Share

Bab 6. Menerima Pinangan Catra.

Tubuh tegap tersebut masih memeluk tubuh rapuh Gisa. "Maaf, selama 3 tahun ini aku tidak bisa melindungi kamu dan anak kita. Terima kasih sudah bertahan ditengah hujatan dan cacian yang kamu dapatkan dari orang-orang," ucap Catra dalam hati.

Ya, laki-laki yang menjadi penyelamat Gisa hari ini adalah Catra. Laki-laki yang bahkan lamaran dadakannya Gisa tolak. Awalnya Gisa pikir Catra akan ikut menghujatnya atau bahkan tertawa puas dengan apa yang Gisa alami saat ini.

Mungkin Catra akan berpikir Gisa sedang menerima karma atas penolakannya semalam, pikir Gisa. Namun Catra justru memeluknya, merangkulnya seolah-olah dia berkata semua akan baik-baik saja. Entahlah pelukan tersebut begitu menenangkan. Seperti pelukan seseorang  yang Gisa rindukan namun entah siapa Gisa pun tidak mengerti.

Dia bawa tubuh rapuh itu kedalam gendongannya. Orang-orang didalam restoran saling melempar pandang dengan seribu tanya dibenak mereka. Bagaimana seorang Catra Ganendra yang terkenal anti dengan perempuan sekarang justru menggendong perempuan yang bahkan memiliki seorang anak haram.

Gisa menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Catra yang terasa padat saat pipinya menempel disana. Ada gelanyar aneh yang menyelusup masuk kedalam relung hati Gisa. Gisa mencoba meraih kewarasannya kembali. "Sadar Gisa! Dia bos kamu di kantor," rutuk Gisa dalam hati.

Catra terus berjalan melewati orang-orang yang terus menatapnya heran. Catra juga tidak menghiraukan Nirwan dan Jocelyn yang terus memanggilnya. Catra hanya lurus berjalan untuk keluar dari restoran tersebut.

Gisa menepuk dada Catra pelan, "Pak, sekarang bapak bisa menurunkan saya," bisik Gisa pada Catra.

Catra hanya menatap Gisa tajam tanpa menghiraukan permintaan Gisa. Catra terus berjalan sambil memangku tubuh era ramping Gisa.

"Pak," panggil Gisa kembali sambil menepuk dada Catra dua kali berharap Catra mendengar panggilannya.

"Ckk ... " decak Catra kesal. Dia langsung menurunkan Gisa dari gendongannya sambil melihat apa yang akan Gisa lakukan.

"Aw ... aw ... " pekik Gisa saat kakinya menyentuh lantai. Gisa reflek memegang lengan berotot Catra.

"Ckk ... " Catra berdecak kembali. "Masih mau jalan kaki?" tanya Catra sedikit menyindir sambil menampilkan senyum sinisnya. Gisa menunduk sambil menggelengkan kepalanya pelan.

Apa yang dilakukan Gisa benar-benar membuat Catra gemas. Ingin sekali Catra menjewer hidung mungil Gisa, namun Catra harus bisa menahan egonya.

Catra membawa kembali tubuh ramping Gisa kedalam gendongannya. Sesaat kemudian pegawai valet datang membawa mobil mewah Catra.

Catra memasukan Gisa kedalam mobil. Setelah sabuk pengaman Gisa terpasang, Catra berjalan mengelilingi mobilnya untuk duduk dibagian pengemudi. Setelah semuanya siap, Catra mengemudikan mobil itu menjauh dari arah kantor Ganendra Group yang memang dekat dengan Restoran Mega Diamond tempat Catra membuat janji temu dengan Nirwan Radeya yang ternyata ayah dari Gisa.

Gisa menatap heran Catra yang membawanya menjauh dari perusahaan. "Kit_" ucap Gisa terpotong saat dilihatnya Catra sedang berbicara dengan seseorang melalui saluran telepon miliknya.

"Siapkan ruang perawatan di Queen Elizabeth sekarang juga!" perintahnya pada seseorang.

"Iya, sekarang!" tegasnya kembali. Catra melihat jam mahalnya kemudian dia berkata, "25 menit lagi kami sampai di sana. Siapkan juga spesialis ortopedi terbaik," perintahnya.

Setelah mengakhiri panggilan teleponnya, Catra kembali fokus pada jalanan. Ketampanan nya bertambah 100 persen saat tengah fokus sepeti itu. Wajah Gisa merona saat memikirkan apa yang Catra lakukan untuk nya.

Dia menyembunyikan rona di wajahnya dengan memalingkan wajahnya melihat kearah luar jendela. Gisa tidak ingin di cap sebagai wanita gampangan. Cukup mantannya saja yang memanfaatkan kebaikan Gisa.

Gisa fokus kembali kedepan saat dirasa wajahnya sudah kembali normal. "Terimakasih," ucap Gisa tulus.

"Hanya itu saja?" tanya Catra pada Gisa. Gisa mengerutkan keningnya. "Maksudnya?" tanya Gisa bingung.

"Cck.." Catra berdecak untuk kesekian kalinya. "Aku tidak butuh terimakasih kamu. Untuk sekarang yang aku butuhkan hanya seorang istri." Jawab Catra to the point.

Gisa melongo dengan mulut sedikit terbuka. Gisa mengira kalau Catra akan menyerah memintanya menikah saat tau status Gisa yang sudah mempunyai seorang putra. Namun dugaan Gisa salah. Catra masih tetap memaksa Gisa untuk menikah dengannya.

"Saya tau kamu membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk mengobati bibimu," ucap Catra sambil matanya tetap fokus pada jalanan. "Kenapa kamu tidak mengambil kesempatan ini?" tawar Catra pada Gisa.

Gisa terpekur. Tidak bisa dipungkiri kalau Gisa memang sedang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dia sudah tidak memiliki jalan keluar lain setelah mendapat tindakan kasar dari ayah dan ibu tirinya.

Bahkan sangat mustahil untuk Gisa meminta biaya operasi bibinya setelah dengan terang-terangan Catra membatalkan kesepakatan kerjanya dengan Nirwan sang ayah. Pasti ayah dan ibu tirinya akan menuduh Gisa sebagai tersangka utama dibalik dibatalkannya kesepakatan tersebut.

Gisa menggigit bibir bagian bawah miliknya. Kebiasaan Gisa dari dulu, saat dia sedang gelisah Gisa selalu melakukan hal tersebut. Catra jadi gemas sendiri saat melihatnya.

"Khem ... " dehem Catra saat pikiran kotor mulai merasuki otaknya. Cepat-cepat Catra mengalihkan perhatiannya. "Shit ... " umpat Catra dalam hati.

Gisa masih tidak sadar apa yang dilakukannya berpengaruh besar terhadap Catra. Gisa masih terus menggigit bibir bagian bawah miliknya. Gisa menghentikan kebiasaannya tersebut saat dia menemukan solusi dari kegelisahannya.

Gisa menyerongkan tubuhnya menghadap Catra yang sedang mengemudi, "Pak, saya menyetujui permintaan Bapak untuk menikah!" ucap Gisa membuat Catra bersorak dalam hati. Kemudian Gisa melanjutkan kalimatnya, "Tapi ... " Ucapnya terjeda.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status