Share

Chapter Four

Mauryn yang awalnya pura-pura pingsan malah tidur. Untung saja ada seseorang yang memberinya minyak kayu putih yang membuatnya bangun.

"Ini jam berapa?" tanya Mauryn dengan mata menyipit karena masih beradaptasi dengan lampu ruangan itu.

"Jam sebelas."

Mauryn memelototkan matanya. Suara ini, suara yang tadi menanyakan keberadaan Kendra. Mauryn menoleh dan tersenyum canggung pada lelaki itu.

"Kenapa?" Lelaki itu menatap Mauryn aneh karena terus tersenyum padanya.

"Kamu masih nyari Kendra?" tanya Mauryn ragu-ragu.

"Enggak. Udah ketemu."

"Kamu anak baru?"

"Hah? Lo gak kenal gue?" tanya lelaki itu syok karena gadis didepannya tidak mengenalnya.

"Siapa?" tanya Mauryn bingung.

"Serius? Lo gak kenal Alexander Imago?" tanya lelaki bernama Alex itu.

"Aduh, maaf kalo aku gak kenal kamu. Tapi emang aku hampir gak kenal semua nama murid di sekolah ini," jawab Mauryn.

"Udahlah, karna lo udah bangun, gue cabut ya." Alex hendak bangun tapi tangannya dipegang Mauryn.

"Kenapa?" tanya Alex ketus.

"Kendra ada masalah sama kamu?" tanya Mauryn polos.

"Lo gak perlu tau." Alex melepaskan tangan Mauryn lalu pergi.

Mauryn merasa frustasi sendiri dan mengacak rambutnya.

"Ah! Tadi aja gak usah pingsan! Segala pake ketiduran lagi!" kesalnya meratapi sikap cerobohnya.

Srek.

Tirai disebelahnya terbuka hingga membuat gadis itu terkejut.

"Kendra?" Mauryn kaget juga bingung melihat Kendra yang duduk di ranjang pasien.

"Maaf."

"Hah?"

Kendra pergi tanpa menjawab pertanyaan Mauryn. Gadis itu kesal lalu mengejar lelaki itu.

"Kendra tunggu!" ucap Mauryn ketika berhasil memegang tangan Kendra.

Lelaki tampan itu menatap Mauryn datar.

"Kamu gak ada masalah serius sama cowok tadi kan?" tanya Mauryn memastikan. Wajah gadis itu terlihat khawatir karna wajah Alex terlihat galak.

"Alex?"

"Iya." Mauryn mengangguk semangat.

"Dia baik."

Ucapan itu membuat Mauryn melepaskan tangannya perlahan. Sia-sia gadis itu khawatir. Ya, memang tidak boleh menilai orang dari covernya.

"Oke." Mauryn kembali ke ranjangnya.

"Tadi Luisha khawatir sama kamu. Makanya aku kesini buat ngecek."

Mendengar itu, Mauryn menghampiri Kendra lagi. Tapi tidak ada siapa-siapa.

"Cepet amat perginya," ucap Mauryn monoton sambil menggaruk tengkuknya.

"Sebenernya si Kendra ini bego apa bisu sih? Masa ngomongnya irit banget." Lagi. Mauryn penasaran dengan Kendra tanpa disadarinya.

Mauryn melihat jam dindin ruang kesehatan.

"Masuk kelas ah, udah cukup tidurnya, Ryn," ucap Mauryn monoton lalu melipat selimut yang tadi dipakainya.

🤵‍♂️👩‍✈️

"Ryn!" teriak Luisha ketika Mauryn baru saja masuk ke kelasnya. Luisha memeluk erat Mauryn seperti sudah satu tahun tidak bertemu.

"Lu, engap, Lu." Mauryn menepuk-nepuk punggung Luisha.

"Maaf, Ryn, aku khawatir banget, maaf gak bisa kesana--"

"Kenapa nyuruh Kendra yang dateng? Sibuk banget ya sama gebetan?" sindir Mauryn yang tiba-tiba kesal.

"Kendra?" Luisha bingung.

"Iya Kendra. Dia tadi kesana buat ngecek keadaan aku," jawab Mauryn yang mulai bicara seperti biasa.

"Tapi aku gak nyuruh--"

Triring ... triring ...

Bel pulang berbunyi. Kelas menjadi riuh karena sahutan kesenangan para murid yang hendak pulang.

Luisha juga terburu-buru mengambil tasnya.

"Ryn, aku pulang duluan, ya. Bye." Luisa pergi dengan senyum merekah diwajahnya.

Sepi. Hanya dirinya seorang dikelas. Tapi ada dua tas yang belum diambil. Milik Mauryn dan Kendra.

"Loh si Kendra belom ke kelas? Kemana tuh orang?" Mauryn menatap keluar kelas berharap Kendra datang tapi nihil.

"Udahlah, aku pulang duluan aja. Hari ini punya waktu istirahat yang banyak sebelum les." Mauryn merentangkan tangannya untuk meregangkan otot-ototnya lalu mengambil tasnya kemudian pulang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status