Bella membuka pintu sebuah ruangan dan menatap sosok Glenn yang sedang terduduk di atas sofa. Kaki jenjang pria itu diselonjorkan di atas meja bak seorang Raja. Sementara dengan memasang seraut wajah datar, Glenn juga menatap Bella yang hanya bergeming dan berdiri di balik pintu.
"Apa kau memanggilku?" tanya Bella untuk memecah keheningan di dalam ruangan.
"Ya, kemarilah."
Bella melangkah mendekat tanpa bisa menyembunyikan air muka kesal di wajahnya. Bayangan beef pasta yang berakhir sia-sia membuatnya merasa geram. Bella tidak habis pikir jika pria itu selalu berhasil membuat kekesalan merasuk dan memenuhi kepalanya. Setelah berdiri tidak jauh dari pria itu, Bella kembali membuka suara, "Apakah kau sedang membutuhkan jasa seorang pelayan saat ini?"
Glenn mengangguk santai, "Ya, hari ini adalah hari keduamu menjadi pelayanku."
Bella merotasi bola matanya, "Baiklah, sekarang apa yang kau butuhkan? Apakah sebuah pijatan kecil di kakimu?" Netra cokela
"Benarkah dia berkata seperti itu?" tanya Emma pada Bella yang sedang duduk di sebelah kursinya.Bella menggeram rendah, "Ya, Emma! Kurasa pria itu memang benar-benar seorang psikopat mesum yang gila! Bagaimana bisa setiap kalimat yang keluar dari mulutnya terdengar begitu gila dan selalu membuatku tercengang? Urgh, mengerikan!" Tidak ada hentinya Bella menggerutu dengan wajah serius. Hanya tampak kekesalan di raut wajahnya saat ini."Astaga! Aku benar-benar ingin mencuci mulut dan otaknya dengan sabun antimesum jika ada," sambung Bella sembari menempelkan stiker kecil pada buah-buah jeruk impor di atas meja.Sepulang dari syuting, Bella tidak segera menuju apartemen. Gadis itu mengunjungi toko buah Emma dan menceritakan semua hal yang terjadi seharian ini. Termasuk hal mencengangkan yang ia alami kala mendapat jamuan makan tidak terduga dengan Glenn. Bella belum merasa puas dan tidak bisa tidur nyenyak jika belum menceritakannya pada Emma.Jemari l
"Sejak kapan kau ada di sini, Aaron?" tanya Bella yang sudah berdiri di dekat Aaron dan Emma. "Ehm, baru saja, Bella. Tadi Aaron tidak sengaja melihatku kesulitan dan hanya berusaha menolongku." Emma tiba-tiba menyahut dan menjelaskan dengan ekspresi sedikit panik. Entah mengapa Emma merasa takut jika Bella menjadi salah paham padanya. Namun, ekspresinya yang tidak biasa justru membuat Bella mengernyit bingung, "Well, apakah kau sudah selesai, Emma? Maafkan aku yang justru sibuk dengan ponselku. Pablo tiba-tiba menelepon. Apa tadi kau kesulitan karena aku?" Emma menggeleng, "Tidak, Bella. Tadi Aaron juga sempat membantuku memindahkan box." Bella beralih menatap Aaron, "Terima kasih banyak, Aaron." Aaron terkekeh, "Mengapa kalian berdua harus berterima kasih berkali-kali seperti itu? Aku sama sekali tidak melakukan apapun." "Ya, bahkan jika itu adalah orang lain yang tidak kau kenal, maka kau juga akan tetap membantunya bukan? Jangankan
Di salah satu sudut ruangan tempat para kru beristirahat. Bella sedang duduk sendiri dan mempelajari naskah. Sementara tidak jauh dari Bella berada, terdapat tiga orang gadis dengan pakaian kantor tengah berkasak-kusuk sambil memandangi Bella dari kejauhan.Mereka baru saja menyelesaikan syuting sebagai karyawan yang tugasnya hanya duduk di depan meja komputer. Tidak ada dialog dan adegan khusus yang diberikan. Hanya figuran pengisi ruangan. Ya, mereka juga merupakan tiga orang gadis yang sama dengan gadis sebelumnya kala di ruang ganti dan membuat berbagai opini tentang Bella.Kini, tatapan sinis yang didasari rasa iri mereka berikan. Salah satu dari mereka sedang membawa ponsel dan melihat media sosial yang memberitakan tentang Bella. Meskipun media telah berhasil dibungkam, tetapi tetap saja ada yang dinamakan dengan kebocoran. Terkadang, berita dan rumor memang sulit untuk dikendalikan."Lihatlah! Aku suka sekali dengan komentar-komentar yang ada di sini," u
