"Apakah ada orang di sana?"
Tidak ada jawaban. Bella dan Emma hanya saling melemparkan pandangan dengan bola mata membeliak. Raut wajah menegang seketika terlukis di wajah cantik keduanya. Terdengar suara langkah kaki Dorothy yang sedang berjalan mendekat, membuat Bella dan Emma kian bergidik ngeri. Tentu saja sebuah hukuman dari Duke Marthin telah siap menanti jika Dorothy sampai melapor.
Namun, sepertinya Dewi Fortuna sedang berada di sisi dua gadis itu. Tiba-tiba terdengar suara pekikan yang memanggil Dorothy sambil berlari, "Kepala pelayan!" Seorang wanita pelayan bawahan Dhoroty berlari menghampiri sembari menjinjing bawahan seragam pelayannya yang berwarna hitam putih dengan kedua tangan.
"Ada apa?" Dorothy menajamkan mata.
Dengan napas terengah-engah, wanita pelayan itu membungkuk dengan kedua tangan yang bertengger di kedua lutut, kelelahan. Menegakkan tubuh, pelayan tersebut justru mendekatkan bibirnya untuk berbisik lirih pada Dorothy.
"B-baik kami akan melakukan apa saja. M-memang apa yang harus kami lakukan, Lady?"Bella berdesis lirih, "Mudah saja, kalian cukup merahasiakan tentang kedatanganku ke mari. Anggap semua pembicaraan kita tadi tidak pernah terjadi.""I-itu saja?!" Tampak raut wajah terkesiap di kedua wajah si penjaga. Tentu saja mereka akan melakukannya dengan senang hati. Itu adalah syarat paling mudah yang pernah mereka dengar jika berurusan dengan seorang bangsawan.Bella mengangguk elegan kemudian melewati mereka begitu saja, diikuti Emma yang berjalan di belakangnya dengan menatap tajam kedua si penjaga. Ya, gadis bersurai cokelat itu memang telah memperkirakan semuanya. Ia sengaja membawa tanda pengenal.Di sisi lain, Bella juga tidak ingin membuat keributan karena ia juga keluar dari mansion Duke Marthin secara diam-diam. Gadis itu hanya ingin menakut-nakuti dua penjaga menyebalkan itu dan memastikan kedatangannya di tempat ini aman, tidak diketahui.Ki
Benito membawa Bella melewati sebuah lorong rahasia yang ada di lantai dua Mylos. Pencahayaan temaram menyergap lorong tersebut. Sumber cahaya hanya berasal dari lilin-lilin yang terletak di tempat lilin kuno berwarna kuning keemasan bercabang tiga yang ada di sepanjang lorong.Benito yang berjalan di depan Bella kemudian membuka sebuah pintu, "Silakan masuk, Lady," ujar pria paruh baya tersebut dengan senyuman ramah pada Bella yang sedang menatapnya.Bella mengangguk dan tersenyum dengan sopan. Langkahnya mulai masuk ke dalam ruangan seraya mengedarkan pandangan. Sementara Benito menutup pintu ruangan itu dan melenggang pergi.Kembali menoleh ke depan, Bella justru melihat ruangan yang dipenuhi dengan buku-buku kuno yang tertata rapi di dalam rak-rak buku yang berjejer dan menjulang tinggi. Ruangan itu justru tampak seperti sebuah perpustakaan.Di ujung ruangan tersebut, terdapat sebuah meja dengan dua kursi kayu mahoni yang saling berh
Meletakkan kembali sebatang cerutu di atas asbak, pria itu kemudian menegakkan tubuh. Ya, ia sedikit terkejut dengan pertanyaan Bella. Sebab, sesungguhnya dia memang Tescara—sebuah nama samaran yang terkenal di wilayah Carpania dan juga Rodenbar Casino. Bahkan, bangsawan yang sering mendatangi Mylos juga tidak ada yang mengetahui indentitas sebenarnya dari pria berjubah hitam tersebut. "Ternyata kau lebih menarik dari dugaanku. Gadis bangsawan sepertimu pernah memasuki tempat seperti Rodenbar." Bella mengangkat sebelah alis, "Apakah itu begitu penting? Kuyakin kau adalah Tescara. Apakah tebakanku benar?" Pria itu tersenyum menyeringai, "Dan apakah jawabanku juga begitu penting untukmu, Lady? Aku tidak menyangka jika kau menaruh perhatian pada seorang rendahan sepertiku." "Perhatian?" Bella membeliak, "Kurasa kepercayaan dirimu terlalu tinggi, Tuan. Bagaimana mungkin aku menaruh perhatian pada pria yang sangat menyebalkan dan arogan bahkan di awal pert
Tiga hari setelahnya. Beberapa putri bangsawan kini tengah terduduk di sebuah meja bulat berukuran cukup besar yang berlapis taplak putih berenda yang ada di taman kediaman Duke Marthin.Berbagai macam camilan yang terdiri dari kue-kue kering seperti muffin, cookies, potongan tart strawberry beserta teko dan cangkir putih tertata rapi di atas meja tersebut. Mereka sedang menikmati pesta minum teh di taman yang ditumbuhi ratusan bunga mawar, di dekat air mancur.Bunga mawar yang ada di taman itu memang identik dengan simbol keluarga Duke Marthin yang juga melambangkan bunga mawar. Para keluarga bangsawan memiliki simbol tersendiri untuk melambangkan keluarga mereka. Sedangkan istana kerajaan Aldovia berlambangkan mahkota emas."Anda semakin hari semakin terlihat cantik, Lady. Bahkan, gaun merah yang Anda kenakan saat ini membuat Anda terlihat seperti bunga mawar yang elegan," ujar seorang putri bangsawan bernama Anne pada Bella yang duduk di sebelahny
