'Mengapa lama sekali?'
Bella membuka kelopak matanya. Gadis itu justru melihat Glenn yang sudah berdiri tegak dan bersandar di ujung meja. Sebelah tangan pria itu memegang segelas minuman anggur tua koleksinya yang memang telah disediakan bersama makanan yang lainnya. Ya, Glenn baru saja sedang mengerjai Bella.
Bella mengernyitkan dahi. Kini, yang ada di dalam gadis itu hanya seraut wajah tidak percaya, "Apa kau sedang bermain-main denganku, Tuan Glenn Lucas?" geramnya dengan tatapan tajam yang ditujukan pada Glenn.
"Tidak," jawab Glenn dengan santai seraya mengangkat bahu tidak acuh.
"L-lalu? Apa yang kau lakukan baru saja?" Bella semakin menampilkan amarahnya kala melihat sikap santai yang justru ditunjukkan oleh pria itu.
Glenn tersenyum tipis, "Bukankah sebelumnya aku pernah berkata jika yang kusukai adalah sebuah respon dan keagresifan lawan mainku, Nona Bella? Dengan sekujur tubuh kaku dan mata terpejam seperti itu, tentu akan menjadi s
"Kau dari mana saja, Bella? Sejak tadi aku mencarimu," ujar Pablo di lorong perusahaan MBE Entertainment kala berpapasan dengan gadis berambut golden brown tersebut."Yang kutahu, aku sudah menyelesaikan syutingku hari ini, Pablo," jawab Bella dengan wajah datar.Pablo memutar bola matanya jengah, "Bukan karena hal itu aku mencarimu."Dahi Bella berkerut, "Lalu?"Menoleh ke kanan dan ke kiri, entah mengapa Pablo justru memeriksa keadaan sekitar, "Aku membutuhkan bantuanmu, Bella. Kemarilah!" Pablo tiba-tiba menarik pergelangan tangan Bella dan bergegas membawa gadis itu pergi. Sementara Bella yang tiba-tiba ditarik, dengan terpaksa mengikuti pria gemulai sekaligus managernya tersebut.~~~Bella yang sedang berkacak pinggang, kini menampilkan seraut wajah terkesiap, "Apa?! Mengapa aku harus melakukannya, Pablo?!" pekik gadis bermanik mata cokelat tersebut.Pablo yang tengah duduk di atas sofa memasang wajah memelas, "Ya, Bella! H
Berdiri di depan cermin, jemari lentik Bella tengah menyapukan lipstik sugary nude hingga memenuhi bibir sensualnya. Dengan balutan midi dress berwarna hitam yang berpotongan scoop di bagian leher, malam ini Bella terlihat semakin anggun.Gadis itu sedang bersiap untuk pergi ke pesta topeng dan memenuhi janjinya pada Pablo. Ya, ia harus menemani dan berpura-pura menjadi kekasih dari seorang pria gay yang sedang menyamarkan identitasnya. Lebih parahnya lagi, pria gay tersebut adalah kekasih dari Pablo sendiri. Semua itu Bella lakukan hanya karena sepuluh ribu dollar yang sudah masuk ke dalam rekeningnya.Pesta topeng memang acap kali dilakukan di sebuah perayaan di Venesia. Sebab, pesta topeng merupakan tradisi yang diturunkan oleh leluhur dari bangsa Eropa—Masquerade Party Ball—nama yang lebih dikenal. Dahulu, pesta topeng diperuntukkan bagi kaum bangsawan Eropa. Namun, kini pesta topeng sudah kerap kali digunakan oleh semua kalangan.Bel
"Bukankah sudah kukatakan lakukan tugasmu dengan benar?" kata Glenn dengan senyuman menyeringai. Dengan gerakan kilat bibirnya kemudian melumat bibir Bella secara tiba-tiba. Jemarinya menarik tengkuk Bella, memiringkan kepalanya, kemudian menyesap lidahnya tanpa ampun.Bella semakin tercengang. Begitu juga dengan para wanita yang sejak awal tengah mengamati mereka di sana. Namun anehnya, Bella sama sekali tidak merasa ketakutan. Hal itu membuat Bella merasa aneh sebab sebelumnya hanya dengan Glenn ia merasa demikian.Kini, Bella merasakan gerakan lidah pria itu yang begitu menggoda dan liar. Tampaknya, pria itu memang benar-benar pencium yang handal. Gelenyar memabukkan yang tidak asing kembali Bella rasakan, membuat gadis itu tidak mampu mengelak jika jantungnya berdebar dan hasrat di dalam tubuhnya mulai terpancing.Bella akhirnya membalas ciuman pria tersebut. Sementara Glenn sedikit mengernyit. Pria itu merasa cukup terusik karena Bella berani membalas
Lokasi syuting kini diadakan di sebuah taman bermain. Bella sedang melakukan adegan syuting di mana ia duduk seorang diri di sebuah ayunan dengan mantel tebal dan syal yang membalut lehernya.Sementara di bangku yang terletak tidak jauh dari taman tersebut, Emma tengah duduk sembari menyesap segelas kopi panas. Gadis itu tidak ada jadwal syuting hari ini. Ia hanya sekadar menemani dan membantu Bella."Apa kau mau hot dog?" tawar Aaron yang tiba-tiba duduk di sebelah Emma dengan dua hot dog di tangannya."Terima kasih, Aaron." Emma tersenyum seraya mengambil hot dog di tangan Aaron."Seingatku kau sedang tidak ada scene hari ini," celetuk Aaron."Ya, selama seminggu ke depan juga demikian. Adeganku sangatlah sedikit, berbeda dengan Bella," jawab Emma tertawa sembari menikmati roti berisi sosis panjang dengan saus pedas dan mayonaise yang diberikan oleh pria di sampingnya. "Terkadang aku kasihan dengan Bella yang sampai saat ini tidak mau
