Share

Bab 1 Truth or Dare

Semua mimpi buruk itu bermula sekitar satu bulan sebelumnya. Menjelang malam di dalam sebuah bar elite yang terletak di tengah Kota Venesia, terdapat sekelompok kawula muda yang duduk berkumpul di sebuah meja bar sambil berkelakar.

Hingar-bingar musik yang menghentak serta banyaknya wanita seksi yang bergoyang sama sekali tidak mengalihkan fokus perhatian mereka pada sebuah botol wine kosong yang kini tergeletak di atas meja.

“Kena kau, Bella!” teriak salah seorang gadis dengan begitu bersemangat seraya menunjuk sahabatnya. Mereka sedang melakukan permainan truth or dare.

"Oh, shit!" pekik gadis cantik yang dipanggil Bella sembari menjambak pelan rambutnya, frustrasi.

Ujung tutup botol itu sedang mengarah pada Bella. Artinya, ia harus menerima hukuman berupa menjawab sebuah pertanyaan dengan jujur atau melakukan sebuah tantangan. Berniat untuk menghindari hukuman, gadis itu justru menenggelamkan kepalanya di atas meja, berpura-pura pingsan karena mabuk berat.

"Hey, meskipun aktingmu cukup bagus, tetapi kami tidak semabuk itu untuk tidak sadar jika kau sedang berpura-pura, Bella!” dengkus Emma, gadis yang tak lain merupakan sahabat Bella. “Bukankah sebelumnya hanya kau yang paling menggebu untuk memberi hukuman tantangan padaku? Apa itu tadi? Kau menyuruhku mencium bokongmu?" Emma menyeringai penuh dendam.

Bella Marlene, aktris pendatang baru itu sedang merayakan keberhasilan lantaran mendapatkan posisi pemeran utama dalam sebuah film. ‘My Boss My Love’ merupakan judul film tersebut.

Dengan rambut panjang cokelat yang kontras dengan kulit putihnya, lekuk tubuh yang menggoda dan berisi di bagian yang tepat, serta manik mata langka berwarna amber yang diwariskan ibunya yang telah tiada, tidak heran gadis itu terpilih untuk memerankan sekretaris yang menarik perhatian atasannya dalam film yang akan dibintangi.

Mereka yang berkumpul dan melakukan permainan truth or dare saat ini terdiri dari beberapa kru, aktor, serta aktris yang terpilih untuk membintangi film baru tersebut. Selain merayakan keberhasilan Bella, bisa dikatakan ini merupakan kesempatan bagi kru perfilman untuk mendekatkan diri dengan satu sama lain.

"Jadi, apa yang harus kujawab?" tanya Bella dengan wajah kasihan yang dibuat-buat.

"Tidak! Bukan menjawab pertanyaan, tapi tantangan, Bella!" jawab Emma dengan tegas.

"Bagaimana jika aku saja yang memberikan tantangan pada Bella?" celetuk seorang pria muda bernama Jacob sambil menaik-turunkan kedua alisnya. "Bella hanya tinggal menjadi kekasihku selama tiga hari, itu akan sangat menyenangkan. Beruntung jika dia menyukainya dan meneruskan hukuman itu denganku," paparnya dengan tersenyum mesum. Aktor muda dengan wajah pas-pasan yang lebih sering membintangi film komedi itu memang selalu mengagumi sosok Bella.

"Teruslah bermimpi, Jacob!" desis Emma. "Biar aku saja yang memberinya tantangan," imbuhnya dengan pandangan yang seketika berbelok menatap Bella. Percayalah, aura suram seketika terpancar dari aktris berambut pendek serta bertubuh imut yang akan melakukan balas dendam. Hal tersebut membuat Bella menelan ludahnya dengan susah-payah, tubuhnya sedikit merinding.

"Ya, kurasa itu adil untuk Emma. Sebab sejak tadi nasibnya memang kurang beruntung, dan Bella selalu menghukumnya dengan tidak manusiawi," sahut seorang pria tampan bernama Aaron. Ia adalah seorang aktor yang akan menjadi second lead dalam film 'My Boss My Love'. Pria itu tersenyum ramah pada Bella, tapi justru ditanggapi dengan pelototan tajam oleh Bella. 

"Well, jika Aaron sudah berbicara, maka penilaian obyektif sudah ditentukan," sahut Black, sahabat Aaron, pria yang juga akan bermain sebagai pemeran figuran dalam film.

Dengan wajah bersungut-sungut, Bella menatap Emma, "Jadi, apa tantanganmu, Emma? Cepatlah, jangan membuang-buang waktuku!" gerutu gadis itu seraya mencebik kesal.