"Ayah ...." Bella terkesiap sebelum akhirnya tersenyum kikuk, "Sedang apa Ayah di sini?" tanya Bella mengalihkan pembicaraan."Aku hanya sedang berjalan-jalan," jawab Duke Marthin dengan wajah datar. "Dan kau sendiri? Bukankah sekarang sedang ada jamuan teh di taman?"Bella kembali membeliak sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "A-aku ... hanya sedang tidak enak badan dan ingin berjalan-jalan sebentar untuk mencari udara segar, Ayah."Duke Marthin menukikkan sebelah alis, masih berhiaskan dengan wajah datar. Pria paruh baya yang tampak berwibawa dan ditemani oleh seorang Ksatria di belakangnya itu memperlihatkan ekspresi sedikit curiga, "Bukankah jika tidak enak badan lebih baik kau gunakan untuk beristirahat di kamarmu, Bella?"Bella menghela napas panjang. Sepertinya kali ini ia tidak bisa bersenang-senang dengan Emma karena tertangkap basah oleh ayahnya. "Emm ... ya, sepertinya kau benar, Ayah. Lebih baik aku pergi ke kamarku untuk beri
"Kurasa kita tidak cukup dekat untuk saling bercerita tentang hal itu, Aurora," jawab Bella lempeng berhiaskan dengan wajah datar."Emm ... aku hanya penasaran saja tentang perasaanmu yang akan bertunangan dengan seorang Pangeran Neraka. Percayalah! Aku benar-benar turut berbahagia atas pertunanganmu dengannya, Bella. Kuharap kau berbahagia." Aurora tersenyum miring dan terlihat begitu menyebalkan.Bella menghela napas jengah dan tetap menampilkan seraut wajah datar. Gadis itu benar-benar tidak ingin berdebat dengan wanita laknat di hadapannya. Sedangkan Aurora terus menerbitkan senyuman miring di bibirnya. Gadis bersurai pirang kemerahan itu merasa senang jika melihat Bella menderita.Hingga akhirnya, kereta kuda yang membawa mereka telah sampai pada tujuan, yaitu istana Kekaisaran Aldovia. Kereta kuda itu sedang memasuki halaman istana yang cukup luas dan tampak sangat indah. Meskipun di malam hari, lampu-lampu kuning di sepanjang jalan halaman istana tetap ma
Bella masih terkesiap dengan bola mata cokelat membeliak. Sementara tanpa ada yang tahu, di dalam penutup kepala jubah hitam yang dikenakan sang Pangeran, terdapat sebuah senyuman menyeringai kala ia kembali melihat ekspresi terkejut yang tercetak jelas di wajah Bella. Pangeran itu sangat yakin jika Bella telah mengetahui siapa dia sebenarnya, yaitu Tescara."Ho-ho-ho! Akhirnya kalian berdua bertemu juga. Lady Bella dan Pangeran Glenrhys putraku, sekarang kalian telah resmi bertunangan," celetuk Kaisar Louis yang tampak berbinar sembari terkekeh dengan perutnya yang ikut bergoyang mengikuti irama kekehannya. "Selamat atas pertunangan kalian dan nikmatilah pestanya," imbuh Kaisar Loius sembari memelintir kumis dengan ujung yang melengkung ke atas.Bella dan Pangeran Glenrhys mengangguk sopan secara bersamaan untuk memberikan penghormatan pada Kaisar. Pria tambun bermahkota itu kemudian membalik tubuh dan melenggang pergi dengan jubah merah berbulu yang berkibar.
Pangeran Alex membawa Aurora menuju ke lantai dansa. Bella baru saja selesai berdansa dan berjalan dengan elegan untuk keluar dari kerumunan bangsawan yang masih hanyut dalam musik dan keintiman kegiatan dansa mereka.Tak lama, Bella berpapasan dengan Pangeran Alex dan Aurora yang tengah berjalan sembari bergandengan tangan dari arah depan. Pangeran Alex lantas menatap Bella dan menganggukkan sedikit kepala dengan senyuman untuk menyapa, "Selamat atas pertunanganmu, Lady Bella."Bella tersenyum seraya merendahkan tubuh sembari membentangkan gaunnya dengan sopan, "Terima kasih banyak, Pangeran."Sedikit melirik ke arah Aurora, gadis berambut pirang kemerahan itu justru berwajah pongah dengan senyum merekah penuh kemenangan. Gadis itu sedang memamerkan pada Bella jika ia akan berdansa dengan Pangeran Alex. Namun, Bella tidak memedulikannya.Bella kembali menatap Pangeran Alex dan menunduk untuk berpamitan, "Jika begitu saja undur diri dulu, Pang