Share

Seorang Meira Juga Clarissa

"Hesa, Apakah kau benar akan menikahiku?" tanya Tera dengan kerudung birunya.

"Maafkan aku. Aku masih mencintai, Meira." pernyataan Hesa membuat Tera menangis.

"jadi apa maksud lamaran yang lalu?" tanya Tera setelah dia menyeka air matanya.

"Coba kau pikirkan, kau tak punya apa apa lagi. Kau memang seorang putri. Tapi kau, dayang pun tak punya." Kata kata Hesa benar benar menusuk hati dan menjatuhkan harga diri Tera.

"Kenapa semua orang di dunia ini berpihak hanya kepada Meira. Kenapa aku tak diperbolehkan merasakan kasih sayang yang sebenarnya," Tera menumpahkan semua rasa yang ia pendam selama ini dengan menangis.

"aku iri kenapa dia yang menjadi ratu, bukankah aku juga mampu. Oh iya, karena aku anak selir bukan?"

"Dunia tidak adil. Lebih baik aku bunuh diri saja." Hesa tak memperdulikan kata kata Tera, ia hanya diam menunggu Tera melakukannya.

Prok..prok..prok..

"Hei, dua sejoli yang bodoh!" tepuk tangan Meira membuat drama yang mereka mainkan terhenti.

"Jalan jalan malamku terganggu karena kalian. Kisah percintaan kalian tolong jangan memperlibatkan aku. Dan kau Tera kalau ingin jadi ratu boleh saja. Tapi ku pikir, bagaimana seorang ratu bunuh diri karena cintanya ditolak?" sekaligus menyindir Meira telah membuat wajah Tera merah padam. Disamping itu, Hesa menatap Meira dengan pandangan bertanya? Mengapa seorang Meira bisa sekasar ini?

"Kau. Kau Hesa bukan? Aku hanya mau bilang kau menikah saja dengan Tera. Jangan jadi pria pecundang yang setelah memberi harapan lalu menghancurkannya seketika." setelah mengatakannya Meira pun pergi bersama dayang dayangnya, meninggalkan keheningan diantara mereka berdua. Tera dan Hesa.

***

"Yang Mulia, Kondisi kerajaan kita kian membaik. Masalah pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan politik kini bisa dijalankan searah berkat pembuatan undang-undang oleh para dewan dan persetujuan Yang Mulia," Rodiah memberi catatan laporan terbaru setiap hari. Kenapa tidak perdana menteri yang mengaturnya? Karena Meira lebih percaya dengan Rodiah.

"Rodiah, aku ingin melakukan penurunan tahta atas jabatan Perdana menteri!" Ucap Meira membuat mata Rodiah terbuka lebar.

"Bagaimana ini Yang Mulia? Mencari calon Perdana menteri membutuhkan biaya yang besar dan tenaga yang banyak untuk menyeleksi siapa yang pantas." pernyataan Rodiah membuat Meira menggelengkan kepalanya dan Meira pun mengimbuh,

"Kalau orang yang cocok ada di dekatku kenapa tidak? Kau Rodiah. Menurutku kau sangat cocok, kerjamu cekatan dan rapi, yang paling penting tidak pernah ada kata korupsi di dalam hidupmu,"

"dibandingkan dengan perdana menteri yang sekarang, aku perhatikan dia lebih senang berfoya foya ketimbang mengatur kerajaan ini. Percayalah Rodiah, aku memilihmu karena aku percaya bahwa kau yang lebih cocok menjadi Perdana menteri." Meira pun berdiri dari tempat tidurnya dan bergegas menatap pantulan dirinya di cermin, ia memoleskan bedak tabur dan pewarna bibir ke wajahnya.

"Apa yang aku perintah, harus dijalankan,"

"Kalau tidak...." ucap Meira terhenti seperti menunggu sesuatu.

"A-aku akan menjadi badan tanpa kepala." Ucap Rodiah bergetar membuat Meira menjentikan tanganya ke udara.

"Great job!" Ucap Meira dengan bahasa asing membuat Rodiah kebingungan, sedang berbicara apa ratunya ini?

"Aku ingin bertemu ibu, sudah beberapa hari aku tak menjumpainya" ucap Meira masih menatap Cermin dan memilih warna apa yang bagus untuk kelopak matanya. Baginya, make up di zaman Kuno dan Zaman modern sangat berbeda jauh. Disini hanya memiliki sedikit warna dan berbentuk tabur. Sedangkan, modern sudah bermacam-macam bentuk dan warna.

"Selesai. Ayo kita menemui ibuku!"

***

"selamat malam, ibunda!" Meira memeluk Risa yang sedang membaca gulungan kertas yang menurut Risa tidak asing.

"Hmm, buku apa yang ibu baca?" Meira pun melepaskan pelukannya dan menatap fokus terhadap gulungan kertas mirip koran tersebut.

"Aku mendapat berita bahwa kau telah memenggal kurang lebih 56000 orang dan 1000 orangnya adalah bagian orang yang kau penggal dengan tanganmu sendiri," Risa menggulung kertasnya dan meletekannya diatas meja.

"Aku tak tau kalau hilang ingatan didalam kepalamu bisa membuatmu jauh lebih buruk dan kejam" Risa menatap Meira datar seperti menahan emosinya.

"ibu kau semakin segar, kau bertambah gemuk akhir ak~"

"CUKUP!! Jangan mengalihkan pembicaraan!" Bentak Risa saat Meira mengalihkan topik pembicaraan.

"M-maaf ibunda. Memang seharusnya seperti itu agar kerajaan ini aman," jelas Meira.

"Ibu mohon kau menghapus peraturan pemenggalan, lebih baik kau beri hukuman kurung saja. Aku tak menyangka rumor itu benar benar nyata!!" Risa benar benar marah, bahkan telinganya memerah. Tusuk konde yang biasanya ia pakai kini sudah tak brraturan lagi, alisnya tertaut menandakan ia benar benar marah sekarang.

"Aku pinta agar ingatanmu cepat pulih agar kau bisa kembali seperti semula!" Risa kembali tenang dan duduk dengan tangan diletakan di paha.

"Aku tak yakin, tapi aku akan berusaha" Meira tampak gusar memikirkan hal ini. Karena sungguh ia bukan pemilik asli tubuh ini.

Aku adalah Meira dan juga seorang Clarissa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status