POV Mas Bagas.Hari ini aku memutuskan untuk pulang ke Purwodadi. Aku akan mengatakan kepada Yasmin, jika secepatnya aku akan menceraikannya. Keputusanku sudah final, hanya Reza yang pantas untuk menjadi pendamping hidupku. Bukan gadis biasa seperti Yasmin.Biarlah desiran ini aku buang jauh-jauh dari dalam hatiku. Toh lambat laun aku akan terbiasa tanpa Yasmin dan hidupku pun akan kembali indah seperti dulu bersama Reza.Subuh buta aku sudah memacu motorku menembus dinginnya udara pagi. Kabut tebal yang menyelimuti sepertinya tidak bisa diajak kompromi. Aku harus memelankan laju motorku untuk menjaga keamanan. Kerena jarak pandang yang sangat minim, hanya beberapa meter.Waktu tempuh dua jam kini molor menjadi tiga jam lebih. Ah, sial! Harusnya aku bisa sampai di rumah sebelum Yasmin pergi ke toko. Jika seperti ini, pasti
Bab sebelumnya"Tidak Yas, tidak. Aku benar-benar mencintaimu lebih dari Reza." Kulepaskan Cengkramanku. Segera kulingkarankan tanganku di perut ramping Yasmin."Terimakasih telah mengandung anakku!" lirihku berurai air mata. "Jangan tinggalkan aku Yas!" pintaku seraya memohon dengan mengusap lembut perut Yasmin yang masih rata.Next partYasmin hanya terisak. Tidak ada jawaban yang keluar dari bibirnya. Sesaat kubiarkan gadis itu tenggelam dalam benaknya. Namun, balasan cintaku tak kunjung keluar dari bibir Yasmin dan hal itu membuatku semakin takut.Kuputar tubuh Yasmin menghadapku, tanganku masih melingkar di pinggangnya. Sementara tangan Yasmin berganti melingkar pada leherku. Wajahnya masih tersimpan rapi tanpa berani melihat padaku."Katakan Yasmi
Tepat satu tahun usia putraku yang kuberi nama Aska Bagaskara. Bangkai yang telah kubungkus rapi akhirnya tercium juga.Pagi itu Yasmin tengah sibuk berberes seluruh isi tas ranselku yang biasa aku bawa pulang' ke Bojonegoro.Wanita itu tercekat ketika menemukan beberapa undangan pernikahan yang lupa aku berikan kepada beberapa temanku karena aku harus buru-buru pulang ke Purwodadi.Bruak!Yasmin melepar undangan itu tepat pada wajahku. Hingga lembaran yang menampakan fotoku dan Reza jatuh berserakan di atas lantai.Wajah Yasmin memerah dengan netra berembun. Aku yang sedang duduk di lantai bersama Aska, putra kami segera bangkit. Kuraih tangan Yasmin dengan bahu yang mulai naik turun karena embun yang mengenang di pelupuk mata itu mulai berjatuhan."Yas, Mas bisa jelaskan semuanya!" uc
Malam itu Reza telah tertidur pulas, nafasnya terdengar lembut dan teratur. Sepertinya gadis itu sangat kelelahan setelah perjalanan panjangnya dari Bojonegoro ke Purwodadi. Kuputuskan untuk turun ke lantai bawah. Memastikan Yasmin agar tidak merajuk kepadaku karena kehadiran Reza di rumah ini.Perlahan-lahan aku mengendap-endap keluar dari dalam kamar. Lalu turun menuju lantai bawah. Karena kebetulan kamar Yasmin berada di lantai bawah.Cikrett!!Kubuka pintu kamar Yasmin, gadis mungil itu sedang duduk di tepi ranjang dengan wajah sembab pasti karena terlalu banyak menangis. Dadanya bergerak naik turun dengan suara isakan. Kulangkahkan kakiku perlahan menghampirinya. Kusentuh kedua tangannya yang berada di pangkuannya, namun ia menepisnya kasar."Yas!" ucapku mendongak menatapnya dengan tatapan melas, berharap gadis itu merasa iba kepadaku dan mau memaafkan ke
POV REZA"Mas, adek boleh tanya ngak!" tanyaku kepada Mas Bagas dikala kami hendak menyelami alam mimpi."Tanya apa Dek?" sahutnya sambil mengelus lembut ujung rambut panjangku."Ehm, sebenarnya Mas itu sayang ngak sih sama adek?" Aku masih mengerakan jemari lentikku naik turun pada dada bidang Mas Bagas yang kini sedang bertelanjang dada."Iya sayanglah Dek, kalau ngak sayang ngapain Mas nunggui kamu sampai delapan tahun," kilahnya kepadaku mencubit kecil hidung mancungku.'Benar juga ya kata Mas Bagas. Paling dulu Yasmin itu yang kegatelan sama mas Bagas, goda-godain mas Bagas.' pikirku."Kenapa sih dek, apa kamu kurang yakin dengan cinta Mas padamu?" Mas Bagas menarik tubuhnya sedikit menjauh, kemudian menatap lekat pada wajahku.
