Mereka kawanan yang pernah bermasalah dengan Caspian. Yah, sepertinya tidak ada kawanan yang tidak bermasalah dengannya. Caspian tidak ingat nama dari Alpha yang ada dihadapannya sekarang, namun ia ingat jika pemimpin kawanan ini tidak datang saat pertemuan tahunan para manusia serigala beberapa waktu yang lalu.
“Perhitungan apa?” tanya Caspian. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuh. Ia yakin malam ini pertarungan tak akan bisa dihindari.
Lawan bicaranya mengumandangkan tawa getir. “Perhitungan apa katamu? Apa kau tidak ingat siapa yang sudah menghancurkan wajah Betaku?”
“Apa kau tidak ingat apa yang sudah Betamu katakan padaku?” Caspian mencoba menahan diri. Ia melakukan itu bukan karena bermaksud sabar, tetapi ia memikirkan keselamatan Elora yang kini berdiri rapat di balik punggungnya.
Alpha itu melotot dan menggertakkan gigi. “Apa yang Owen katakan adalah kebenaran! Kau yang terlalu sibuk mengurus bisnismu ti
Elora tahu ada yang tidak beres saat ia membuka mata. Langit-langit ruangan yang ia pandang sekarang terasa asing. Kemudian saat Elora melihat ke sekeliling, hanya ada gorden putih yang menghalangi pandangannya. Elora bangun, lalu sebuah sentakan nyeri di leher membuatnya terhenti.Elora mengangkat tangan, hendak menyentuh lehernya yang sakit, dan terhenyak saat melihat memar di sekujur lengannya. Samar-samar ia mengingat pertarungan semalam, ia dan Caspian melawan kawanan yang sepertinya punya dendam pada Caspian. Elora mampu menghajar orang-orang itu, tetapi setelah itu ia hilang kesadaran.Gorden di hadapannya tersibak dan Kate masuk. Dia terlonjak ketika melihat Elora. Nampan di tangannya nyaris jatuh.“El! Kau sudah sadar!” Kate segera meletakkan nampan berisi makanan di nakas lalu menghambur memeluk Elora. “Aku sangat takut saat melihat keadaanmu dan Caspian! Kupikir kalian sudah mati!”Kedua mata Kate berkaca-kaca saat dia m
Cooper ada dalam hidup Caspian sejauh Caspian bisa mengingat. Mereka dibesarkan bersama, berbagi mainan dan orangtua yang sama. Caspian pernah bertanya kepada ibunya mengapa Cooper tidak hidup dengan orangtuanya sendiri.“Orangtua Cooper sudah tidak ada, jadi dia tinggal bersama kita,” jawab ibunya waktu itu.Fakta itu tak lantas membuat Caspian menaruh iba pada Cooper. Ia membenci Cooper karena menurutnya Cooper membuat perhatian orangtua Caspian menjadi terbagi, dan Caspian selalu merasa dinomorduakan. Rasa iri itu terus tumbuh seiring bertambahnya usia mereka, dan suatu hari Caspian sengaja mengonfrotansi Cooper. Ia berusaha membuat Cooper kesal.Cooper tengah mengerjakan tugas yang diberikan oleh ayah Caspian. Tugas tambahan menulis, karena tidak seperti Caspian yang cepat belajar, Cooper punya kesulitan dalam memahami tulisan.“Aku tahu kenapa orangtuamu meninggal,” kata Caspian. Ia bersandar di pintu perpustakaan, memandang r
Matahari sudah tinggi saat Caspian membawa Elora menelusuri jalan setapak ke arah utara. Jahitan di tangan Caspian sudah dilepaskan, kemampuan menyembuhkan para manusia serigala masih membuat Elora tercengang, apalagi saat Caspian mengatakan jika bukan karena Elora yang melukainya, Caspian bisa sembuh lebih cepat dari pada sekarang.Mereka berjalan berdampingan dalam diam hingga tiba di sebuah tanah lapang di tepi jurang, yang dikelilingi pagar besi berkarat. Batu-batu yang menonjol di tengah ilalang menjadi penanda bahwa tempat itu adalah sebuah pemakaman. Di kejauhan, bukit-bukit menjulang dalam warna hijau dan cokelat. Sebagian tanah pemakaman telah ditumbuhi ilalang, dan jalan setapak berbatunya berhias retak dan tanaman liar.Caspian membuka gerbang dan mempersilakan Elora masuk terlebih dahulu. Ada begitu banyak makam di situ. Caspian menuntun Elora ke sisi deretan makam yang berjajar rapi dengan batu nisan berwarna abu-abu. Mereka terus berjalan hingga deretan m