Emma tersenyum miring, "Orang pertama yang masuk ke dalam pintu itu ...." Emma mengarahkan jari telunjuknya pada pintu masuk bar yang segera diikuti pandangan kru lainnya. "Kau harus mengajaknya melakukan one night stand!" imbuh Emma seraya tersenyum culas.

"What?! Apa kau gila?” Bella terbelalak.

"Tidak, aku tidak gila.” Emma berbisik dengan suara rendah kepada Bella, “Kau masih enggan berdekatan dengan pria, bukan? Asal kau tahu, hal itu akan membuatmu kesulitan untuk menjadi seorang aktris hebat yang dituntut profesional dalam berperan.” Pandangan Emma terlihat serius, tapi kemudian dia menyeringai, “Aku hanya sedang menolongmu agar bisa mengatasi masalahmu, Bella. Bukankah aku sahabat yang baik dan juga pengertian?"

Ayolah, kemunafikan Emma sudah tidak tertolong.

"Alasan konyol macam apa itu, Emma?! Tidak! Aku tidak akan pernah melakukan hal menjijikkan itu. Bagaimana jika yang pertama masuk adalah seorang pria tua mata keranjang dengan penyakit yang tidak kuketahui? Big no!" sergah Bella seraya menautkan kedua alis.

Tentu saja Bella akan menolak tantangan Emma mentah-mentah. Pasalnya, untuk sekadar berciuman saja ia tidak pernah dan memang enggan melakukannya, apalagi jika harus berhubungan intim dengan orang yang tidak ia kenal. Ayolah, itu terlalu berlebihan dan tidak masuk akal mengingat itu semua hanya bagian dari permainan.

"Menurutku, hukuman itu memang terlalu berlebihan, Emma." Aaron kembali angkat bicara. Pria itu tidak menyetujui tantangan yang diberikan oleh Emma.

Sementara Emma justru mendengus, "Baiklah. Jika begitu, tantangannya akan aku kurangi. Kau hanya harus mencium bibirnya! Siapa pun orangnya!"

Kedua bola mata Bella melebar, "Tidak!"

Emma menggeram rendah, "Ayolah, Bella! Be fair! Apa kau lupa jika sebelumnya kau sempat menyuruhku mencium bokongmu dan juga mencium pipi Jacob yang menjijikkan itu?"

Bella menggigit bibirnya, mencoba mencari jalan keluar. Matanya kemudian berbinar, "Cium kening! Ya, aku akan mencium kening siapa pun yang lewat nanti. Jika kau tidak bersedia, maka aku juga tidak akan melakukan hukumannya." Bella masih tetap pada pendiriannya seraya menyilangkan kedua tangan di depan dada.

Emma memutar bola mata, jengah, "Astaga, baiklah! Cium kening! Yang penting kau harus tetap memenuhi tantangan itu dan jangan curang!" desis Emma dengan mengacungkan jari telunjuknya di depan wajah Bella. Pasalnya, Emma tahu betul bagaimana cerdiknya Bella jika ia benar-benar tidak ingin menyentuh seorang pria.

"Baiklah."

Setelah perdebatan panjang dan kegiatan tawar-menawar terjadi, kini mereka semua yang duduk di meja bar mulai memfokuskan pandangan pada pintu masuk.

"Kuharap yang masuk adalah seorang wanita yang bisa kujadikan sahabat untuk menggantikan sahabat laknatku saat ini," desis Bella dengan nada lirih berniat menyindir Emma, masih dengan pandangan mata yang tidak lepas dari pintu masuk bar.

"Ya, dan berdo'alah wanita itu bukan seorang lesbian yang akan jatuh cinta padamu. Kurasa akan lebih baik jika yang masuk adalah seorang pria botak kaya raya yang bisa kau jadikan sugar daddy nantinya." Emma terkekeh-kekeh sambil menatap lekat pintu masuk bar.

Tak lama, pintu masuk bar pun terbuka. Langkah kaki yang seharusnya tidak terdengar akibat suara musik yang begitu besar malah terdengar keras di telinga semua orang. Melihat orang yang baru saja melewati pintu tersebut, seluruh anggota kru seketika membuka mata lebar-lebar.

“Oh, tidak,” gumam Bella dengan mata yang ingin keluar dari soketnya.

Seorang pria yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya masuk dengan begitu elegan. Ia berdiri tepat di depan pintu seraya mengedarkan pandangan dan berhenti tepat pada sekumpulan aktor dan aktris yang tengah memberikan reaksi berbeda-beda, ada yang bersorak, dan ada pula yang mendecakkan lidah kala melihatnya.

Keringat mulai bercucuran di kening Bella. Jantungnya berdebar kencang ketika menyadari bahwa tantangan yang telah dipermudah kembali menjadi begitu sulit. “G-Glenn Lucas?!”

~~~

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Jackpot gak Bell? wkwkk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status