Share

Bab 4 Pangeran Berkuda Putih

Seorang pria yang dipanggil Bella dengan sebutan Pangeran itu menghentikan kuda putihnya tepat di samping Bella. Dengan jubah hitam dan penutup kepala yang menutupi sebagian wajahnya, aura misterius terpancar dari pria tersebut.

Sebelah tangan pria itu kemudian terulur dan menarik tubuh Bella agar bisa menaiki kuda yang ditungganginya. Bibir Bella melengkung membentuk senyuman. Ini adalah hari yang cukup lama ia tunggu-tunggu.

Dengan cepat pria itu pun memacu kuda hingga berlari menjauh dari kediaman Bella. Sementara para dayang yang masih mengejar, sontak berhenti saat melihat Lady mereka tidak mungkin bisa dikejar lagi.

"Apa kau senang?" bisik pria yang berada di belakang Bella. Jarak tubuh keduanya kini begitu dekat.

"Tentu saja, Pangeran. Anda sudah berjanji akan membawa saya ke tempat yang menyenangkan bukan?" Bella tersenyum seraya menoleh ke belakang.

Sepanjang perjalanan menyusuri hutan, senyuman cerah terus terbit dari wajah cantik Bella. Sebuah perasaan nyaman yang begitu dalam seketika masuk ke dalam relung hatinya. Bahkan, jika putaran waktu bisa dihentikan, Bella bersedia melakukannya. Seolah raga yang dihanyutkan oleh sebuah mimpi. 

Ya, itu memang sebuah mimpi. Sedikit dari semua kepingan mimpi Bella tentang Pangeran berkuda putih. Anehnya, mimpi itu seringkali berputar layaknya kaset dan terus menghampiri alam bawah sadar Bella ketika memejamkan mata.

