Share

Valley of The Vineyard

Pertamanya Elora pikir Caspian sedang melakukan suatu aksi vandalisme bersama teman-temannya. Karena orang-orang yang lain kelihatan segarang dia, beberapa bahkan membawa tongkat pemukul yang terbuat dari besi, serta senjata tajam yang berkilau keperakan saat tertimpa sinar lampu mobil Elora.

Tetapi kemudian dugaan itu terpatahkan saat seseorang dari mereka mulai menyerang Caspian. Caspian menangkis serangan yang datang bertubi-tubi kepadanya. Elora yang menyaksikan itu semua dari balik kemudi, hanya bisa gemetar ketakutan. Ia memasukkan perseneling mundur dan mulai menginjak pedal gas sedalam mungkin. Tapi sial, tidak ada yang terjadi. Mobilnya lagi-lagi mogok di saat yang tidak tepat.

Dasar mobil tua sial. Umpat Elora dalam hati.

Sekarang apa yang harus ia lakukan? Berlari meninggalkan mobilnya begitu saja untuk mencari pertolongan? Tidak. Hanya ini kendaraan yang Elora miliki dan tanpa mobil Elora bakal kewalahan.

Tungkai Elora semakin berguncang hebat saat ia menyadari kalau salah seorang dari pengeroyok Caspian itu berjalan menghampirinya. Elora memastikan mobilnya terkunci, dan saat orang itu semakin dekat, Elora bisa mendengar suara geliginya yang beradu seperti orang yang tengah kedinginan.

Orang itu, seorang pria berbadan besar di tongkat pemukul dari besi, menggedor pintu pengemudi sembari melotot mengerikan.

“Keluar kau!” teriaknya. “Apa kau bersama Caspian sialan itu?!”

Bukannya menjawab, Elora malah menunduk, menyembunyikan wajahnya sebaik mungkin. Apakah hari ini adalah hari terakhirnya hidup? Tetapi banyak hal yang belum Elora coba dan ia tak mau mati sekarang.

Pria itu semakin tak sabar, dan akhirnya mengayunkan tongkat tinggi-tinggi untuk menghancurkan kaca mobil. Tetapi belum sempat melakukannya, tubuhnya ditabrak dengan keras oleh sebuah sepeda motor hingga terpental beberapa meter jauhnya.

“El, cepat keluar!” Kini suara yang memintanya untuk keluar telah berubah. Elora mendongak dan melihat Caspian berada di atas sepeda motor berwarna hitam. Dia menggedor pintu mobil Elora dengan tidak sabar. “Cepat!” perintahnya lagi.

Elora melihat ke depan, dan orang-orang yang tadi mengeroyok Caspian telah tumbang. Namun ada yang masih bisa bangun dan mulai berjalan terseok-seok mendatangi Caspian dan Elora.

Tanpa pikir panjang lagi, Elora menyambar tasnya, membuka pintu, dan naik ke atas sepeda motor Caspian. Caspian pun mulai memutar tuas gas dan membawa mereka pergi dari situ.

*

Tak ada yang berbicara selama perjalanan. Elora bahkan tak bertanya kemana Caspian akan membawanya. Yang ada di pikiran Elora saat ini adalah bagaimana nasib mobilnya, dan bagaimana bisa kedua tangannya melingkar erat di perut Caspian yang rata dan kencang, seolah itu adalah hal yang biasa Elora lakukan.

Sepeda motor terus melaju melewati hingar-bingar pusat kota, menuju ke utara. Mereka pun memasuki Gibbston road, dan Elora akhirnya memberanikan diri untuk membuka mulut saat Caspian menurunkan kecepatan. Mereka kini berada di wilayah Gibbston, yang punya julukan Lembah Ladang Anggur. Nama yang didapat karena area ini menghasilkan anggur terbaik di seantero Otago.

“Kita akan kemana?” tanya Elora.

“Ke rumahku.”

“Aku ingin pulang ke rumahku!” tolak Elora, setelah mendengar jawaban Caspian.

“Kau akan mati jika kembali ke rumahmu sekarang!”

“Dan kita akan baik-baik saja jika menuju ke rumahmu?!” balas Elora.

“Ya!”

Tepat setelah Caspian mengatakan itu, dari arah berlawanan Elora melihat gerombolan sepeda motor yang menuju ke arah mereka. Saat mereka berpapasan, Caspian berhenti. Semua pengendara sepeda motor itu membungkuk hormat pada Caspian.

