Share

Chapter Seven

Keesokan harinya, Mauryn baru saja sampai diambang pintu. Dari sana ia melihat sosok Kendra yang sedang sibuk menulis. Perlahan gadis itu menghampiri lelaki itu karna mereka juga teman semeja.

"Pagi," sapa Mauryn ragu-ragu sambil duduk di bangku sebelah Kendra.

"Mmm," gumam Kendra dan menutup bukunya lalu mengambil buku lain untuk dibaca.

Mauryn mengeluarkan buku-bukunya dengan sangat pelan karna takut mengganggu Kendra. Tapi tiba-tiba gadis itu mengingat kejadian kemarin.

'Tanyain jangan ya?' batin Mauryn bimbang.

Mauryn mengayun-ayunkan bukunya karna bimbang. Lalu gadis itu meletakkan bukunya lalu merapikan dirinya dan bersikap tegap kemudian menengok ke arah Kendra dengan rasa deg-degan.

"Emmm, Kendra," panggil Mauryn ragu-ragu.

Lelaki itu menoleh tanpa ucapan.

"Kemarin kita--"

"Ryn!" panggil seseorang dengan teriakan menggelegarnya dari ambang pintu.

Mauryn dan Kendra menengok ke arah suara. Gadis yang berteriak itu langsung berlari menghampiri Mauryn.

"Ryn! Ryn! Nanti kita ke taman hiburan yuk, disana katanya ada permainan seru banget," cerocos Luisha yang langsung duduk di bangku Izra. Untungnya lelaki itu belum datang.

Mauryn mengangguk menyetujui. Ya, karna sebelumnya Mauryn mengatakan pada Luisha kalau ia mendapat libur les satu minggu penuh.

"Tapi jangan ajak Bastian," ucap Luisha cemberut.

"Kenapa?"

Mauryn lupa pada pertanyaannya untuk Kendra karna Luisha terlalu heboh dan mengalihkan perhatiannya.

"Aku gak suka sama Bastian, nyebelin banget," ucap Luisha masih cemberut.

"Kita berdua doang?" tanya Mauryn sambil melirik Kendra.

"Kenapa gak ajak aku?" ucap seseorang tiba-tiba.

"Eh?" Mauryn dan Luisha mendongak ke asal suara.

"Izra?"

"Ajak Kendra juga," usul Izra dengan wajah senyumnya.

Luisha yang memperhatikan tiba-tiba seperti orang gila karna seulas senyum lelaki itu.

"Heh, sadar!" ucap Mauryn sambil menepuk tangan Luisha.

Tanpa menoleh ke Mauryn, Luisha pindah duduk kesebelah kiri lalu mempersilakan Izra duduk.

"Duduk dulu sini, Zra, kita bicarain pelan-pelan," ucap Luisha dengan terus tersenyum lebar.

Izra duduk ditempatnya lalu menatap Kendra, "Kamu ikut kan, Ken?"

"Hah? Kenapa--"

"Kalau Mauryn izinin, aku ikut," ucap Kendra datar tapi lelaki itu menatap Mauryn.

"Eh?" Mauryn terkejut sampai memelototkan matanya.

"Izinin dong, Ryn," ucap Izra senyum.

"Kenapa Kendra?" tanya Luisha badmood.

"Karna Kendra temen aku," ucap Izra senyum sambil menoleh ke Luisha.

"Kalo aku gimana Luisha aja, aku kan gak tau tempat hiburan kaya gitu," ucap Mauryn senyum canggung.

"Kalo Izra ikut, Kendra boleh ikut deh," ucap Luisha mengalah.

"Kalo gitu, aku hubungin Bastian dulu deh." Mauryn mengambil ponselnya hendak menghubungi Bastian, tapi Kendra merebut ponsel Mauryn.

"Eh? Handphoneku--"

"Berempat," ucap Kendra seperti menekan disetiap katanya.

"Iya bener, berempat aja biar kaya double date," timpal Luisha senyum sambil menatap Izra.

Kendra tetap datar, Luisha terus tersenyum sambil menatap Izra dan lelaki itu juga tersenyum.

"Gimana kita ganti tempatnya?" usul Izra.

"Kemana?" tanya Luisha antusias.

"Pantai." Izra menaik turunkan alisnya diiringi senyum.

"Boleh tuh," timpal Luisha.

"Aku kemana aja sih," balas Mauryn masih dengan senyum canggung.

