"Aku harus mencari cara agar Vartan gila itu menjauh dariku!!" Gumam Meira.
BRAKKK.....
"Ahaa....Aku punya ide!!" Para dayang terkejut karena gebrakan yang Meira perbuat.
Sekarang dayang dayang bertambah bingung karena ulah Meira yang tiba tiba berjalan keluar dengan tawa bahagianya.
"Aku khawatir kalau Yang Mulia menjadi sakit jiwa karena Tuan Vartan," bisik Naomi pada Rodiah.
"Perhatikan kata-kata mu, Naomi!!" bentak Rodiah membuat Naomi terdiam.
***
"Semuanya! Maksud saya mengumpulkan kalian yang terhormat disini adalah untuk membahas mengenai pernikahan Tera dan Vartan!" Mendengar hal itu keadaan ruang sidang menjadi sunyi. Tak lama kemudian terdengar gelak tawa Vartan yang kemudian diikuti seisi ruang.
"kenapa kalian? Ada yang lucu?" tanya Meira.
"Maaf Calon istriku! Tera sudah punya Hesa untuk dijadikan suaminya!" Ucap Vartan membuat Meira terdiam.
"Aku Ratunya disini. Jadi sebagai kakaknya. Kakak tiri
"Aku harus menemui Ibu. Aku harus tahu kebenarannya. Agar kedepannya, aku tahu bagaimana harus bertindak!" Meira yang masih terdiam kini mondar mandir menebak nebak apa yang terjadi."Yang Mulia, Tuan Vartan menunggu di ruang tengah." sampai Rodiah pada Meira."Bajingan itu lagi. Mau apa ia kemari?!!"Meira memakai mahkotanya dan memberi pewarna pada bibirnya. Setelah ia rasa cukup, ia menyelesaikannya dan pergi menuju tempat yang dimaksud Rodiah.***"Ada keperluan apa kau datang?!!" Meira berkacak pinggang dengan wajah kesal khas miliknya."Baik, aku akan langsung pada intinya,""Pernikahan kita akan dilaksanakan 20 hari lagi,""jadi, bersiap-siap untuk menjadi pengantinku. Aku pergi dulu. Sepertinya, calon istriku adalah orang yang pemarah." Vartan mengedipkan matanya pada Meira."Kau pikir karena kau seorang Raja yang kaya aku mau padamu. Dasar bajingan!!!"teriak Meira namun tak dipedulikan oleh Vartan."aku h
"Tempat apa ini?" tanya Meira pada kusir."Ini adalah negeri ungu, semua dipenuhi dengan warna ungu sebagai ciri khas daerah ini," ujar kusir itu."Saya akan antarkan nona ke danau di tengah kota. Tempat istimewa bagi rakyat disini," jelas lagi kusir itu.Meira tidak membalas penjelasan dari kusir tersebur. Ia hanya diam memandang pemandangan serba ungu."Sudah sampai!! kalau boleh saya tebak, anda pasti kabur dari rumah karena perjodohan, ya?!!" tutur kusir itu."Diam!!! Kau tak dibayar untuk mengetahui masalahku!" Kusir itu hanya bungkam mendengar penuturan yang agak kasar dari Meira."Maaf, bersenang senang lah nona!" kusir tersebut pergi meninggalkan kota tersebut.***Meira berjalan sambil menikmati sejuknya angin yang berhempas kecil. Aroma ungu dari kota seperti wangi lavender, tetapi tidak pekat, hanya wangi lembut saja.Meira melihat ada kursi taman, mengarah pada danau ungu dan angsa yang menari.Tiba tiba
"Tempat apa ini?" tanya Meira pada kusir."Ini adalah negeri ungu, semua dipenuhi dengan warna ungu sebagai ciri khas daerah ini," ujar kusir itu."Saya akan antarkan nona ke danau di tengah kota. Tempat istimewa bagi rakyat disini," jelas lagi kusir itu.Meira tidak membalas penjelasan dari kusir tersebur. Ia hanya diam memandang pemandangan serba ungu."Sudah sampai!! kalau boleh saya tebak, anda pasti kabur dari rumah karena perjodohan, ya?!!" tutur kusir itu."Diam!!! Kau tak dibayar untuk mengetahui masalahku!" Kusir itu hanya bungkam mendengar penuturan yang agak kasar dari Meira."Maaf, bersenang senang lah nona!" kusir tersebut pergi meninggalkan kota tersebut.***Meira berjalan sambil menikmati sejuknya angin yang berhempas kecil. Aroma ungu dari kota seperti wangi lavender, tetapi tidak pekat, hanya wangi lembut saja.Meira melihat ada kursi taman, mengarah pada danau ungu dan angsa yang menari.Tiba tiba
