Share

Chapter Eight

Flashback.

"Izra," panggil Kendra pelan ketika mereka baru saja sampai di sekolah.

Ya, mereka berangkat sekolah bersama karena Izra adalah bawahan Kendra.

"Ikut aku. Ada yang mau aku bicarakan," ucap Kendra lalu berjalan mendahului Izra.

Izra mengikuti Kendra dibelakang. Mereka mejuju atap sekolah.

"Aku menyukai Mauryn," ucap Kendra to the point ketika mereka baru saja sampai di atap gedung.

"Hah?" Izra terkejut atas ucapan Kendra yang tiba-tiba.

"Aku suka Mauryn. Bantu aku mendekatinya," ulang Kendra datar. Perkataan Kendra sangat formal karna status yang berbeda.

"Gini, Tuan--"

"Panggil aku Kendra."

"Ah, maaf, aku lupa. Gini Ken, kalo kamu suka sama Mauryn, menurutku itu susah, karna yah, dia terlalu dekat dengan Luisha," jelas Izra.

"Itu tugas kamu," ucap Kendra.

"Hah?"

"Sepertinya Luisha suka sama kamu, bantu aku dengan kamu mendekati Luisha agar aku bisa mendekati Mauryn," perintah Kendra tegas.

"Baik, Ken. Tapi ada satu lagi yang kurang," ucap Izra.

"Apa?"

"Ucapanmu, perkataanmu dan kata-katamu. Kamu harus berbicara dengan bahasa informal," ucap Izra.

"Ah, oke. Aku akan mencobanya," ucap Kendra lalu pergi.

"Kemana?" tanya Izra membuat Kendra berhenti melangkah.

"Ke kelas," balas Kendra sambil menengok ke belakang.

"Latihan dulu."

"Latihan apa?" Kendra kini berbalik badan menghadap Izra lagi.

"Bicara dengan bahasa informal."

Rasanya berat melangkah menuju Izra yang merupakan bawahannya itu, apalagi dirinya akan diajari tentang bicara informal, sangat tidak masuk akal seorang Tuan Muda diajari oleh bawahannya. Namun demi mendekati perempuan yang disukainya, dengan berat hati Kendra melangkah mendekati Izra.

"Apa yang harus aku katakan?" tanya Kendra dengan wajah tegap dan penuh wibawa.

"Ck." Izra mendecih lalu tertawa.

"Kenapa? Ada yang lucu?" tanya Kendra tegas menatap Izra seperti menatap musuh.

"Ah, maaf Tuan--"

"Panggil aku Kendra," tegas Kendra menatap Izra serius.

"Ah, maaf, aku selalu lupa. Jadi, Kendra, coba bicara dengan santai. Anggap aku temanmu, bukan bawahanmu," ucap Izra.

"Di sekolah aku memang menganggapmu teman, bodoh," ucap Kendra sarkas.

"Bukan begitu, katakan dengan ucapan informal, bukan seperti biasa."

"Contohnya?"

"Aku mau makan."

"Aku mau makan."

"Jangan mengulang perkataanku, tapi cari kata-kata sendiri," omel Izra.

"Kamu berani mengomel?" tanya Kendra dengan nada mengancam.

"Maaf, tapi emang bukan begitu," ucap Izra.

"Oke oke."

"Apa yang akan kamu lakukan kalo mau ikut main?" tqnya Izra.

Kendra diam tampak berpikir.

"Ah! Apa sesulit itu berbicara?" kesal Kendra cemberut sambil melipat tangan ke dadanya.

"Ahahahaha." Pecah. Suara tawa Izra pecah ketika melihat Tuan Muda nya cemberut dan kesal.

"Kenapa tertawa? Ada yang lucu?" sinis Kendra kesal.

"Aku benar-benar kagum pada Tuan Muda ketika disekolah, hahaha," ucap Izra dengan diiringi tawa.

"Diam!" titah Kendra dingin membuat Izra langsung terdiam.

"Jadi mau gimana?"

"Apanya?" tanya Kendra bingung.

"Cara bicaranya."

"Ah, lupakan. Aku akan berbicara sesuai apa yang keluar dari mulutku," ucap Kendra lalu pergi meninggalkan Izra.

Brak.

Pintu tertutup dengan sangat kencang. Izra masih diam disana lalu berbalik menghadap pemandangan indah sekitar sekolahnya. Sambil merasakan udara segar dipagi hari, lelaki itu melihat murid-murid yang mulai berdatangan. Dan ketika lelaki itu tersenyum melihat Mauryn masuk gerbang dan gadis lain yang cukup jauh sedang menyusul, lelaki itu turun dari atap menuju ke kelasnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status