Meira memijat kepalanya yang sedikit sakit akibat perkataan Risa semalam. Meira berencana mengeluarkan peraturan baru agar Risa tenang.
"Yang Mulia, Kekacauan terjadi di kerajaan kita. Kerajaan Afroja mengancam akan menghabisi kerajaan ini jika Yang Mulia tidak menghampiri mereka" disela sela lamunan Meira, Rodiah datang bersama para dayang juga segerombolan pelayan dan para petinggi.
"APA!!! KENAPA INI BISA TERJADI?" tanya Meira. Sepertinya masalahnya tak akan pernah selesai kalau begini caranya.
"Saya tidak mengerti Yang Mulia. Mereka datang secara tiba tiba. Dan Mereka sudah sampai ke pintu gerbang istana!" ucap Rodiah dengan wajah penuh peluh.
"Hmm, jangan kerahkan pasukan! Biar aku sendiri yang menanganinya!" mereka semua terkejut. Kerajaan Aforja membawa pasukan yang tidak sedikit. Bagaimana kalau terjadi apa apa pada ratu mereka? Inilah yang ada di pikiran mereka.
***
"SEMUA, BUKA JALAN JANGAN ADA YANG MENGHALANGI!" Teriak Meira saat gerbang mulai di buka.
"DIMANA RAJA KALIAN, PERINTAH DIA BERHADAPAN LANGSUNG DENGANKU!" Meira benar benar marah kali ini. Ia menghunuskan pedang yang biasa ia pakai untuk memenggal kepala kehadapan pasukan kerajaan Afroja.
Meira pada saat ini masih menggunakan gaun tidurnya yang berwarna putih. Meira bahkan belum sempat memoleskan sedikit pun riasan di wajahnya.
"Meira Dahya!!" seseorang turun dari kuda dan membuka jubah kebesarannya dapat dilihat kalau dia raja dari kerajaan tersebut. Meira sudah menduga sedari tadi bahwa Vartan lah dibalik semua kekacauan ini.
"KAU BENAR BENAR!!! KAU MAU APA DARI KU, HUH?" Meira menantangnya dengan membusungkan kedua dadanya agar tampak lebih berwibawa.
"wanita seperti apa kau ini. Kau tidak lihat kantung dimataku? Lihat warnanya hitam," Vartan mempraktekan apa yang dikatakannya dengan menunjuk bagian berwarna hitam di wajahnya dengan jari telunjuknya.
"Aku tidak peduli, lagipula mengapa kau mengadu padaku kalau warna kantung matamu hitam?" Meira memasukan kembali pedang yang baru saja ia hunus kedalam tempatnya. Meira kini menatap Vartan garang dan berkacak pinggang.
"Kau mengerikan sekali. Kau tak mengerti kalau aku memikirkanmu tanpa tidur sedikit pun,"
"Aku datang kesini, agar kau mau menerima pinanganku!" Wajah Vartan yang kelihatan bercanda tadi berubah menjadi dingin dan serius, tatapannya memaksa dan tajam memberikan atmosfer dingin.
"Menerima pinanganmu, atas dasar apa aku harus menerimamu?" Meira memiringkan bibirnya dan alisnya pun ikut miring menunggu jawaban dari pertanyaan yang Meira lontarkan barusan.
"Aku tak menerima penolakan. Kau mau menerimanya atau tidak tetap ku anggap bahwa kau calon istriku!" paksa Vartan membuat Meira membelalakan matanya.
"Aku akan cari cara agar semuanya gagal!" pernyataan Meira membuat Vartan tertantang dan mengimbuh,
"Kalau kau mencoba menggagalkan, maka seluruh rakyatmu akan ku bantai!" ancam Vartan membuat Meira tidak memiliki pilihan.
"Kau menyebalkan!" ucap Meira.
"Yah, aku tahu kau mencintaiku." Meira mendengus kesal ketika Vartan merayu nya yang bagi Meira tidak berarti apa apa.
Tanpa sadar Meira dan Vartan sudah berhadapan dengan jarak 2 meter. Vartan bergerak mendekati Meira membuat lampu kuning di kepala Meira berkelap kelip. Meira mengeluarkan pedangnya lagi, dan menghadapkannya pada Vartan.
"kau mendekat maka jantung mu habis tersekat!" ancam Meira namun ia berjalan mundur membuat Vartan tetap senang mengusilinya dengan terus maju mendekati Meira. Setelah dipastikan Meira tak mundur lagi, Vartan meraih tengkuk Meira lalu mendekatkan wajahnya dan berbisik,
"Kau menggunakan gaun yang tipis sehingga bagian dalammu kelihatan, apa begini seorang ratu berpakaian?" Meira refleks mengecek pakaian yang ia gunakan sekarang. Pipinya memerah karena malu. Ia tak menyadari bahwa sedari tadi orang orang melihatnya dengan pakaian sialan ini.
Vartan menjauh dari hadapan Meira dan berkata,
"Jika kau ingin menggodaku, katakan saja sepertinya aku tak membutuhkan kode murahan seperti itu!" Darah Meira telah matang sekarang, asapnya menyembur keluar, telinga meira sangat panas sekarang.
