Share

#2

Sebuah mobil, memasuki rumah besar gaya klasik dengan dinding berwarna putih, yang memiliki 3 lantai, memiliki halaman yang cukup luas.

"Wah, besar sekali." Seorang remaja wanita keluar dari mobil tersebut.

"Selamat datang Tuan, Nyonya Hans." Sambut pelayanan rumah.

"Kalian sudah taukan, kami kemari untuk apa?"

"Ya Nyonya, saya tau."

"Kalau begitu bawakan barang-barang saya, ayo sayang."

Mereka adalah adik tiri Tuan Panduwinata, Hans dan istrinya Monica, ia membawa kedua anaknya ke rumah ini, anak pertama seorang putra bernama Aldo, dan anak kedua seorang putri, Adellia.

Seluruh pelayan tidak suka dengan kehadiran mereka, dan kalian akan lihat sendiri alasannya.

~🥀~

"Sarah? siapa yang berisik itu?"

"Maaf Nona, Tuan Hans dan keluarga akan tinggal di sini, untuk menemani anda."

"Kenapa harus mereka?"

"Tuan James dan Nyonya Victoria, tidak bisa menemani anda, karena sibuk bekerja."

Tok! Tok!

"Maaf Nona, Tuan dan Nyonya Hans datang."

"Berikan tongkatku."

Dengan cepat, Sarah memberikan tongkat tersebut, kepada Vinka.

"Ini Non."

Vinka meraba-raba tongkat tersebut, mencoba berdiri, Sarah dan Desi pun membantunya. Suara dari ujung tongkat terdengar jelas, oleh keluarga Tuang dan Nyonya Hans beserta kedua anaknya.

"Lihat, tuan putri sudah datang." Bisik istri Tuan Hans pada putrinya.

Adellia tersenyum masam, di benaknya sudah ada rencana, apa saja yang harus ia lakukan pada wanita buta di depannya.

Namun Aldo tidak begitu tertarik dengan kedatangan Vinka, ia masih sibuk dengan permainan ponselnya.

Monica mendekati Vinka, ia membantunya untuk turun dari tangga terakhir.

"Kemari sayang."

Vinka dapat merasakan aura panas pada tangan wanita itu. Ia hanya bisa memberikan senyuman.

"Mulai hari ini, kami akan menemani mu sayang, jadi jangan merasa kamu sendirian."

"Iya aku akan menjadi teman kakak Vinka." Ucap Adellia, memeluk Vinka.

Vinka tersenyum "terima kasih paman, terima kasih."

~🥀~

Vinka dan seluruh keluarga Hans menikmati makan malamnya, namun Tuan Hans tidak ikut bergabung, karena ada urusan mendadak di kantornya.

"Apa kau makan daging itu?"

"Adell, yang sopan!"

"Ayolah ibu, aku hanya ingin dagingnya, daripada tidak di makan, kan sayang."

Vinka tersenyum "ya, ambillah, lagipula aku sudah selesai."

Dengan cepat Adellia mengambil piring berisi daging tersebut.

"Ayo Nona saya antar anda ke kamar."

"Tunggu."

Sarah dan Vinka terdiam.

"Ya Nyonya?"

"Apa baik selesai makan langsung ke kamar?"

"Tunggulah sebentar lagi, sampai ponakan mu selesai makan."

"Baiklah." Vinka duduk kembali.

"Sarah, kau boleh siapkan kamar untuk kami."

"Baik Nyonya."

"Kalian juga pergilah."

Seluruh pelayan pergi meninggalkan ruang makan, bahkan seluruh keluarga Hans pun berniat pergi dari tempat itu, hanya Vinka yang terdiam, ia tau dirinya sedang dipermainkan, karena ia dapat mendengar mereka, walaupun sudah menahan agar tidak terdengar olehnya.

"Ambil tongkatnya." Bisik Monica pada anaknya. Dengan cepat Adellia mengambil tongkat tersebut, dengan menahan tawanya dan pergi meninggalkan Vinka sendiri.

Lebih parahnya, mereka mematikan lampu ruangan tersebut. Vinka tetap tidak bergeming.

~🥀~

Hans memasuki rumah kakak tirinya, niatnya sudah ditentukan, untuk segera mandi dan beristirahat.

"Selamat malam pak." Sapa satpam rumah.

"Malam."

Supir pribadinya menurunkannya tepat di pintu depan, seorang pelayan pria yang menjaga pintu pun membukakan pintu untuknya.

"Selamat malam pak." Sapa mereka.

"Malam, bagaimana yang lain, sudah tidur?"

"Sudah Tuan."

"Ya sudah, kunci semua, dan kalian bergantian berjaga."

"Baik Tuan."