Aroma masakan menyeruak masuk ke dalam indra penciumanku. Perlahan netraku terbuka ketika tidak kudapati Mas Bagas di sampingku.'Yasmin!'Aku segera bangkit dan menyadarkan diriku dari rasa kantuk yang mendera mengingat wanita itu sedang berada di rumahku. Kulangkahkan kakiku menuju ruang makan, pusat suara keramaian dan gelak tawa itu terdengar.'Kenapa justru diriku kini menjadi orang asing di rumahku sendiri.'Kulihat Mas Bagas tengah sibuk menyuapi Aska. Sementara ibu dan Yasmin terlihat sedang berkutat dengan aneka masakan yang sedang disiapkannya di dapur.Dadaku bergemuruh kesal. Melihat pemandangan keharmonisan keluarga itu. Sesaat netraku saling beradu dengan Yasmin. Terukir senyum sinis dari sudut bibirnya yang ditarik padaku. Seolah wanita itu sedang menertawai kekalahanku.Wanita itu mengamb
POV REZAAku berdandan secantik mungkin. Niatku sudah bulat untuk membalaskan sakit hatiku kepada Mas Bagas. Akan aku cari pria yang mau menjadi pacar sewaanku dan akan aku buat hati Mas Bagas remuk seperti hatiku saat ini. Bukankah penghianatan harus di balas dengan penghianatan yang sama.Aku mengenakan dress merah ketat hingga menunjukkan lekuk tubuhku. Kusangul rambutku tinggi dengan make up sedikit tebal. Setelah kurasa sempurna aku segara melangkahkan kakiku keluar kamar. Tidak lupa aku menyambar tas jinjing yang sudah aku siapakan untuk menambah penampilanku agar semakin sempurna."Dek!" panggil Mas Bagas dari ruang televisi, pria yang tengah asik bermain dengan Aska. Matanya yang tidak sengaja menoleh ke arahku membuatnya segera bangkit dan memberikan Aska kepada Yasmin yang juga sedang berada bersamanya."Mau kemana kamu Dek?" tanya Mas Bagas mengeryitkan da
'Bagaimana bisa malam kau katakan cinta, dan siang kau lupakan segalanya. Lalu manakah dirimu yang sebenarnya.' -- Yasmin.POV YASMIN."Ayo Yas kita berangkat ke Bojonegoro sekarang. Pasti ini kerjaan perempuan sombong itu yang melarang Bagas pulang ke Purwodadi. Dasar wanita serakah," ucap ibu kesal. Wanita itu mengemasi beberapa baju untuk dibawa ke Bojonegoro.Sebenarnya aku menolak ajakan ibu. Selain aku malas untuk melihat istri Mas Bagas yang sombong itu, hatiku pun mulai ragu dengan rumah tangga yang aku jalani saat ini. Aku merasa, jika cintaku bertepuk sebelah tangan dan Mas Bagas lebih mencintai Reza daripada diriku.Aska, balita itulah satu-satunya alasanku mempertahankan semua ini. Setelah tahu ternyata Mas Bagas justru menikahi Reza aku pun sangat kecewa. Namun, ibu selalu memohon kepadaku agar aku tidak mengakhiri pern