Elora dan Caspian memasuki aula pertemuan. Di sana, ada puluhan orang yang menanti mereka, duduk di kursi-kursi kayu bersandaran tinggi dan saling berbicara dengan raut muka serius.Suasana seketika hening ketika Elora dan Caspian muncul. Sekujur tubuh Elora merinding saat berpasang-pasang menatapnya dalam diam. Kilasan mimpi Elora terulang tanpa diminta dalam ingatannya. Manusia-manusia serigala yang menyerangnya, mencabiknya….Debaran jantung Elora yang kacau langsung reda saat Caspian menggenggam tangannya, dan menuntunnya untuk duduk di kursi paling ujung. Caspian mengambil tempat di sebelahnya, menghadap ke semua yang hadir di situ.“Bukankah kita baru saja menyelesaikan pertemuan beberapa hari yang lalu? Semua ditutup dengan baik-baik saja.” Caspian membuka percakapan dengan tenang, tetapi nampaknya semua yang ada di situ sudah tak sabar.“Serahkan dia,” kata seseorang. Matanya membeliak pada Elora, menyimpan amarah ya
Zed membawa Elora ke kamarnya, dan menemaninya sementara Caspian bertemu dengan para Alpha.“Aku tidak menyangka masalahnya jadi sebesar ini,” kata Zed.“Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah kau yang menyelamatkan aku dan Caspian? Kate bilang saat kami ditemukan, keadaan kami sangat mengerikan—” Napas Elora tercekat. Ia menekan kening dengan kedua tangan. “Apa yang sebenarnya terjadi padaku,” gumamnya sembari membenamkan wajah di kedua telapak tangan. Seketika itu, menjadi dirinya terasa melelahkan.“Kalian—tergeletak penuh darah … dan, ada banyak darah di sana,” Zed berhenti untuk menarik napas, “aku dan anggota yang lain mencari kalian setelah kami menerima laporan dari salah satu anggota. Dia melihat adanya perkelahian saat berpatroli menyusuri perbatasan. Dia mengatakan dia melihat—” Zed berhenti. Elora mendongak dan pandangan mereka bertemu.Elora tahu mengapa Zed ber
“Ada apa?” Caspian terlonjak di kasurnya saat Elora menyusup masuk ke balik selimut dengan tergesa-gesa. Caspian duduk dan menyalakan lampu di meja samping tempat tidur.“El? Kau kenapa?” tanya Caspian sembari menyibak selimut.Elora meringkuk seperti gadis kecil yang ketakutan, dan tak berapa lama wajahnya berubah merah. Sebagian karena ia merasa malu menunjukkan sisi dirinya yang penakut, sebagian lagi karena ia menyaksikan Caspian yang tidak mengenakan apapun di bawah selimut.Caspian mengabaikan mata Elora yang melotot melihat bagian bawah tubuhnya. Dia beringsut mendekat dan menggamit dagu Elora agar pandangannya beralih ke wajah Caspian.“Ada apa? Kenapa kau tiba-tiba masuk seperti habis melihat setan? Kau mimpi buruk lagi?”“Aa—aku,” Elora terbata-bata, “sepertinya ada yang masuk ke kamarku.”Tanpa banyak bertanya lagi, Caspian langsung bangkit dari kasur, mengenakan ce
“Aku mencintaimu.”Elora memandang tak berkedip pada layar di hadapannya. Earphone terpasang di telinga, dan semangkuk salad berada di pangkuan Elora. Barusan ia berhenti menyendokkan salad ke mulut, ketika kalimat itu terdengar dan percakapannya dengan Javier kembali terulang di dalam kepala. Elora melirik ke seberang, ke arah Caspian yang sedang sibuk mengobrol dengan pramugari. Elora tidak begitu mendengar percakapan mereka. Ia hanya menangkap kata-kata seperti ‘kopi’, ‘merokok’, dan ‘kekasihku’. Sepertinya mereka sedang membicarakan Elora.Elora kembali menonton film romantis yang tayang di layar besar di hadapannya. Tak lama berselang, seseorang melepaskan earphone dari salah satu telinga Elora, lalu wajah Caspian muncul di hadapannya, menghalangi pandangan Elora dari layar. Caspian tersenyum. Jenis senyum yang bisa membuat Elora menahan napas dan jantungnya melompat kecil.“Serius sekali,” kata Ca
Dua cangkir teh tersaji di atas meja, di hadapan Elora dan Caspian yang kini duduk di sofa kuning yang kusam. Nyaris tak ada yang berubah dari tempat ini, selain kertas pelapis dinding yang sepertinya baru saja diganti, berwarna kuning gading dengan motif bunga-bunga kecil warna-warni. Maribeth, pemilik panti asuhan ini, mempunyai selera terhadap segala sesuatu yang mengandung bunga. Elora masih ingat kamarnya di lantai atas, yang ranjangnya selalu tertutup seprai bermotif bunga begonia.Maribeth tersenyum dan memandang Elora dan Caspian bergantian. “Sudah lama sekali aku tidak bertemu denganmu. Kau bilang akan mengirim kabar setelah keluar dari sini.”Elora menunduk, mengamati blusnya yang kusut. Ia tengah mengumpulkan keberanian dan alasan, tetapi tak satupun yang muncul ke permukaan. Sedari tadi yang ada adalah rasa bersalah. Bersalah karena selama bertahun-tahun Elora menilai tempat ini tak menerimanya. Pandangannya saat masih anak-anak dan setelah dewa