Hans berjalan menuju kamar, namun langkahnya terhenti, saat ia melihat seseorang di dalam kegelapan ruang makan.

"Siapa di sana?"

Hans pun memberanikan diri, ia menyalakan lampu ruang makan tersebut.

Klek!

"Vinka? sedang apa kau di sini sendiri?"

Wanita itu menoleh dimana ia mendengar suara pamannya, namun mata entah melihat ke arah mana.

~🥀~

Keesokan paginya, Hans melipat kedua tangannya, dengan perasaan menahan emosi. Melihat setiap wajah keluarganya. Istri dan kedua anaknya hanya diam menunggunya berbicara.

"Sekali lagi aku bertanya, siapa yang melakukan?"

Monica dan putrinya mulai takut.

"Papa, kami cuma becanda ko, sekali-kali Vinka tau sifat keluarga kita yang lucu ini."

"Iya mama benar, papa tau sendiri kan, kita ini keluarga yang humoris." Adellia tersenyum.

Hans menghela napas "minta maaf pada Vinka, sekarang."

"Tidak perlu, paman aku tidak apa-apa, sungguh." Ucap Vinka tiba-tiba.

Adellia memainkan ujung rambutnya "baiklah" dan berdiri mendekati Vinka.

"Kak Vinka, maafkan Adell, ya."

Adellia memeluk Vinka, namun hatinya menolak, mau bagaimana lagi, mereka harus menghormati Vinka, karena ia pewaris keluarga Panduwinata, yang memegang hal lebih di istana ini.

~🥀~

Selesai sarapan pagi, seluruh keluarga Hans sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tuan Hans mencoba mengecek seluruh isi lemari milik kakak tirinya, di temani istrinya Monica.

"Apa kau menemukannya?" Tanya Monica pada suaminya.

"Menemukan apa?" Hans bertanya balik.

"Surat wasiat."

"Sayang, aku tidak tau surat itu di mana."

"Lalu kau sedang apa?"

"Hanya membereskan lemari ini, siapa tau aku menemukan buku bacaan."

Mendengar hal itu membuat Monica kesal, ia memilih keluar meninggalkan suaminya yang masih sibuk dengan lemari tersebut.

Ya, tujuan Monica adalah menjadi seorang Ratu di keluarga kaya, ia sudah bosan dengan hidup sederhana dengan pria yang bernama Hans itu. Awal mereka berkenalan, saat Monica melihat Hans menjadi pengawas di pabriknya bekerja, seluruh karyawan menghormatinya, ia berpikir Hans adalah bos dan pemilik pabrik jaket kulit tersebut. Ia mulai merayu dan menggoda Hans untuk membuat jatuh cinta padanya, usahanya pun berhasil. Namun setahun kemudian, ia menyadari, bahwa Hans hanya orang suruhan Tuan Panduwinata.

Monica mulai menggoda Tuan Panduwinata, namun usahanya tidak berhasil, karena Tuan Panduwinata, tipe pria setia dan saat itu ia sudah memiliki istri, ya wanita itu adalah, ibunda Vinka.

Entah, ini disebut keberuntungan atau kebetulan, karena ia mendengar Tuan Panduwinata dan istrinya di bunuh seseorang, mendengar hal itu, ia tersenyum di dalam hati. Niatnya untuk menjadi Ratu pun ia lanjutkan, setelan menyingkirkan pewaris satu-satunya keluarga Panduwinata.

"Vinka."

Monica menghisap rokoknya dalam-dalam, dan menghembuskan asap rokok tersebut ke udara.

~🥀~

Aldo putra pertama Tuan Hans berjalan menyusuri lorong, menuju kamarnya. Langkahnya terhenti saat melihat kamar seseorang sedikit terbuka. Ia pun memberanikan diri untuk masuk ke kamar tersebut. Tidak siapapun di kamar tersebut, Ia baru menyadari, itu adalah kamar Vinka, dengan rasa penasaran, ia melihat-lihat seluruh isi kamar tersebut.

PRANG!

Aldo tidak sengaja menjatuhkan salah satu koleksi boneka porselen milik Vinka.

"Sial." dalam hati.

"Sarah, apa itu kau?"

Aldo mencoba berdiri.

Ngapain gua kabur, kan dia buta.

"Apa itu Desi?"

Kelopak mata Aldo terbuka lebar, kaget tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Bagaimana tidak, Vinka keluar hanya dibalut dengan handuk, kulitnya yang putih mulus, terlihat dengan jelas dengan rambut setengah basah.

Keinginan Aldo untuk menyentuh kulit Vinka, tidak terwujud, karena ia mendengar suara langkah seseorang, ia pun mengurungkan niatnya, dan pergi dari kamar Vinka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status