"Gimana kalo kita berangkat besok?" usul Luisha antusias.

"Besok?" Mauryn terkejut.

"Besok kan hari sabtu, weekend, Ryn," ucap Luisha dan Mauryn mengangguk-angguk.

"Kita ketemuan dimana? Pake mobil sendiri apa jalan sendiri-sendiri?" tanya Luisha.

"Aku jemput Luisha, kalo Kendra jemput Mauryn. Gimana?" usul Izra.

"Setuju!" jerit Luisha semangat. Untung saja anak-anak lain tidak menghiraukannya.

"Emm, anu, Izra," panggil Mauryn ragu-ragu.

"Ya, kenapa?"

"Maaf, pas awal kenal kamu, aku sebut kamu Demian, tapi ternyata kamu baik dan ramah, maaf banget ya," ucap Mauryn tulus.

"Makanya, Ryn, jangan nilai orang dari luarnya," celetuk Luisha.

"Kayanya kamu juga deh," sindir Mauryn membuat Luisha langsung menatap Kendra.

"Eh, iya, aku juga mau minta maaf sama kamu, Ken. Maaf ya, soalnya kamu emang jarang ngomong kaya Limbat," papar Luisha apa adanya.

"Yah, gak salah juga sih," ucap Kendra pelan.

"Karna perkenalan kita aneh begini, kita lupain aja masa lalu dan mulai dari awal," ucap Izra senyum.

"Tapi kayanya Luisha gak cuma bilang Kendra kaya Limbat doang, tapi Kendra juga bego sama bisu," ungkap Mauryn.

"Eh? Aku pernah bilang begitu?" tanya Luisha kaget.

"Iya. Pas di kantin."

"Ya ampun, Ken, maaf banget, ya karna tadi itu kamu jarang ngomong," ucap Luisha tulu dan wajahnya memelas.

"Iya gak apa-apa. Emang dari awal, aku cuma ngomong sama orang yang deket aja," ucap Kendra.

"Kalo sama aku?" tanya Mauryn ragu-ragu.

"Aku?" sindir Izra menggoda.

"Eh maksudnya aku sama Luisha," ralat Mauryn dengan wajah yang bersemu merah.

"Aku lagi mencoba buka diri buat bergaul sama kalian," ucap Kendra senyum.

"Iya, pelan-pelan aja. Kalo gak terbiasa jangan dipaksain," saran Mauryn senyum. Kini senyuman gadis itu terlihat tulus.

"Terima kasih," ucap Kendra senyum.

"Btw, ini Bu Sandra kenapa gak masuk kelas ya?" tanya Luisha sambil melihat jam tanganya.

"Mungkin Bu Sandra lagi rapat sama guru-guru yang lain," lontar Izra.

"Iya kali ya. Udahlah, aku mau belajar dulu biar pinter kaya Mauryn, hehe," ucap Luisha lalu berbalik menjadi menghadap ke depan diikuti Izra.

Kini Mauryn dan Kendra menjadi canggung lagi. Padahal Mauryn tiba-tiba teringat seseorang yang pernah menanyajan Kendra. Gadis itu duduk dengan gelisah dan terus membolak-balikkan lembar bukunya.

"Kamu kenapa?" tanya Kendra karna melihat Mauryn yang terlihat gelisah.

Mauryn diam. Tapi Kendra terus memperhatikannya membuat gadis itu semakin gelisah.

"Aku mau nanya," ujar Mauryn pada akhirnya.

"Apa?"

"Alex. Apa dia ngebully kamu?" tanya Mauryn to the point.

Kendra memasang wajah terkejut dan diam cukup lama membuat Mauryn semakin gelisah dan penasaran.

"Enggak. Dia temanku," ungkap Kendra pada akhirnya.

Harusnya Mauryn lega karna pertanyaanya sudah terjawab. Tapi hatinya tetap gelisah dan cemas.

"Kamu gak percaya?" tanya Kendra ketika melihat raut wajah Mauryn.

"Hah? Aku percaya kok," ucap Mauryn senyum.

'Lagian, kenapa aku harus peduli sama Kendra kalo si Alex emang ngebully dia?' batin Mauryn.

Kendra mengembalikan ponsel Mauryn. Gadis itu langsung mengambilnya dan main game.

Sekilas lelaki itu tersenyum melihat keluguan gadis di sampingnya itu.

Tbc ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status