Namun, bayangan menyenangkan itu justru mampu memberikan secercah kebahagiaan dalam gelap dan penatnya kehidupan Bella saat ini. Semua itu karena sang Pangeran berkuda putih.

~~~

Di dalam sebuah kamar sempit berukuran sekitar 2x2 meter dengan atap berbentuk miring. Tidak ada jendela dan ventilasi cahaya di dalam kamar itu. Namun, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi hingga deringan alarm tiba-tiba terdengar memekakkan telinga.

Tak lama sebuah pijakan kaki bagai gempa membuat benda-benda kecil di sekitar kamar ikut bergetar. Bahkan, reruntuhan debu yang berjatuhan dari atap kayu berbentuk miring juga ikut andil meramaikan suasana. Sebab kamar itu berada persis di bawah tangga.

Barbara yang sedang menapaki anak tangga untuk turun dari lantai dua kamarnya memang sengaja menghentakkan kaki dengan keras. Tujuannya agar Bella yang berada di kamar bawah tangga kebisingan dan dijatuhi oleh debu.

Suasana pagi hari yang tidak biasa bukan? Namun suasana seperti itu sudah lumrah terjadi sejak Bella tinggal di rumah Miss Dorothy. Nasib Bella saat ini hampir sama dengan pemeran utama dalam serial Harry Potter. Namun sayang, Bella tidak seberuntung Harry yang bisa merapalkan sihir Wingardium Leviosa untuk keluar dari rumah yang terasa seperti di neraka menggunakan sapu terbang.

Padahal, sebenarnya Bella juga memiliki uang asuransi dari orang tuanya. Namun uang itu telah digunakan oleh Miss Dorothy untuk membangun minimarket kecil yang ada di pertigaan jalan San Marine. Karena itulah sejak awal Miss Dorothy sengaja mengadopsi Bella ketika berusia sepuluh tahun.

Di sisi lain, keadaan juga memaksa wanita paruh baya itu. Dia harus menjadi orang tua tunggal bagi Barbara sejak suaminya pergi bersama wanita lain. Namun, Bella tidak pernah mempermasalahkan semua yang dilakukan Miss Dorothy padanya.

Lupakan perihal semua itu terlebih dahulu! Sebab gadis yang berada di kamar bawah tangga itu masih saja terlelap dan kini sedang melenguh dalam tidurnya. Suara alarm, pijakan kaki, serta reruntuhan debu yang membuat suasana di dalam kamar yang bagaikan gempa bumi, tidak lantas membuatnya segera terbangun dari tidur.

Tiba-tiba terdengar suara nada dering dari telepon genggam Bella yang bergetar di atas nakas. Jemari lentiknya perlahan terulur untuk mengambil telepon genggam itu dan segera menempelkannya ke daun telinga dengan kedua mata yang masih terpejam, enggan untuk bangun.

"Ya, siapa?" lirihnya dengan suara serak bangun tidur.

"Apa kau lupa jadwal kita hari ini? Mengapa kau belum juga datang di kantor? Apa kau ingin melepaskan semua mimpimu untuk menjadi seorang aktris agar tidak perlu lagi memusingkan masalah biaya hidupmu? Bangunlah, Bella Marlene!" cecar Emma panjang lebar yang membuat Bella seketika membuka matanya lebar-lebar.

Menutup panggilan telepon, Bella segera mendudukkan tubuhnya dengan kedua kaki menyila di atas kasur. Keningnya mengernyit dengan mata menyipit. Ia memijit keningnya yang tiba-tiba terasa sakit. Bella merasa pengar. Bau alkohol yang menguar di seisi kamar baru saja ia sadari.

Tentu saja itu semua karena semalam Bella mabuk berat. Namun di detik berikutnya, kedua bola mata gadis itu membulat sempurna. Tubuhnya memaku. Bagaimana tidak? Semua ingatan buruk tentang kejadian sebelum ia mabuk kembali berputar layaknya kaset.

Bella teringat jelas bagaimana Glenn menciumnya tadi malam. Bibir lembut dan hangat Glenn menempel dan menyesap bibirnya tanpa ampun. Bahkan ia masih bisa membayangkan bagaimana aroma mint dari bibir Glenn. Tentu saja ia mengingat semuanya. Sebab itu adalah ciuman pertamanya.

Namun bukan wajah merona yang saat ini Bella perlihatkan. Gadis itu justru merasa kesal. Baru saja ia memimpikan tentang Pangeran berkuda putihnya. Namun setelah bangun ia justru mengingat kejadian yang membuatnya meradang di pagi hari.

"Oh shit!" umpatnya dengan wajah kusut dan segera beranjak bangkit untuk menuju ke kamar mandi. Ia harus segera membersihkan tubuh dan bersiap-siap menuju kantor perusahaan entertainment meskipun kepalanya masih terasa pengar.

"Apa kau tidak ingin sarapan?" tanya Miss Dorothy beberapa jam kemudian kala Bella selesai bersiap. Kini wanita paruh baya itu terduduk di meja makan bersama Barbara.

"Tidak, aku sudah sangat terlambat," jawab Bella singkat seraya sedikit membungkuk karena sibuk mengenakan sepatu boots wanita miliknya sambil menoleh ke belakang, melihat ke arah Miss Dorothy.

Dengan balutan kaos casual berwarna putih yang senada dengan warna kulitnya yang putih bersih, jaket mantel yang tebal, celana jeans panjang, sepatu boots hitam, serta penutup kepala yang menutupi ujung rambut cokelatnya yang tergerai, Bella sedang terburu-buru untuk menuju perusahaan entertainment yang menaunginya.

Sementara Barbara yang sedang mengunyah sandwich hanya menatap sinis ke arah Bella, "Bukan makanan yang mencari mulut, tetapi mulut yang mencari makanan, Mom. Kau tidak perlu repot-repot menawarinya makan," desis Barbara tidak acuh masih dengan mengunyah sandwich.

"Segera habiskan makananmu, Barbara! Dan kau Bella, jangan lupa nanti malam adalah waktumu menjaga minimarket. Karena akhir-akhir ini kau yang selalu sibuk, aku jadi harus bekerja dua kali menjaga minimarket dan juga menambah biaya karyawan. Pengeluaran kita jadi semakin banyak," cecar Miss Dorothy pada Bella.

Gadis berambut cokelat yang telah selesai mengenakan sepatunya menatap Miss Dorothy sambil menghela napas panjang, "Baiklah, nanti malam aku akan menjaga minimarket untukmu. Namun, sepertinya hari-hari berikutnya akan sulit. Waktu untuk syuting tidaklah sedikit. Tapi tenang saja, jika aku sudah mendapatkan upah aku akan membantumu dan mengganti uang yang kau gunakan untuk menggaji karyawan," papar Bella dengan wajah datar.

Barbara mendecih, "Astaga! Apa saat ini kau sedang menyombongkan diri? Jangan berpikir hanya karena mendapat peran dalam sebuah film, maka kau bisa melakukan segalanya. Ayolah, itu hanya sebuah film pendek, Bella."

Barbara menjeda kalimatnya sesaat untuk menenggak segelas air putih. "Meskipun kuakui kau sangat beruntung bisa bermain dengan aktor papan atas seperti Glenn Lucas, tetapi itu tidak akan merubah segalanya. Lihatlah penampilanmu! Kau terlihat seperti seorang petani dari pedesaan. Memalukan." Ejekan bernada iri hati keluar dari mulut Barbara yang kembali mengunyah makanan.

Setiap hari, tiada hentinya Barbara mengganggu dan menghina Bella. Setelah lulus dari kuliah, Barbara masih belum mendapatkan pekerjaan. Gadis itu tidak ingin menjadi karyawan biasa. Ia hanya ingin menjadi seorang sekretaris di dalam perusahaan bergengsi. Bukankah harga diri seorang Barbara terlalu tinggi?

Meskipun begitu, berbekal dengan wajahnya yang cukup cantik dan tubuhnya yang seksi bak gitar spanyol, beruntung Barbara mampu mendapatkan kekasih yang lumayan kaya meskipun berwajah pas-pasan. Lelaki kaya berwajah pas-pasan itu bernama Max.

Mendengar hinaan dari Barbara, Bella hanya melirik sekilas dan memalingkan wajah kemudian melenggang pergi tanpa sepatah kata. Gadis itu menanggapi Barbara hanya dengan seraut wajah datar, tanpa ekspresi. Pasalnya, sudah seringkali Bella mendengar hal tidak penting dari mulut wanita itu. 

Barbara memicingkan mata dan menjadi semakin geram dibuatnya. Gadis itu terus menggerutu sembari mengunyah makanan. "Ck, dasar perempuan tidak tahu diri! Uhuk-uhuk! Barbara tiba-tiba tersedak makanannya sendiri.

~~~

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
ini Bella dibilang cinderella bukan, harry Potter bukan, upik abu kali yaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status