Setelah menyelesaikan beberapa urusan di LV Company, Glenn kembali ke lokasi syuting. Pukul tiga sore, waktu di mana jam makan siang tentu saja sudah terlewatkan. Namun, Glenn tetap duduk di ruangannya dengan berbagai macam hidangan lezat yang telah disiapkan di atas meja.Tak lama, terdengar suara pintu berderit. Pertanda seseorang telah membukanya dari luar. Terlihat sebuah kepala menyembul dengan rambut golden brown panjang yang menjuntai sembari mengintip Glenn di dalam ruangan.Siapa lagi yang berani menampakkan diri dengan posisi menggelikan seperti itu di ranah Glenn jika bukan Bella Marlene? Gadis yang membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu itu seketika menegakkan tubuh kala netra biru Glenn menatapnya.Berdiri di ambang pintu, Bella hanya berdeham, "Mmm ... maafkan aku. Kukira kau tidak datang," ujar Bella yang menampilkan seraut wajah kaku dan tersenyum canggung. "Apa kau baru saja memanggilku, Yang Mulia?" tanya Bella masih dengan memak
'Mengapa lama sekali?'Bella membuka kelopak matanya. Gadis itu justru melihat Glenn yang sudah berdiri tegak dan bersandar di ujung meja. Sebelah tangan pria itu memegang segelas minuman anggur tua koleksinya yang memang telah disediakan bersama makanan yang lainnya. Ya, Glenn baru saja sedang mengerjai Bella.Bella mengernyitkan dahi. Kini, yang ada di dalam gadis itu hanya seraut wajah tidak percaya, "Apa kau sedang bermain-main denganku, Tuan Glenn Lucas?" geramnya dengan tatapan tajam yang ditujukan pada Glenn."Tidak," jawab Glenn dengan santai seraya mengangkat bahu tidak acuh."L-lalu? Apa yang kau lakukan baru saja?" Bella semakin menampilkan amarahnya kala melihat sikap santai yang justru ditunjukkan oleh pria itu.Glenn tersenyum tipis, "Bukankah sebelumnya aku pernah berkata jika yang kusukai adalah sebuah respon dan keagresifan lawan mainku, Nona Bella? Dengan sekujur tubuh kaku dan mata terpejam seperti itu, tentu akan menjadi s
"Kau dari mana saja, Bella? Sejak tadi aku mencarimu," ujar Pablo di lorong perusahaan MBE Entertainment kala berpapasan dengan gadis berambut golden brown tersebut."Yang kutahu, aku sudah menyelesaikan syutingku hari ini, Pablo," jawab Bella dengan wajah datar.Pablo memutar bola matanya jengah, "Bukan karena hal itu aku mencarimu."Dahi Bella berkerut, "Lalu?"Menoleh ke kanan dan ke kiri, entah mengapa Pablo justru memeriksa keadaan sekitar, "Aku membutuhkan bantuanmu, Bella. Kemarilah!" Pablo tiba-tiba menarik pergelangan tangan Bella dan bergegas membawa gadis itu pergi. Sementara Bella yang tiba-tiba ditarik, dengan terpaksa mengikuti pria gemulai sekaligus managernya tersebut.~~~Bella yang sedang berkacak pinggang, kini menampilkan seraut wajah terkesiap, "Apa?! Mengapa aku harus melakukannya, Pablo?!" pekik gadis bermanik mata cokelat tersebut.Pablo yang tengah duduk di atas sofa memasang wajah memelas, "Ya, Bella! H
Berdiri di depan cermin, jemari lentik Bella tengah menyapukan lipstik sugary nude hingga memenuhi bibir sensualnya. Dengan balutan midi dress berwarna hitam yang berpotongan scoop di bagian leher, malam ini Bella terlihat semakin anggun.Gadis itu sedang bersiap untuk pergi ke pesta topeng dan memenuhi janjinya pada Pablo. Ya, ia harus menemani dan berpura-pura menjadi kekasih dari seorang pria gay yang sedang menyamarkan identitasnya. Lebih parahnya lagi, pria gay tersebut adalah kekasih dari Pablo sendiri. Semua itu Bella lakukan hanya karena sepuluh ribu dollar yang sudah masuk ke dalam rekeningnya.Pesta topeng memang acap kali dilakukan di sebuah perayaan di Venesia. Sebab, pesta topeng merupakan tradisi yang diturunkan oleh leluhur dari bangsa Eropa—Masquerade Party Ball—nama yang lebih dikenal. Dahulu, pesta topeng diperuntukkan bagi kaum bangsawan Eropa. Namun, kini pesta topeng sudah kerap kali digunakan oleh semua kalangan.Bel
"Bukankah sudah kukatakan lakukan tugasmu dengan benar?" kata Glenn dengan senyuman menyeringai. Dengan gerakan kilat bibirnya kemudian melumat bibir Bella secara tiba-tiba. Jemarinya menarik tengkuk Bella, memiringkan kepalanya, kemudian menyesap lidahnya tanpa ampun.Bella semakin tercengang. Begitu juga dengan para wanita yang sejak awal tengah mengamati mereka di sana. Namun anehnya, Bella sama sekali tidak merasa ketakutan. Hal itu membuat Bella merasa aneh sebab sebelumnya hanya dengan Glenn ia merasa demikian.Kini, Bella merasakan gerakan lidah pria itu yang begitu menggoda dan liar. Tampaknya, pria itu memang benar-benar pencium yang handal. Gelenyar memabukkan yang tidak asing kembali Bella rasakan, membuat gadis itu tidak mampu mengelak jika jantungnya berdebar dan hasrat di dalam tubuhnya mulai terpancing.Bella akhirnya membalas ciuman pria tersebut. Sementara Glenn sedikit mengernyit. Pria itu merasa cukup terusik karena Bella berani membalas