"Hei, perhatikan cara bicaramu dasar tuan tak tahu malu! Sudahlah aku mau pergi!" mereka semua yang berada disana pun membubarkan barisan setelah tontonan yang mereka anggap seru telah berakhir.
"HEI, KAU PERGI BERARTI KAU SETUJU!" Vartan melambai lambaikan tangannya setelah Meira telah berjalan jauh darinya. Vartan yakin Meira pasti mendengarnya.
"Aku belum mencintaimu, namun aku ingin memilikimu. Apa ada yang salah?" Ucap Vartan didalam hatinya.
"Aku harus mencari cara agar Vartan gila itu menjauh dariku!!" Gumam Meira.BRAKKK....."Ahaa....Aku punya ide!!" Para dayang terkejut karena gebrakan yang Meira perbuat.Sekarang dayang dayang bertambah bingung karena ulah Meira yang tiba tiba berjalan keluar dengan tawa bahagianya."Aku khawatir kalau Yang Mulia menjadi sakit jiwa karena Tuan Vartan," bisik Naomi pada Rodiah."Perhatikan kata-kata mu, Naomi!!" bentak Rodiah membuat Naomi terdiam.***"Semuanya! Maksud saya mengumpulkan kalian yang terhormat disini adalah untuk membahas mengenai pernikahan Tera dan Vartan!" Mendengar hal itu keadaan ruang sidang menjadi sunyi. Tak lama kemudian terdengar gelak tawa Vartan yang kemudian diikuti seisi ruang."kenapa kalian? Ada yang lucu?" tanya Meira."Maaf Calon istriku! Tera sudah punya Hesa untuk dijadikan suaminya!" Ucap Vartan membuat Meira terdiam."Aku Ratunya disini. Jadi sebagai kakaknya. Kakak tiri
"Aku harus menemui Ibu. Aku harus tahu kebenarannya. Agar kedepannya, aku tahu bagaimana harus bertindak!" Meira yang masih terdiam kini mondar mandir menebak nebak apa yang terjadi."Yang Mulia, Tuan Vartan menunggu di ruang tengah." sampai Rodiah pada Meira."Bajingan itu lagi. Mau apa ia kemari?!!"Meira memakai mahkotanya dan memberi pewarna pada bibirnya. Setelah ia rasa cukup, ia menyelesaikannya dan pergi menuju tempat yang dimaksud Rodiah.***"Ada keperluan apa kau datang?!!" Meira berkacak pinggang dengan wajah kesal khas miliknya."Baik, aku akan langsung pada intinya,""Pernikahan kita akan dilaksanakan 20 hari lagi,""jadi, bersiap-siap untuk menjadi pengantinku. Aku pergi dulu. Sepertinya, calon istriku adalah orang yang pemarah." Vartan mengedipkan matanya pada Meira."Kau pikir karena kau seorang Raja yang kaya aku mau padamu. Dasar bajingan!!!"teriak Meira namun tak dipedulikan oleh Vartan."aku h
"Tempat apa ini?" tanya Meira pada kusir."Ini adalah negeri ungu, semua dipenuhi dengan warna ungu sebagai ciri khas daerah ini," ujar kusir itu."Saya akan antarkan nona ke danau di tengah kota. Tempat istimewa bagi rakyat disini," jelas lagi kusir itu.Meira tidak membalas penjelasan dari kusir tersebur. Ia hanya diam memandang pemandangan serba ungu."Sudah sampai!! kalau boleh saya tebak, anda pasti kabur dari rumah karena perjodohan, ya?!!" tutur kusir itu."Diam!!! Kau tak dibayar untuk mengetahui masalahku!" Kusir itu hanya bungkam mendengar penuturan yang agak kasar dari Meira."Maaf, bersenang senang lah nona!" kusir tersebut pergi meninggalkan kota tersebut.***Meira berjalan sambil menikmati sejuknya angin yang berhempas kecil. Aroma ungu dari kota seperti wangi lavender, tetapi tidak pekat, hanya wangi lembut saja.Meira melihat ada kursi taman, mengarah pada danau ungu dan angsa yang menari.Tiba tiba
"Tempat apa ini?" tanya Meira pada kusir."Ini adalah negeri ungu, semua dipenuhi dengan warna ungu sebagai ciri khas daerah ini," ujar kusir itu."Saya akan antarkan nona ke danau di tengah kota. Tempat istimewa bagi rakyat disini," jelas lagi kusir itu.Meira tidak membalas penjelasan dari kusir tersebur. Ia hanya diam memandang pemandangan serba ungu."Sudah sampai!! kalau boleh saya tebak, anda pasti kabur dari rumah karena perjodohan, ya?!!" tutur kusir itu."Diam!!! Kau tak dibayar untuk mengetahui masalahku!" Kusir itu hanya bungkam mendengar penuturan yang agak kasar dari Meira."Maaf, bersenang senang lah nona!" kusir tersebut pergi meninggalkan kota tersebut.***Meira berjalan sambil menikmati sejuknya angin yang berhempas kecil. Aroma ungu dari kota seperti wangi lavender, tetapi tidak pekat, hanya wangi lembut saja.Meira melihat ada kursi taman, mengarah pada danau ungu dan angsa yang menari.Tiba tiba
