Share

39.

Di tengah takut dan kalutnya pikiran Fathia, ia disadarkan oleh sebuah tepukan di bahu kirinya.

"Mbak, saya duluan ya."

Fathia lantas menganggukan kepalanya sembari menyunggingkan sedikit senyum saat ibu yang tadi menceritakan menantunya itu pamit.

Tak berselang lama, sebuah brankar yang di atasnya terdapat pasien yang seluruh tubuhnya bahkan sampai kepala, ditutupi selimut, keluar dari ruang ICU yang terbuka lebar. Fathia bahkan baru menyadari pintu ICU terbuka lebar, padahal terakhir dilihatnya tertutup rapat tadi.

Entah mengapa tubuh Fathia melemas tanpa daya di posisinya. Pikirannya semakin kalut, apalagi saat membayangkan jika ia yang menangis histeris seperti tadi karena Adnan-- ah sudahlah ia harus menghentikan semua pikiran buruknya di sini. Ia hanya perlu terus berdoa dan berikhtiar supaya Allah mengembalikan Adnannya kembali sehat dan terus bisa hidup mendampinginya dan Thalia.

Fathia menarik nafasnya panjang, mencoba menenangkan dirinya, dan menghembuskannya perlahan. Berka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status