Share

Chapter Five

Mauryn membanting tubuhnya ke kasur empuk itu. Ia menatap langit kamarnya dan membuang nafasnya kasar.

"Kalo dipikir-pikir, tadi muka Kendra pas di ruang kesehatan kok aneh banget ya, kaya malu tapi datar," ujarnya monoton. Gadis itu entah kenapa memikirkan lelaki itu.

Tok ... tok ... tok ...

Suara ketukan pintu itu membuat ia tersadar dari apa yang ia pikirkan sebelumnya dan menoleh ke arah pintu.

"Nona Ryn, apa ada didalam?" tanya seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.

"Iya," sahut Mauryn lalu bangun dari tidurannya dan menghampiri pintu untuk membuka.

"Ada apa, Bi?" tanya Mauryn ketika membuka pintu dan mendapati Bibi Elli; asisten rumah tangga keluarga Dinata.

"Anu, Non, Nyonya manggil," ucap Bi Elli senyum.

"Oke." Mauryn senyum lalu menutup pintunya dan pergi meninggalkan Bibi Elli.

Sesampainya diruang kelurga, Mauryn menghampiri Ibunya.

"Kenapa, Ma?" tanya Mauryn seraya duduk di bangku samping Ibunya.

"Hari ini Mama udah minta izin sama guru privat kamu buat libur satu minggu penuh--"

"Hah? Kok bisa, Ma? Kenapa?" potong Mauryn panik.

"Makanya kalo Mama belom selesai bicara, kamu jangan potong."

Mauryn menunduk merasa bersalah. Tapi hatinya juga penasaran karena tiba-tiba Mamanya meminta izin untuk libur.

"Mama mau liburin kamu dari les privat satu minggu penuh ini, jadi kamu bisa santai-santai dan main sama temen kamu," jelas Marina; Ibu Mauryn.

"Hah? Mama serius?" tanya Mauryn dengan mata yang membara semangat.

"Yah, dipikir-pikir selama setahun kemarin kamu gak ada libur, jadi ini waktu yang tepat menurut Mama. Kamu mau libur atau les aja?" tanya Marina menggoda putri satu-satunya itu.

"Mau! Aku mau liburan," ucap Mauryn antusias.

"Sana, hubungi teman kamu," titah Marina dengan senyum hangatnya.

"Horeee." Mauryn langsung menuju Marina dan langsung memeluknya.

Kemudian Mauryn kembali ke kamarnya dan langsung menyambar ponselnya yang ada atas meja belajarnya diuntuk menelpon Luisha.

"Lui!!" jerit Mauryn dengan bahagia ketika teleponnya tersambung pada Luisha.

"Ya ampun, Ryn, gak usah teriak juga kali, sakit kuping aku," keluh Luisha di sebrang telpon.

"Hehe, maaf maaf, ini efek aku seneng," ucap Mauryn dengan senyum yang terus terpancar di wajah cantiknya.

"Kenapa emang? Kamu mau bilang nilai ujian les privat kamu bagus?"

"Enggak, Lu."

"Terus?"

"Aku mau ajak kamu jalan-jalan."

"Hah? Apa? Serius?" Luisha hampir menjerit kejita mendengar ucapan Mauryn tadi saking terkejutnya.

"Iya, Lu."

"Akhirnya setelah setahun kita temenan, kita bisa jalan bareng," ucap Luisha dengan nada seperti orang menangis.

"Kamu hiperbola banget, ya, Lu," sindir Mauryn.

"Hehe, oke oke. Kita mau jalan kemana?" tanya Luisha antusias.

"Aku shareloc. Aku matiin, ya, bye."

Tut ... tut ...

Setelah sambungan terputus, Mauryn langsung mengetikkan pesan untuk berbagi lokasi taman yang akan dikunjungi dengan Luisha. Tak lupa juga ia mengirimkan pesan pada seseorang yang Mauryn anggap sebagai mood boster.

_____

Mauryn dan Luisha sudah ada di depan mall. Mereka tidak langsung masuk karna masih menunggu satu orang lagi. Luisha yang sangat kesal karna takut wajahnya terkena sinar matahari terus menutupi wajahnya dengan topi bucket kuningnya sedangkan Mauryn terus mengecek ponselnya.

"Kita nunggu siapa sih, Ryn? Masuk duluan aja yuk, disini panas banget," keluh Luisha sambil mengipas-ngipas dari tangannya.

"Sabar, Lu. Bentar lagi dia dateng kok," ucap Mauryn tenang.

"Siapa sih?" Luisha penasaran juga kesal.

Wajah Mauryn tersenyum dan tangannya melambai ketika lelaki itu datang, beda dengan Luisha yang terus memasang wajah kesalnya ditambah ketika melihat lelaki itu emosinya semakin naik.

"Uh, maaf banget ya telat," ucap lelaki itu tulus.

