Share

Adil

Sudah tiga hari lamanya Vartan berada di Kerajaan Danina. Membuat kepala Meira seakan pecah dengan kekacauan yang dibuat Vartan. Raja menyebalkan itu selalu mengganggu saat saat kosongnya, Sehingga mengukir lingkar hitam pada kedua matanya.

"Bagaimana caranya agar ia pergi dari kerajaan ini, aku sudah lelah dengan tingkahnya yang absurd." Meira menjambak rambutnya kesal. Kini ia menatap gambar dirinya di pajangan alumunium maklum disini tak ada cermin. Meira pun memiliki ide untuk mengusir Vartan secara halus.

"Be a smart woman!! Tidak hanya berpacu pada satu hal!" Meira memilin anakan rambutnya dan menyelipkannya diantara telinga kirinya.

"Bawa aku ke penginapan dimana Vartan berada!" perintah Meira.

"baik, Yang Mulia."

Own crown

"Ada apa ingin bertemu denganku?" tanya Vartan dengan menyilangkan kedua tangannya diatas dada bidangnya.

"Aku pasti akan membicarakan hal yang penting. Apa aku terlihat seperti orang yang bertele-tele?" Meira bertambah kesal saja setiap kali melihat wajah Vartan, sepertinya ia benar benar harus mengusir Vartan.

"oh, ku pikir kau rindu dengan ku sehingga kau rela datang pagi pagi sekali. Bahkan aku yakin kau belum mandi, bukan"? Dengan santai nya Vartan menatap Meira dari atas hingga bawah membuat Meira mendengus kesal.

"Jangan terlalu percaya diri. Aku hanya ingin kau membuka pikiran. Kalau kau terlalu lama disini, bagaimana nasib rakyatmu nanti. Kau harus mengawasi kerajaanmu itu!" ucap Meira.

"Wah, ternyata Ratu Meira mengkhawatirkan daku. Manis sekali. Tapi dengar sayang, aku memiliki banyak orang kepercayaan. Dan mungkin aku akan memerintah orang kepercayan ku untuk mengawasimu,"

"Terima kasih karena mengkhawatirkanku" ucap Vartan dengan kepercayaan dirinya yang tinggi membuat darah Meira naik ke ubun ubun.

"Aku tak pernah peduli dengan siapapun. Jujur saja, aku muak dengan kedatanganmu kemari. Kau membuat hari hariku penuh dengan keributan!!!" Meira hendak melayangkan tinju, namun dia ingat manusia didepannya itu siapa.  Akhirnya, Meira memutuskan untuk pergi saja.

Dari kejauhan Vartan mengimbuh,

"HATI HATI DIJALAN, JANGAN LUPA MEMIKIRKANKU!!!"

Meira pun menulikan telinganya, dan menyuruh pengikutnya untuk cepat cepat berjalan.

Own Crown

"Arghhhtt...bagaimana caranya agar aku bisa mengusirnya?" Gumam Meira yang masih bisa didengar oleh para dayangnya.

"Yang Mulia, Jendral angkatan laut Odi tertangkap karena melakukan transaksi ilegal penjualan tumbuhan herbal jenis tertinggi di kerajaan kita. Sekarang, kepala keamanan kerajaan meminta masukan Yang mulia." Rodiah melapor pada Meira membuat Meira mengalihkan pikirannya dari tentang Vartan menjadi laporan yang baru saja ia dengar.

"hmm, dia orang penting di kerajaan ini, bukan? Harus ada hukuman setimpal dari yang ia perbuat,"

"Rodiah, umumkan untuk membawa Odi kehadapanku. Katakan pada mereka kalau aku menunggu di ruang sidang." perintah Meira.

"baik, Yang mulia."

Meira pun bergegas untuk membersihkan dirinya. Dayangnya menyediakan air hangat dan beberapa wewangian. Orang disini sudah mengenal sabun. Walau tidak semenarik sabun di zaman modern, sabun disini tidak kalah kualitasnya.

"Naomi, ambilkan aku baju yang aku letakan di lemari paling bawah. Disana terdapat satu gaun berwarna kuning!" perintah Meira

Naomi pun mengambil gaun yang diperintahkan Meira, namun terkejut karena gaunnya jarang sekali ia lihat.

"maaf Yang Mulia, kenapa gaunnya hanya memiliki satu lengan dikanan  dan memiliki belahan dari bawah hingga atas paha?" Tanya Naomi.

Meira ingat bahwa ia membuatnya diam diam saat tidak ada satupun  dayang yang menemaninya hingga ia membuat gaun yang fleksibel tidak membuatnya sulit untuk bergerak.

"Oh, itu adalah gaun yang aku buat sendiri. Bagaimana menurutmu, Naomi?" Meira bertanya pada Naomi membuat Naomi bungkam karena ia takut membuat ratu kejamnya sakit hati.

"kenapa diam. Jujur saja apa aku akan memenggal mu ketika jawabanmu membuatku sakit hati. Tenang saja aku bukan ratu seperti itu," Ucap Meira membuat Naomi tersentak.

"Anu, Yang Mulia. Gaunnya cantik tapi aneh bagiku" Jawaban Naomi membuat Meira tertawa keras dari bilik kamar mandi yang ia tempati. Tawanya menggelegar namun manis. Meira merasa senang saja bisa bercanda dengan Dayangnya. Dia tidak ingin semua yang dijalaninya terasa kaku.

"Yasudah, kau Naomi beristirahatlah."

"Terimakasih, Yang Mulia" Naomi pun pergi membuat kekosongan ruangan meraung.

"hufft, Jenderal Odi. Kau salah satu biang masalah keuangan di Kerajaan ini. Rasakan hukumanku." gumam Meira sambil memecahkan beberapa gelembung dan tersenyum. Psyco.

***

"Tercatat kerugian sebesar 2000 permata" Ujar Jaksa Wanta pada Hadirin disana.

"besar sekali, jumlah itu sudah cukup untuk memperbaiki semua fasilitas disini!" Meira mulai membuka buku tebalnya, dia sudah mempelajari bahasa aksara didunia kuno ini.

"Sepertinya harus ada dewan yang merevisi semua peraturan. Buku ini jelas sudah tak terpakai lagi karena kurang menguatkan sistem ketegasan,"

"Namun, aku akan memberikan hukuman pada bajingan ini. Catat dan tuliskan sebagai undang undang baru, bahwa setiap orang yang melakukan tindakan tanpa izin kepalanya akan dipenggal dan seluruh asetnya disita. Keluarganya harus diungsikan dirumah susun"

Odi yang berada di tengah mereka membelalakan matanya. Ia berpikir bahwa waktunya tak lama lagi. Ia menangis memohon ampun.

"Maaf, anjing kecil. Besok adalah hari terakhirmu. Pelayanku akan memberikan makanan yang enak untukmu" Meira menyudahi sidang tersebut dan hendak pergi.

_____

Tinggalkan jejak dengan vote dan komen. Trimss..

Readers Adalah Raja

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status