Malam ini hujan turun cukup deras. Entah sudah berapa kali Ais datang ke sini untuk menemui Sheril.
Kali ini Ais meneguhkan hatinya, dia tidak akan pulang kalau dia belum berhasil menemui Sheril. Sheril lebih penting daripada hujan yang sejak tadi membasahi tubuhnya.
Papa Sean yang memantau Ais dari kaca jendela di lantai dua pun berdecak sebal. Dia tidak percaya kalau Ais akhirnya bisa melakukan hal senekat itu.
Mau sampai kapan dia berdiri di depan rumahnya? Sudah sejak satu jam dia kehujanan dan tidak kunjung pergi.
“Pokoknya kamu nggak usah turun buat nemuin dia. Biarin aja, nanti dia bakalan pergi kalau udah capek,” titah Papa Sean kepada Sheril yang saat ini sedang duduk termangu sambil ikut menatap ke arah luar jendela.
Meski selama ini Sheril selalu disakiti oleh Ais. Namun tetap saja di hati kecilnya dia merasa tidak tega melihat Ais kehujanan seperti itu. Bagaimana kalau dia sakit?
“Mas Ais nggak bakal kenapa-napa
Dara berjalan terburu-buru agar segera sampai di ruangannya. Tangannya memeluk erat dokumen-dokumen di dalam map pada depan tubuhnya.Entah mengapa Dara merasa sejak tidak adanya Ais di sini hidupnya yang semula tentram berubah menjadi kacau.“Aduh!” pekik Dara sambil berdecak sebal ketika seseorang yang berjalan berlawanan arah menabrak dirinya. Untung saja dokumen yang dibawanya tidak jatuh!“Kalau jalan pakai mata dong!” bentak Dara bersungut-sungut. Wajah orang tersebut nampak ketakutan, karena posisi orang yang ditabraknya lebih rendah daripada Dara maka orang tersebut mengucapkan kata maaf berulang kali kepada Dara meskipun sebenarnya Daralah yang salah karena tidak berhati-hati ketika berjalan. Si pegawai hanya tidak mau terjadi keributan.“Cih, nyebelin banget! Lagi kali jangan diulangi lagi!”Usai mencaci, Dara berjalan kembali meninggalkan karyawan yang masih menundukkan kepala tersebut.Wajah Da
"Da-Dara… kenapa kamu bisa ada di sini?" ucap Ais terbata, ia merasa heran dengan kedatangan Dara yang dadakan seperti ini. Ditambah lagi Dara datang sambil berlinang air mata.Sebenarnya, apa yang terjadi kepadanya?"Ais, hiks." Dara yang awalnya berdiri berhadap-hadapan dengannya kini tiba-tiba memeluk Ais dengan begitu erat. Tentu saja hal tersebut membuat Ais panik.Ais menelan ludah, kemudian ia menengok ke arah belakang untuk mengecek bagaimana keadaan Sheril. Dia takut apabila istrinya salah paham melihatnya dipeluk oleh wanita lain.Meski Sheril diam saja melihat ini semua namun dari sikapnya yang memalingkan wajah ke samping sepertinya menandakan Sheril marah kepadanya. Ais pun berusaha mendorong tubuh Dara agar tidak menempel lagi dengannya namun usahannya tersebut sia-sia karena Dara malah semakin mengeratkan pelukannya."Dara, lepasin aku dulu." Dara menggelengkan kepala, tidak kau
Umi Anha bersedekap dada sembari menatap kesal putranya yang sedang asyik duduk di kursi yang berada di depannya. Bagaimana bisa Ais makan dengan begitu santainya padahal Sheril sudah sejak kemarin sore belum juga keluar dari kamar!Umi saja yang statusnya sebagai mertua sampai khawatir sekali. Ini malah suaminya tidak peduli!Bagaimana jika Sheril kenapa-napa? Sheril sudah sejak kemarin sore tidak makan, apa dia tidak kelaparan?Sebenarnya kemarin malam Umi Anha sudah membawakan makanan untuk Sheril, namun Sheril tetap tidak mau membukakan pintu untuknya. Jalan terakhirnya Umi Anha menyuruh pembantu untuk meletakkan makanan tersebut di atas meja kecil di depan pintu kamar Sheril. Pikir Umi Anha siapa tahu saat ini Sheril sedang gengsi menerima makanan darinya dan nanti dia baru mengambilnya setelah Umi Anha pergi karena berdasarkan pengalaman Umi Anha, ketika putri bungsunya alias Kalila sedang merajuk, Kalila juga sering bersikap sep
Hai, karena di Goodnovel nggak bisa ngeubah tulisan jadi miring & tebel alias nggak bisa nge-bold, italic. Semoga kalian nggak bingung ya karena bab ini ada campuran flashbacknya T_T***Ais duduk di sebelah Sheril yang saat ini sedang termenung sambil menghadap ke depan, ia memeluk kedua lututnya dan menopangkan dagunya di atasnya.Kemarin malam Sheril sudah siuman. Semua orang merasa lega mendengar kabar baik tersebut. Dokter yang menangani Sheril mengatakan jika besok kondisi Sheril sudah pulih, maka dia diperbolehkan rawat jalan di rumah dengan catatan beberapa minggu sekali Sheril harus kembali ke rumah sakit untuk menjalani terapi pengobatan.Namun meskipun begitu sampai sekarang Sheril masih saja diam membisu. Dia tidak mau menjawab petanyaan Ais. Ais pikir, mungkin Sheril masih marah kepadanya.Ais agak kesusahan membuka kantung plastik berisi bubur yang telah dipesannya lewat goofood untuk dipindahkan ke wadah m
