak." Tapi Fasya dan Akhtar malah tertawa karena kalimat Tania.

"Kau sadar dengan ucapanmu hm? Kau berteman dengan Akhtar tapi kau juga tidur dengannya. Hahahahaha...". Fasya tertawa mengejek.

"Setidaknya aku tidak hamil anaknya" Tania merona menahan malu. Akhtar memang menganggapnya teman. Tapi Tania menyukai Akhtar, sehingga dia menggoda Akhtar saat itu. Dan semua itu terjadi beberapa kali disaat mereka berdua mabuk, atau Tania yang menggoda Akhtar.

Dan sekarang Tania merasa Akhtar adalah bajingan yang melupakannya.

Lihat saja sekarang, dia baru menyentuh tangan Akhtar tapi Pangeran itu sudah menolaknya.

Akhtar pulang hingga larut malam. Kepalanya terasa berdenyut akibat terlalu banyak minum Alkohol.

Fasya mengantarkannya kembali ke Istana, dia membawa Akhtar masuk kedalam istana pelan-pelan takut menimbulkan keributan. Bisa gawat jika pamannya tahu anak kebanggaannya ini mabuk.

Fasya sengaja membawa Akhtar masuk kelorong kamar Vienza bukannya kamar Akhtar. Semoga saja apa yang diharapkannya terjadi.

Pengawal pintu kamar Vienza memberikannya jalan masuk kedalam kamar itu, Vienza memang belum tidur. Dia masih memandangi foto diponselnya.

Foto dirinya dan kekasihnya dulu.

Dia terkejut melihat Fasya masuk kekamarnya sambil membawa Akhtar dalam keadaan mabuk. Lalu refleks tangan Vienza menghapus satu-satu nya foto yang dia miliki.

"Maaf mengganggumu malam-malam. Dia mabuk dan aku takut membawanya kekamarnya karena terlalu dekat dengan kamar Yang Mulia Raja."

Vienza hanya mengangguk mengerti. Jujur saja dia takut mengetahui Akhtar ada dikamarnya.

"Aku permisi kalau begitu, maaf merepotkanmu Putri."

Vienza mengangguk lagi dan pintu kamarnya tertutup.

Dia meletakkan ponselnya lalu berjalan menghampiri Akhtar yang tergeletak di tempat tidurnya. Aroma alkohol sangat menusuk hidung Vienza.

Vienza membuka sepatu dan kaos kaki Akhtar, dia melepas kancing kemaja satu persatu agar Akhtar nyaman untuk tidur.

Tapi tangannya ditahan oleh Akhtar. Mata mereka bertemu dan Vienza merasa ada sesuatu yang menjalar ditubuhnya.

"Kau sangat cantik"

Vienza terpaku dengan kalimat yang diucapkan Akhtar.

Tapi dia berusaha biasa saja dan kembali membuka kemeja Akhtar, menyisakan kaos dalam nya.

Setelah selesai dia ikut berbaring dan meletakkan guling untuk pemisah dirinya dan Akhtar. Lagi-lagi Akhtar membuat jantung nya tak karuan.

Dia melempar guling itu hingga terjatuh kelantai. Dia memeluk Vienza dari samping.

"Sebentar saja aku ingin memelukmu, kau tahu aku sangat ingin meminta maaf atas semua perbuatan ku. Tapi mau bagaimana lagi, aku terlalu takut semua akan terulang lagi."

Setelah kalimat panjang yang diucapkan Akhtar, Vienza hanya diam mencerna.

Dia menutup matanya berharap besok pagi Akhtar sudah tidak ada ditempat tidurnya. Seperti malam malam biasanya.

****

Waktu menjelang pagi, Akhtar masih tertidur pulas sambil memeluk Vienza yang tidur menyamping menghadapnya. Jubah tidur Vienza turun hingga menampilkan sebagian dada nya.

Akhtar terbangun akibat sinar matahari yang mengusik tidur.

Dia mengerjap dan menahan sakit kepala akibat mabuk, tapi dia langsung terkejut saat melihat Vienza yang tertidur lelap dengan tangannya yang memeluk Vienza.

Mereka layaknya suami istri yang bahagia melewati malam bersama.

Akhtar melihat wajah Vienza. Dia benar-benar kagum melihat kecantikan Vienza. Bibir nya, matanya, bahkan dalam keadaan tidur seperti ini Vienza jauh terlihat cantik.

Sesuatu yang terbuka menggoda Akhtar untuk menikmati pagi yang indah ini dengan istrinya.