"Iya, gak apa-apa," balas Mauryn senyum.

"Huh! Kalo aja ini bukan hari liburnya Ryn, aku gak bakal maafin kamu, Bas," ucap Luisha masih bernada kesal menatap Bastian. Ya, lelaki itu adalah Bastian Wirnanta.

"Udah jangan berantem. Yuk kita masuk," ucap Mauryn semangat.

Mereka bertiga pun masuk ke mall bersama walau Luisha dan Bastian terus bertengkar. Bastian dengan sifat jahilny mengambil topi bucket Luisha dan dipakaikan ke Mauryn membuat Luisha diam.

"Cocokan dipake Lui sih," ucap Bastian ketika melihat dengan jelas Mauryn memakai topi.

Lelaki itu mengambil topi yang dikepala Mauryn dan dipakaikan kembali ke Luisha.

"Punya Lui, jadi cocoknya sama Lui aja." Bastian senyum tapi Luisha membalasnya dengan menyikut pinggang Bastian dan Mauryn hanya tersenyum melihat tingkah konyol teman-temannya.

Mereka mulai kalem karena menjaga image ketika menaiki lift untuk menuju lantai 4 yang lantainya khusus makanan dan minuman.

"Kalian udah makan belom? Kalo belom, yuk kita ke resto ayam itu." Mauryn menunjuk sebuah resto yang menuliskan 'Ayam Tulang Lunak'.

"Kebetulan aku belom makan nih, Ryn," sahut Bastian membuat Luisha menunjukkan wajah nyinyirnya.

"Dasar gak tau malu. Punya duit kamu, Bas?"

"Enggak." Bastian menggeleng.

"Aku yang traktir. Kan aku yang ajak kalian," ucap Mauryn senyum.

"Kalo gitu ayo kita serbu," ucap Luisha yang langsung berlari menuju resto ayam disusul Bastian dan Mauryn menyusul dengan senyum yang terus merekah diwajahnya.

_____

Setelah kenyang makan, Mauryn mengajak Luisha dan Bastian menonton bioskop. Tapi kini dirinya sendiri menunggu di bangku karna Bastian sedang membeli tiket sedangkan Luisha ke toilet.

Ketika Mauryn sedang menikmati rasa bahagianya dengan mengayunkan kakinya, tak sengaja kakinya mengenai seseorang yang berada didepannya.

"Maaf." Mauryn bangun dari duduknya dan mendongak. Betapa terkejutnya ia melihat orang itu.

"Kamu--"

Belum sempat Mauryn bertanya, Bastian sudah memanggilnya. "Ryn!"

"Iya." Mauryn menoleh ke arah Bastian. Dibarengi dnegan itu, lelaki itu sudah pergi.

Bastian menghampiri Mauryn dengan membawa 2 cup popcorn besar.

"Kenapa, Ryn?" tanya Bastian penasaran karena wajah Mauryn yang terkejut.

"Tadi, tadi aku liat--"

"Liat siapa?"

"Gak tau sih, soalnya cepet banget dia perginya jadi aku gak terlalu yakin," ucap Mauryn lesu.

"Hmm, udah gak usah di pikirin, yuk kita masuk," ajak Bastian sambil memberikan 1 cup popcorn besar.

"Tapi Luisha gimana?"

"Udah gak apa-apa, dia bisa nyusul," ucap Bastian lalu merangkul Mauryn untuk masuk bioskop.

Namun tiba-tiba ada yang menjewer kuping Bastian.

"Bagus ya, pinter banget ninggalin, padahal tadi kamu yang telat," sindir Luisha yang masih menjewer telinga Bastian.

"Aduh, ampun, Lu. Lagian kamu lama banget ke toiletnya," ucap Bastian kesakitan sambil memegang kupingnya.

Luisha mengambil cup popcorn yang dipegang Bastian lalu melepas jewerannya. Gadis itu mengambil satu popcorn lalu dimakannya kemudian merangkul Mauryn untuk masuk ke bioskop meninggalkan Bastian yang terus memegangi telinganya.

"Kamu punya dendam ya ke si Bastian?" tanya Mauryn senyum.

"Iya. Gara-gara dia ambil jatah siomayku," balas Luisha.

Mereka pun mencari tempat duduk yang pilihan mereka. Ketika Luisha dan Bastian tertawa melihat film itu, Mauryn masih memikirkan lelaki yang tadi gak sengaja ditendangnya. Lelaki dengan pakaian serba hitam dengan celana robek dengan atasan singlet juga kemeja kotak-kotak hitam putih yang diikatkan dipinggang, tangan yang penuh tato, rambut panjang dan bibir yang tertindik juga alis yang di pierching.

'Aku yakin pasti itu Kendra. Tapi kenapa tampilannya beda sama yang disekolah?' batin Mauryn.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status