Karena kemarin sempat terjadi drama bubur tumpah, maka hari berikutnya Ais tidak membelikan Sheril bubur lagi karena dia pikir Sheril tidak menyukainya.Sekarang Sheril seolah terkena karmanya, dia duduk termenung sambil menatap masam nampan berisi makanan rumah sakit. Dia tidak mau memakan makanan itu! Selain rasanya yang hambar, makanan itu juga tidak enak!"Kok, cuma dilihatin, doang. Ayo, dong, dimakan biar kamu cepet sembuh," ucap Ais yang berada di sampingnya."Apa perlu aku suapin biar kamu mau makan?" tambah Ais lagi."Nggak mau! Aku nggak suka!" tolak Sheril sambil membuang wajah ke samping. Ais hanya mampu menghela napas, dia tidak tahu jika ternyata istrinya suka pilih-pilih makanan ketika sakit.Sedetik kemudian Sheril mengumpat karena perutnya berbunyi, menuntut untuk diisi makanan. Ugh kenapa harus terjadi hal memalukan seperti ini, sih. Mana di depan Mas Ais lagi.
'Kalian berdua harus melakukan hubungan suami istri minimal lima kali seminggu'Pipi Sheril memerah ketika membaca rentetan kata pada kertas print-printan tersebut. I-ini memalukan sekali!Sheril yang kesal dengan cepat Sheril pun membuang kertas itu ke lantai dan menginjak-injaknya. Papa Sean menggelengkan kepala melihat aksi putrinya barusan. Ternyata meskipun Sheril sedang sakit tapi dia aktif juga jika sedang marah. Hahaha sifatnya itu benar-benar mirip seperti mamanya!"Pokoknya aku nggak mau! Apaan orang sakit malah disuruh kayak gituan!" protes Sheril tidak terima.Napas Sheril terengah-engah setelah meluapkan kekesalannya. Ia pun duduk kembali di tempatnya semua.Papanya ini memang kelewatan kalau bercanda. Padahal untuk ke kamar mandi saja rasanya tubuh Sheril lemas, apalagi untuk melakukan pasal-pasal aneh seperti yang tertulis di kertas itu. Lima kali dalam seminggu pula! Arghh semakin mengingatnya semakin naik tekanan darah She
Ais membopong tubuh Sheril, memindahkannya dari kursi roda ke atas ranjang. Minggu lalu istrinya selesai menjalani terapi pertamanya. Sedangkan terapi yang kedua akan dilaksanakan beberapa minggu lagi. Waktu itu Ais juga menanyakan tentang rambut Sheril yang rontok parah. Kata dokter hal tersebut merupakan gejala yang lumrah bagi penderita penyakit auto imun, jadi Ais tidak perlu khawatir."Apa bakalan sampai menyebabkan kebotakan, Dok?" tanya Ais harap-harap cemas sambil menatap sedih ke arah Sheril yang berbaring lemah kala itu.Dokter bilang tidak sampai separah itu. Mungkin kerontokan tersebut hanya menyebabkan rambut Sheril semakin tipis.Mengingat kondisi Sheril yang belum stabil, Sheril terpaksa harus tinggal lebih lama di rumah sakit ini."Sheril, kalau kamu butuh sesuatu bilang ke Mama, ya, Sayang?" ucap Mama April dengan raut khawatir. Sheril mengangguk pelan. Baik keluarga Ais ataupun keluarga Sheril banyak yang be
"Mmmhh… mhh!" Sheril meronta. Namun yang keluar dari mulutnya hanyalah gumaman saja. Sekuat apa pun Sheril melawan orang yang saat ini tengah menyekapnya, tetap saja tenaga orang sakit tak sebanding dengan tenaga orang biasa.Saat ini yang Sheril lihat hanya kegelapan dan rasa sesak yang teramat sangat. Tangan Sheril hanya mampu menggapai-gapai orang tersebut.Sheril berkata dalam hati, 'Apakah ini akhir dari kisah hidupnya?'"Sheril!" teriak seseorang yang baru saja masuk ke ruangan ini dan menyaksikan itu semua.Si pelaku tersentak kaget lantaran aksinya ketahuan."Sialan apa yang kamu lakuin ke Sheril!" teriak Mahen langsung menghampiri orang tersebut dan mendorongnya sampai tersungkur ke lantai.Keberadaan Mahen di sini awalnya untuk melihat bagaimana kondisi Sheril. Karena ada dua orang yang menjaga Sheril di sini, maka dari itu Mama April rolling dengan Mahen.Padahal Mahen meninggalkan Sheril sebentar untuk membeli camilan dan kopi di kantin, tapi siapa sangka musibah seperti i