Share

The Bad Life
The Bad Life
Penulis: Hanabelle

Awal

Suara tangisannya menyenangkan semua orang yang ada di dalam ruangan itu. sudah dua hari sang ibunda menunggunya hadir di dunia ini. Namun, dirinya masih terlalu nyaman di dalam dekapan hangat ibunda. Apakah dia tahu nanti jalan hidupnya jauh dari kata normal sehingga masih enggan untuk hadir menemui sang ibunda yang nantinya menjaga hingga ia mampu menjaga dirinya sendiri?

“Alhamdulillah, sudah lahir dengan selamat dan tanpa kurang sedikitpun, selamat ya ibu!” Suara yang mengikuti suara tangisan bayi itu, juga menenangkan sang ibunda yang baru saja mengeluarkan segala energinya untuk menghadirkannya di dunia ini. Sang ibunda yang mendengarkan itu tentu saja sangat tenang.

Anak pertama, cucu pertama, cicit pertama. Betapa berat beban yang dipikul di pundaknya. Pada saat itu, semua yang hadir sangat senang dengan tangisan yang tetiba semerbak di dalam ruangan itu. Kecuali satu orang, setelah mengumandangkan adzan di telinga anak perempuannya, ia langsung keluar dari ruangan sembari mengeluarkan rokok dan korek yang berada di sakunya. Menyalakan rokoknya di ujung koridor sambil memperhatikan orang yang sedang berlalu lalang.

“Malaikat, apakah dia tidak senang dengan hadirnya diriku ini?” Kata bayi itu kepada malaikat di sebelahnya. “Tentu saja dia senang, cantik! Ia hanya tidak hebat dalam mengekspresikan emosinya. Mimik wajahnya akan selalu datar, tatapannya akan selalu dingin. Namun, jangan khawatir. Ia akan selalu menyayangimu.” Jawaban yang sangat menenangkan untuk manusia kecil itu.

Beberapa hari di dunia memang belum dapat melihat sesuatu yang jauh untuk seusianya, berbeda dengan dirinya yang bisa melihat apapun dengan jelas. Bundanya yang sangat mencintainya selalu mendekapnya ketika ia menangis, nenek dan kakeknya yang membantu bunda untuk merawatnya dan sang bibi yang selalu mengajaknya bercanda. Namun, dimanakah sosok yang nantinya akan aku panggil ayah? “Kemana ayahnya?” Tanya kakek kepada bunda. “Kerja, barusan berangkat.” Kakek yang mendengar jawaban itu langsung geleng-geleng kepala mendengarkan jawaban dari bunda. Mengapa dia jarang berada di sisiku? Bukannya seharusnya dia menemani bunda? Ataukah dengan bekerja adalah salah satu cara pengungkapan rasa sayangnya kepadaku?

Beberapa bulan awal, bunda, kakek, nenek dan bibi selalu menemaniku, mengajakku bermain, mengajariku beberapa hal, dan lagi-lagi, dimanakah ayahku? Mengapa dia tidak pernah mengajakku bermain? Atau pada saat ingin mengajakku bermain, aku sedang terlelap? Oh bagaimana dengan pernyataan seorang anak perempuan akan dekat dengan ayahnya? Ayah hadir hanya ketika bunda, aku, bibi, kakek dan nenek akan bepergian jauh. Namun, mengapa dia tidak pernah ada ketika hanya ada bunda saja di rumah?

“Selamat satu tahun, anak cantik!” Suaranya membuatku terkejut sekaligus sumringah karena setelah itu ia mengangkatku dan menerbangkanku di langit. Menyenangkan sekali! Sudah mulai bisa berjalan, berbicara beberapa kata dan tentunya memanggil bunda dengan lengkap! Bunda yang mendengar langsung memelukku dengan hangat. Perayaan itu dibuat sangat meriah dikaenakan aku adalah anak pertama dan cucu pertama. Sangat menyenangkan sekali bukan? Ayah yang biasanya jarang hadir di sisiku tia-tiba hadir dengan mukanya yang selalu sama di tiap hari dan di setiap situasinya. Datar. Ya, tentunya aku ingat memang begitu katanya.