Tidak biasanya dia tidur nyenyak, apalagi dalam keadaan mabuk.

Tapi sepertinya malam ini dia sangat menikmati malamnya.

Akhtar mendekatkan wajahnya ke Vienza. Dia menyusuri wajah Vienza dengan matanya, dan lagi-lagi dia melihat bagian yang hampir terbuka itu.

Karena geram Akhtar mencium bibir Vienza dan menelusuri leher serta dada yang menggoda Akhtar sedari tadi.

Vienza yang tertidur merasa sedang bermimpi dan desahannya keluar, tapi saat tangan Akhtar mulai membuka kancing jubah tidurnya dia mulai mendapatkan kesadarannya.

Matanya perlahan terbuka dan Akhtar sedang meremas dan menciumi dadanya.

"Please... Not now"

Akhtar berhenti melihat tatapan Vienza yang memohon. Akhtar tersenyum sinis kepada Vienza.

"Apa kau tahu kau melakukan dosa istriku, tapi tidak masalah. Aku akan melakukannya saat kau yang memintanya kepadaku. Aku tidak ingin disangka pemerkosa istriku sendiri."

Akhtar bangkit dan pergi sambil membanting pintu kamar Vienza.

"Dosa." Vienza mengingat kata itu dikepalanya. Dia memang sangat berdosa kepada Akhtar. Tidak membiarkan Akhtar memilikinya dan dia masih mencintai pria lain.

*****

Semua persiapan kepergian Vienza dan Akhtar sudah rampung, para pengawal sudah bersiap di depan mobil masing-masing.

Setelah melambaikan tangan kepada Baginda Raja dan Ratu, mereka meninggalkan Istana untuk menempuh perjalanan.

Vienza dan Akhtar sedang berada didalam mobil yang dikawal dengan banyak pengawal didepan ataupun belakang mereka.

Tiba-tiba ada suara ledakan yang membuat ketiga mobil didepan mereka terbakar dan mobil yang membawa Vienza dan Akhtar berhenti mendadak.

Akhtar mengambil pistol dari dalam saku celananya.

"Jangan keluar apa pun yang terjadi kau paham. " Akhtar memerintah Vienza dengan wajah panik nya.

Akhtar dan para pengawalnya saling menembak orang yang menyerang mereka.

Akhtar dan para pengawal nya sudah hampir menang tapi Vienza dibawa paksa dari dalam mobil dan kepalanya ditodong oleh pistol.

"Akhtar." Vienza menyebutkan nama itu dengan perlahan.

Akhtar mengumpat lalu mengangkat tangannya. Vienza dibawa paksa menjauh dari Akhtar.

Pria yang menutup kepala dan hanya menampakkan kedua bola mata itu memaksa Vienza ikut dengannya. Saat Akhtar mengangkat senjata nya, terdengar suara tembakan dan mengenai bahu kiri Akhtar.

Vienza melihat Akhtar yang tertembak. Vienza akhirnya mengeluarkan apa yang dia pelajari selama di Fortania.

Dengan beraninya Vienza memutar tangan pria yang menodongkan pistol kearahnya secara tiba-tiba.

Vienza berhasil mendapatkan senjata itu dan menembak tanpa ragu dua orang dihadapannya.

Dia berlari sambil menghindari peluru yang akan mengenai tubuhnya.

Dia menarik lagi pelatuk pistol itu dan dor...

Dua orang terkena tembakannya.

"Bawa masuk Pangeran kedalam mobil dan lindungi kami."

Vienza masih memegang pistol dan berjalan mundur. Dia kembali menembak sekali lagi dan tepat sasaran. Dia masuk kedalam mobil bersama Akhtar. Dan juga sopir yang membawa mereka menjauh dari sana.

Didalam mobil Akhtar masih sadar menahan rasa sakitnya, dia melihat semua yang terjadi. Vienza merobek gaunnya untuk mengikat bahu Akhtar.

Jangan banyak bergerak, pelurunya akan masuk lebih dalam jika kau bergerak.

"Tom, lebih cepat lagi. Kita harus segera sampai di rumah sakit." Vienza terlihat khawatir.

Sedangkan Akhtar masih diam memikirkan apa yang dia lihat tadi, Vienza menembak dengan sangat mahir. Dia juga sempat mematahkan tangan seorang pria, apa lagi rahasia wanita cantik yang menjadi istrinya ini.

******

Bersambung ❤

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status