"Sekarang kita sudah aman! Ceritakan semua padaku. Apa yang terjadi!" Perintah Harry pada Meira. Meira benar benar bingung kali ini. Bagaimana ia bisa menceritakan yang sebenarnya, kalau ia ratu di kerajaan Danina."Hmm, ibuku menjodohkanku pada Vartan. Aku tak mau jadi simpanannya." Ucap Meira"Kau tau kan, kalau Vartan itu raja yang keji." lanjut Meira"Baik, aku akan membantumu. Kau tinggal saja bersama Ola. Kau bantu dia bekerja." ucapan Harry sontak membuat Meira tersenyum bahagia. Ide Harry sangat cemerlang."Baik. Kalau begitu, besok aku ke rumah Ola ya!"***"Ratu menghilang Tuan! Kami kehilangan jejak. Anda boleh menghukum kami!" ucap salah satu pengawal."Ini bukan salah kalian. Wanita itu terlalu bodoh untuk melarikan diri. Dengan begitu, tanpa ia tahu. Dia telah memberi pentunjuk." Ucap Vartan"Vartan, menurut saya, kita batalkan saja perjodohan ini. Mungkin Meira tidak mau, dan saya mencemaskan dia. Bagaimana kalau
Sudah seminggu lebih Meira tinggal bersama Ola. Banyak hal menyenangkan yang terjadi. Meira belajar banyak tentang kesabaran dan ketelatenan."Ola, terimakasih ya karena membiarkan aku tinggal bersamamu." ucap Meria sambil membentuk adonan kue."Ahh, kau ini. Aku sudah menganggapmu lebih dari sahabatku!" Jawab Ola sambil menghias kue nya.Mereka pun melanjutkan aktivitas mereka sampai Harry datang dan membuat mereka berhenti."Ada apa Harry?" Tanya Meira dan juga Ola."Apa aku tidak boleh datang kesini?" Tanya Harry seolah olah dia sedang diusir."Astaga, kau ini seperti anak kecil." ledek Meira pada Harry."Sudah sudah. Kalian ini ribut saja!" Ola pun menghentikan ledek ledekan diantara mereka."Aku mengajak kalian pergi ke seminar. Di tengah kota, akan ada bazaar dan banyak pertandingan. Mau menonton?" Tawaran Harry sangat bagus. Dan sangat sayang untuk ditinggalkan."Oke, kita langsung kesana. Harry lupakan kue itu. D
Berdamai sungguh menyenangkan. Apalagi jika kita telah mendengar suatu kebenaran. Sayangnya, ini bukan kehidupan asli Meira. Tapi tak apa. Ia menganggap ini adalah sebuah kesempatan dari yang kuasa. "Tera, apa yang membawa mu datang kesini?" tanya Meira. Sedari tadi ia ingin bertanya namun selalu saja ia lupa. "Oh, iya aku belum memberi tahu. Jadi, ibu menugaskan aku untuk menjadi ratu disini. Dengar dengar, terjadi kekosongan pemerintahan disini. Jadi aku yang menggantikannya," Meira hanya mengangguk mendengarkannya. Ola dan Harry mulai kelihatan dari kejauhan. Mereka hendak menyapa Meira, namun Harry terlebih dahulu bertanya, "Meira, kenapa kau bisa dekat dengan calon ratu negeri ini?" "Oh, maaf aku seharusnya bilang sedari tadi!" ucap Tera. "jadi, aku temannya Meira.Senang bisa bergabung dengan kalian!" ucap Tera. "Aku tak menyangka. Ratu kita nanti bisa seramah ini deng
"kau yakin itu Ola!" tanya Harry pada mereka."Aku pasti tidak cocok rias seperti ini" Ola lagi lagi merendahkan dirinya."Cukup, Ola!! Sudah berpaa kali kubilang kau itu cantik. Mengerti tidak! " Meira kesal dengan sikap Ola sedari tadi. Bagaimana tidak! Dia selalu saja membuat dirinya tidak cocok dengan apapun."Kau sangat cantik, Ola! Yakin lah padaku. Mau jalan bersamaku? " tawar Harry pada Ola.Dengan tersipu malu, Ola menerimanya."Baiklah, pangeran!" jawab Ola.Meira tersenyum melihat mereka.***"Vartan, apa. Kau yakin akan berhenti? " Tanya Tera pada Vartan."Aku tidak akan berhenti. Aku ada cara lain untuk membuatnya jatuh cinta padaku. Cara yang lebih modern." Jawab Vartan pada Tera yang temangu mangu mendengar tuturan dari Vartan."Aku tak yakin kau itu mencintainya. Bukannya dulu kau membencinya karena dia adalah gadis cengen dan manja?" tany