“Satu, dua, tiga, cheese!” Kakek dan nenek membawaku kesana kemari menghampiri saudara yang telah hadir dan dengan bangga memperkenalkan cucunya sembari menggerakkan tanganku seolah-olah aku menyapa mereka dengan ramah. Di tengah bisingnya suara para pengunjung dan para tamu, aku mendengar suara bunda dengan intonasi yang lebih tinggi daripada biasanya. Darimana asalnya? Aku tidak mampu menemukan bunda! “Uaaaaaaa” aku mengerluarkan suara tangisan yang sangat keras ketika tidak mampu menemukan bunda. Kakek langsung berdiri dan mengajakku ke lemari kaca yang berisikan beberapa mainan yang cukup membuatku lupa dengan penyebab tangisku tadi.

“Sini anak bunda,” tangannya langsung meraihku. Tetapi, mengapa muka dan suaranya berbeda? Bunda? Kenapa? Ingin ku tanyakan pada saat itu, tetapi keadaan yang belum memungkinkan, sehingga aku hanya mengeluarkan suara yang masih tidak jelas dan hanya mendapatkan tanggapan, “Apa, anak bunda?” “Makan, yuk!” Bukan bunda, bukan itu. “Aku moleh.” Kata seseorang dari kejauhan yang menyebabkan bunda menoleh. Itu kan ayah? Apa yang dimaksudnya? Aku tidak terbiasa mendengar kata yang baru saja ia ucapkan? Apakah terjadi sesuatu? Bunda langsung mengangguk dan tidak menghiraukannya kembali. Setelah itu aku mengerti, ternyata ia pulang. Aku mengertahuinya ketika kakek dan nenek menghampiri mama sembari menanyakan apa yang barusan terjadi. Kakek dan nenek yang mengetahui langsung menghela napas yang panjang lalu pergi menghampiri saudaraku.

Tumpukan barang yang baru saja dikeluarkan dari mobil membuatku tertarik untuk menhampirinya. Aku berjalan lebih cepat dan sangat riang ketika menhampirinya. Tumpukan barang itu beragam bentuk, warna dan hiasan yang ada di atasnya. “Mau buka yang ini?” tanya bibi kepadaku. “Ya!” Jawabku dengan ceria dan bibi langsung membuka kertas yang membungkusnya. Dari situ aku mengetahui bahwa isinya beragam dan tidak sama dengan pembungkusnya. Setelah semua telah terbuka, aku bermain dengan kertas-kertas pembungkus dan membawanya kesana kemari, sehingga menyebabkan berantakan di berbagai sudut rumah. Karena kelelehan, aku tertidur dengan mudah yang tentunya menguntungkan semua orang agar dapat beristirahat dengan tenang.

Pyaaaarrrrr. Aku terkejut dan langsung menangis berharap bunda datang menghampiriku. Namun, yang datang ternyata adalah nenek. Bukan bunda seperti yang aku harapkan. Nenek yang sepertinya sudah tau apa yang sedang terjadi langsung menggendongku agar aku tenang dan tidur kembali. Suara bunda ada di dalam mimpiku. “Tolong bunda!” Aku langsung terkejut dan bangun. Aku melihat sekeliling, ternyata masih nenek yang membawaku. Bunda? Bunda dimana? Bunda kenapa? Aku yang ketika itu belum bisa berbicara dengan fasih hanya mengeluarkan tangisan yang semakin keras dan mengatakan “bu..nda.” “Sebentar ya anak cantik, nanti bunda kesini.” Kata nenek sambil membawakanku susu.

Lalu di dalam mimpiku seperti ada seseorang yang mendatangiku, ia menggunakan jubah putih dan berkata bahwa hidup tidak seindah dan semudah yang apa pikirkan. Aku tidak mengerti apa yang dikatakannya. Aku hanya memhami bahwa nanti aku akan bersenang-senang setelah melewati badai, petir dan hujan yang sangat deras. Di sampingnya ada bunda, bibi, kakek dan nenek! Mengapa mereka disana?

“Mereka akan menemanimu, mendoakanmu, dan menyemangatimu selalu. Baik-baik dengan mereka ya.” Kata orang itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status