"Sekarang kita sudah aman! Ceritakan semua padaku. Apa yang terjadi!" Perintah Harry pada Meira. Meira benar benar bingung kali ini. Bagaimana ia bisa menceritakan yang sebenarnya, kalau ia ratu di kerajaan Danina."Hmm, ibuku menjodohkanku pada Vartan. Aku tak mau jadi simpanannya." Ucap Meira"Kau tau kan, kalau Vartan itu raja yang keji." lanjut Meira"Baik, aku akan membantumu. Kau tinggal saja bersama Ola. Kau bantu dia bekerja." ucapan Harry sontak membuat Meira tersenyum bahagia. Ide Harry sangat cemerlang."Baik. Kalau begitu, besok aku ke rumah Ola ya!"***"Ratu menghilang Tuan! Kami kehilangan jejak. Anda boleh menghukum kami!" ucap salah satu pengawal."Ini bukan salah kalian. Wanita itu terlalu bodoh untuk melarikan diri. Dengan begitu, tanpa ia tahu. Dia telah memberi pentunjuk." Ucap Vartan"Vartan, menurut saya, kita batalkan saja perjodohan ini. Mungkin Meira tidak mau, dan saya mencemaskan dia. Bagaimana kalau
Sudah seminggu lebih Meira tinggal bersama Ola. Banyak hal menyenangkan yang terjadi. Meira belajar banyak tentang kesabaran dan ketelatenan."Ola, terimakasih ya karena membiarkan aku tinggal bersamamu." ucap Meria sambil membentuk adonan kue."Ahh, kau ini. Aku sudah menganggapmu lebih dari sahabatku!" Jawab Ola sambil menghias kue nya.Mereka pun melanjutkan aktivitas mereka sampai Harry datang dan membuat mereka berhenti."Ada apa Harry?" Tanya Meira dan juga Ola."Apa aku tidak boleh datang kesini?" Tanya Harry seolah olah dia sedang diusir."Astaga, kau ini seperti anak kecil." ledek Meira pada Harry."Sudah sudah. Kalian ini ribut saja!" Ola pun menghentikan ledek ledekan diantara mereka."Aku mengajak kalian pergi ke seminar. Di tengah kota, akan ada bazaar dan banyak pertandingan. Mau menonton?" Tawaran Harry sangat bagus. Dan sangat sayang untuk ditinggalkan."Oke, kita langsung kesana. Harry lupakan kue itu. D
Berdamai sungguh menyenangkan. Apalagi jika kita telah mendengar suatu kebenaran. Sayangnya, ini bukan kehidupan asli Meira. Tapi tak apa. Ia menganggap ini adalah sebuah kesempatan dari yang kuasa. "Tera, apa yang membawa mu datang kesini?" tanya Meira. Sedari tadi ia ingin bertanya namun selalu saja ia lupa. "Oh, iya aku belum memberi tahu. Jadi, ibu menugaskan aku untuk menjadi ratu disini. Dengar dengar, terjadi kekosongan pemerintahan disini. Jadi aku yang menggantikannya," Meira hanya mengangguk mendengarkannya. Ola dan Harry mulai kelihatan dari kejauhan. Mereka hendak menyapa Meira, namun Harry terlebih dahulu bertanya, "Meira, kenapa kau bisa dekat dengan calon ratu negeri ini?" "Oh, maaf aku seharusnya bilang sedari tadi!" ucap Tera. "jadi, aku temannya Meira.Senang bisa bergabung dengan kalian!" ucap Tera. "Aku tak menyangka. Ratu kita nanti bisa seramah ini deng
"kau yakin itu Ola!" tanya Harry pada mereka."Aku pasti tidak cocok rias seperti ini" Ola lagi lagi merendahkan dirinya."Cukup, Ola!! Sudah berpaa kali kubilang kau itu cantik. Mengerti tidak! " Meira kesal dengan sikap Ola sedari tadi. Bagaimana tidak! Dia selalu saja membuat dirinya tidak cocok dengan apapun."Kau sangat cantik, Ola! Yakin lah padaku. Mau jalan bersamaku? " tawar Harry pada Ola.Dengan tersipu malu, Ola menerimanya."Baiklah, pangeran!" jawab Ola.Meira tersenyum melihat mereka.***"Vartan, apa. Kau yakin akan berhenti? " Tanya Tera pada Vartan."Aku tidak akan berhenti. Aku ada cara lain untuk membuatnya jatuh cinta padaku. Cara yang lebih modern." Jawab Vartan pada Tera yang temangu mangu mendengar tuturan dari Vartan."Aku tak yakin kau itu mencintainya. Bukannya dulu kau membencinya karena dia adalah gadis cengen dan manja?" tany
"Maaf bertanya, nona. Istana dimana yang anda maksud?" Tanya kusir tersebut dengan hati hati."Oh, maaf tidak memberitahukan-mu. Bawa aku ke istana negeri ungu. Aku perlu bertemu dengan saudaraku!" Kusir tersebut langsung membulatkan matanya dan membalikan kepalanya memastikan apakah penumpangnya adalah orang yang ia pikirkan."Kenapa melakukan pengereman?" Ucap Meira ketika kereta tersebut berhenti tidak pada waktu yang benar."A-anda! Bukankah ratu kejam itu. M-maaf. Tolong jangan membunuhku!!!" teriak Kusir tersebut. Meira terdiam sesaat seolah sematan nama tereebut sudah biasa orang berikan.Kusir tersebut Kabur meninggalkan ia dan kereta kudanya. Terpaksa ia mengendalikan kereta kuda tersebut sendiri. Hanya saja ia tidak ahli dalam mengendarai kereta kuda. Sehingga ia terperosok kedalam genangan air yang sangat dingin."Ya Tuhan. Mengapa bisa seperti ini. Terpaksa aku harus berjalan kaki." lirih Meira.Ia pun mengangkat baju kurun