Share

27. Hidden Guilt

Langit sore yang cerah masih berada di atas sana. Awan berarak membentuk gumpalan putih yang kemudian terputus-putus. Semilir angin meniup daun-daun pada pepohonan yang berderet di sepanjang jalan. Aspal hitam yang panjang membentang tampak begitu mulus, tak terdapat lubang sedikit pun.

Dua orang anak laki-laki tampak berjalan dengan riang. Seorang yang lebih tinggi memimpin di depan sambil bersiul. Sesekali tangannya memetik rerumputan tinggi di pinggir jalan. Sedangkan di belakang, sang adik mengikutinya dengan langkah-langkah kecil. Kadang ia berlari untuk mengimbangi kakaknya.

"Senangnya bisa bermain di luar lagi!" seru Arsen gembira.

"Kita mau ke mana, Kak?" Arsya bertanya penasaran.

"Sudah, ikuti saja."

Arsya menoleh ke kanan dan kiri. Jalanan itu sepi. Tak ada siapa pun selain mereka berdua. Kendaraan juga tak ada yang lewat. Arsya merasa asing. Seharusnya mereka masih berada di jalan raya sekitar kompleks perumahan. Namun Arsya merasa

khairunnisastuff

Agak merinding ketika menuliskan scene Arsen menjelang subuh tadi. Rest in peace, Arsen.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status