Bola lampu berkelap-kelip di tengah ruangan temaram dan memanjakan lautan manusia yang sedang larut dalam kesenangan di bawahnya. Mereka menggerakkan tubuh dan bergoyang mengikuti irama musik menghentak yang sedang diimainkan oleh seorang disk jockey. Semuanya terlihat bersenang-senang dan menikmati suasana malam yang semakin ramai.Namun, tidak dengan seorang gadis yang duduk sendiri di sebelah sana. Gadis berambut pendek itu sedang menenggelamkan kepala di atas meja. Terlihat jelas jika ia sedang mabuk berat dengan segala kekalutan yang bersarang di kepala. Ya, gadis itu adalah Emma. Ia memilih alkohol untuk mengalihkan kekalutan tersebut. Bukan karena putus cinta, melainkan keputusan untuk mundur saja. Sebab, Emma sendiri bahkan belum menyatakan cintanya.Sementara deringan telepon tidak terjawab sejak tadi tiada henti menggetarkan telepon genggam Emma yang tergeletak di atas meja, tepat di samping kepala bersurai pendek yang sedang terkulai. Gadis itu bahkan tidak
Dua bodyguard tersebut tetap tidak menjawab. Mereka semakin berdiri tegap di depan pintu yang sejak tadi mereka jaga. Bella sedikit melirikkan ekor matanya menatap pintu di belakang mereka yang seolah sedang ditutupi. Tak lama, kedua mata Bella seketika membeliak kala mendengar sebuah jeritan secara tiba-tiba.'Bukankah itu suara Emma?'Dengan gerakan kilat, sebelah kaki jenjang Bella yang terbalut dengan celana jeans terayun di udara. Kaki itu mendarat mulus di salah satu kepala si bodyguard. Sementara bodyguard yang lain justru mencengkeram kerah Bella. Gadis itu tersekat, tidak bisa bernapas. Bella menggeram rendah, "Lepaskan, bedebah!"Bugh!Seorang pria bertubuh kingkong yang entah datang darimana membogem mentah bodyguard yang mencengkeram kerah Bella. Dia adalah seorang pengawal suruhan Glenn yang telah ditugaskan untuk menjaga dan terus mengawasi Bella sebelumnya. Ternyata, ia diam-diam mengikuti Bella sampai ke bar dan melaporkan semuanya pada Gl
Beberapa minggu setelah kejadian Alberto, si anak pejabat. Musim dingin di Venesia telah berakhir dan berganti menjadi musim semi. Maret masih identik dengan cuaca dingin dan lembab. Namun, dikemas sebagai awal musim yang akan dipenuhi festival dan acara menarik. Setidaknya, sebagai hiburan karena telah melalui dinginnya salju selama berbulan-bulan di musim dingin. "Aku sungguh tidak sabar untuk tamasya di hari-hari yang cerah ini. Ah, i love ... spring!" ujar Emma antusias seraya membantu menyisir rambut cokelat Bella, "aku juga tidak sabar dengan pesta San Marco yang selalu dirayakan di setiap musim semi." Raut wajah berbinar memenuhi air muka gadis itu. Ia membayangkan hal-hal menyenangkan yang akan datang. Bella yang tengah mengenakan pakaian seorang karyawan dengan kemeja putih serta rambut cokelat alami yang tergerai indah, justru bergeming. Pikirannya berkelana memikirkan sesuatu. Sementara Emma yang sejak tadi merasa diabaikan mulai mengernyitkan dahi dan mem
"Hey, bagaimana jika besok kita bertamasya? Bukankah tiga hari ke depan tidak akan ada jadwal syuting?" celetuk Emma yang kini tengah merebahkan tubuh di sofa apartemen Bella.Pablo yang sedang menikmati gelato rasa strawberry seketika mengangguk, "Idemu bagus juga, Emma. Aku akan mengajak Fellix juga," cetusnya sambil meringis merasakan sensasi dingin es krim yang meleleh di mulutnya. "Kami akan menikmati camilan yang lezat bersama di cuaca yang cerah nanti. Aku akan membawa pie kesukaannya," imbuhnya lagi dengan tersenyum kecil membayangkan wajah sang kekasih pria-nya yang menawan sedang memakan kue pie buatannya.Sementara Bella dan Emma memasang raut wajah datar kala melihat kebahagiaan yang terpancar dalam diri sang manajer. Dua gadis jomblo tersebut mematung tanpa ekspresi. Bahkan, bibir Emma juga berkedut kala melihat Pablo yang kini masih tersenyum-senyum sendiri."Astaga! Mengapa melihat asmara orang lain membuatku sesedih ini," gerutu Bella sembari mel