“Apa yang terjadi, Alpha?” tanya salah seorang dari mereka. Elora tertegun mendengar dan melihat bagaimana orang-orang itu memperlakukan Caspian seolah Caspian adalah raja.

“Tolong bereskan orang-orang yang mungkin sedang mengikutiku.”

Tanpa banyak bertanya, mereka semua mengangguk dan melanjutkan perjalanan menuju arah kedatangan Caspian tadi. Elora masih saja tak mengerti dengan situasi yang kini ia hadapi. Siapa Caspian sebenarnya hingga orang-orang tadi tunduk hormat padanya? Apakah Caspian merupakan keturunan bangsawan? Atau jangan-jangan dia adalah ketua dari kelompok mafia?

 Elora dihantui pemikiran yang memaksanya untuk melompat dari sepeda motor, yang kini kembali melaju dan berbelok memasuki salah satu perkebunan anggur. Degup jantung Elora menggila, dan keringat dingin mulai membasahi kening dan punggungnya.

Elora teringat semprotan merica yang selalu ia bawa di dalam tas. Ya, Elora akan menggunakan itu saat ada kesempatan. Elora mengatur napas, menyemangati dan memberanikan diri untuk bersikap tenang. Ia pasti bisa. Kejadian buruk yang sama tak akan terulang dalam hidupnya.

Sepeda motor terus melaju melalui celah di sepanjang ladang anggur, hingga sampai ke sebuah bangunan yang terbuat dari batu. Sepertinya itu adalah restoran dan bar yang diperuntukkan bagi turis yang ingin membeli anggur.

Ada sebuah gerbang besi tinggi di samping bangunan, dan dua orang lelaki berbadan besar berjaga di depannya. Mereka berdiri tegak penuh hormat saat melihat Caspian. Salah seorang dari lelaki itu segera membuka gerbang supaya Caspian bisa masuk.

Elora pikir ia sudah sampai, tetapi ternyata dibalik gerbang itu, terhampar tanah luas yang tertutup rumput dan semak, dengan jalan selebar mobil. Caspian mengemudikan sepeda motornya dengan lihai, melaju dengan kecepatan sedang menyusuri alam.

Untuk sesaat Elora lupa pada semua masalah dan perasaan berdebar yang tak sanggup ia jabarkan ini. Alam di sisi Gibbston di malam hari yang belum pernah Elora jamah … memberikan sensasi kekaguman yang menyesakkan.

Sebuah lonjakan kecil dalam perjalanan itu membuat Elora kembali tersadar.

“Turunkan aku!” teriak Elora, sembari memukul-mukul punggung Caspian. “Turunkan aku sekarang juga atau aku akan melompat!”

Semoga Caspian percaya pada ancaman itu.

Sepeda motor masih terus melaju hingga berhenti di tengah sebuah jembatan kayu. Di bawah kaki mereka, sungai berarus deras mengalir, menimbulkan suara gemrisik yang berpadu bersama desau angin dari pepohonan.

Caspian turun dari sepeda motor, begitu juga dengan Elora. Mereka berdiri berhadapan. Di bawah sinar bulan yang kini bulat sempurna. Elora menyadari bahwa desir di aliran darah dan panas pada sekujur tubuhnya bukan hanya disebabkan oleh keberadaan Caspian. Ini hal yang selalu Elora alami saat bulan purnama tiba. Tetapi ada saat-saat tertentu dimana sakit yang Elora rasakan terasa lebih hebat, bahkan kadang hingga membuatnya tak sadarkan diri.

“Sudah. Ada lagi?” ucap Caspian, dingin.

Elora meradang dalam kesakitan yang coba ia tahan. “Bawa aku pulang. Sekarang.”

“Tidak bisa. Aku tidak bisa membiarkanmu mati.”

“Kalau begitu katakan padaku apa yang sebenarnya kau lakukan di jalanan tadi?! Masalah apa yang membuatku harus terlibat sampai seperti ini?!”

Bulan semakin tinggi, cahayanya menjadi satu-satunya penerangan di tempat ini. Elora tak tahan lagi, ia mengerang hebat hingga terjatuh.

“El!” Caspian berteriak. Gerakannya yang cepat menghalangi Elora untuk jatuh menghantam jembatan. “Hei! El!”

Suara Caspian semakin sayup … bersamaan dengan kesadaran Elora yang menghilang.

*

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status