Share

#10

"Daniel boleh aku bicara dengan mu, sebentar?" tanya Sarah sedikit malu-malu.

Malvin mengerti aura ini, ia hanya bisa tersenyum.

~🥀~

"Aku tidak setuju jika kau bersama dengan Daniel," ucap Malvin pada Sarah, Sarah hanya diam melihat Malvin tidak percaya.

"Berikan aku alasannya?" tanya Sarah.

"Lupakan saja dia." lanjut Malvin, meninggalkan kamar Vinka, meninggalkan Sarah.

Sarah terdiam, ia lanjut memandikan Vinka yang masih tertidur, sebenarnya ia sudah tau alasannya, namun ia tidak mau mencari masalah pada Malvin. Matanya mulai berkaca-kaca dan akhirnya tidak terbendung lagi, tepat mengenai lengan Vinka, dengan cepat, ia mengelap air matanya tersebut.

~🥀~

Sarah mendekati Malvin yang sedang menikmati rokoknya.

"Aku dan Daniel sebenarnya sudah saling mengenal lama." ucap Sarah, mendengar itu Malvin mematikan rokoknya dan menghela napas panjang.

"Tidak ada jodoh untuk seorang mafia." ucap Malvin, melihat Sarah lekat-lekat, membuat Sarah sedikit takut.

"Kenapa kau tidak memberi kesempatan kepada mereka yang jatuh cinta?" tanya Sarah berharap mendapatkan jawaban yang memuaskan.

"Itu yang aku takutkan, jika mereka mendapat masalah, maka para wanita itu akan mendapatkan masalah yang sama, dan aku tidak mau itu sampai terjadi."

Malvin meninggalkan Sarah yang masih duduk di teras rumah, meremas kuat penyangga kursi yang ada di kursi ditemani gelapnya malam.

~🥀~

Malam ini Malvin lagi-lagi tidak bisa tidur, ia begitu gelisah, mencari posisi tidur yang nyaman.

"Aaiissh!!"

Tok! Tok!

"Siapa malam-malam begini?" Malvin bergegas membukakan pintu, dilihatnya seorang wanita memakai piyama model Bathrobes, membelakangi Malvin.

"Ada perlu apa Nyonya?" tanya Malvin.

Wanita itu menoleh, melipat kedua tangannya, melihat Malvin dengan penuh amarah.

"Lancang sekali kau! tidak seharusnya kau ikut campur dalam urusan saya!" ucap Monica sangat marah.

Malvin membukakan pintu kamarnya lebar-lebar.

"Masuklah, kita bicarakan ini di dalam, jika di luar ada yang mendengar, itu sangat gawat." Senyum Malvin terlukis menantang. Dengan terpaksa, Monica melangkah masuk ke dalam kamar Malvin, dengan perasaan jijik melihat keadaan kamar Malvin.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kamar Malvin.

"Ada apa Nyonya? sepertinya anda tidak terbiasa dengan ruangan kecil?" tanya Malvin.

"Berisik! tidak perlu mengalihkan pembicaraan! sekarang beritahu saya, siapa yang menugaskan mu di sini!?"

Malvin melihat Monica dengan serius, membuat ibu dua anak itu terlihat canggung, ia menolah kearah lain, untuk tidak menunjukkan tanda-tanda kecanggungan di wajahnya, ia mulai mekipas - kipaskan wajah dengan tangannya yang lentik.

"Apa kau tidak menyalakan AC!?" ucap Monica kesal.

Malvin tersenyum, ia menarik kursi Monica membuat wanita itu panik dibuat main. Malvin mulai meniup pelan wajah Monica, membuat wanita itu memejamkan matanya.

Monica mulai sadar, dengan kasar, ia mendorong tubuh Malvin yang berisi itu.

"Kurang ajar!" Monica pergi keluar dari kamar Malvin dengan mulut komat-kamit entah apa yang ia ucapkan.

Malvin hanya tersenyum, dan menarik napas panjang.

"Huh...panas ya." ucapnya pada diri sendiri.

~🥀~

"Selamat pagi Nyonya." sapa seorang pelayan pada Monica. Monica tidak membalas sapaan tersebut.

Monica berjalan menuju dapur, entah apa yang terjadi pada wanita itu, karena dari awal di rumah ini, ia tidak pernah mampir ke dapur. Sesampai di sana, ia mencari seseorang, dan akhirnya menemukan orang tersebut.

"Malvin! ikut saya ke ruang kerja saya."

Malvin yang sedang mencuci piring menoleh, begitu juga seluruh koki dan pelayanan. Sarah yang baru sampai di dapur pun melihat Malvin, memberikan isyarat "ada apa?" , Malvin membalas isyarat tersebut "tidak tau." dan ia melambaikan jari-jarinya di tambah senyuman meledek semua penghuni dapur, mereka melihat dengan binggung.

"Apa yang terjadi?"

"Tidak tau."

"Apa Nyonya Monica dan Malvin ada hubungan gelap?"

"Mungkin, apalagi Malvin kan lumayan."

"Gak mungkin, Nyonya Monica, kan pilih-pilih."

Sarah mulai dibuat penasaran, ia pun meninggalkan dapur dan mencari Malvin.

~🥀~

Malvin memasukkan kedua tangannya kedalam saku celemek yang masih ia pakai. Ia melihat Monica yang sibuk mencari sesuatu di dalam laci meja, saat ia menemukan, ia melemparnya di atas meja.

"Pergi dari rumah ini." ucapnya.

Malvin melihat Monica dengan senyuman khasnya, yang membuat Monica takut.

"Saya tidak akan pernah pergi, karena tugas saya belum selesai." ucap Malvin memakai suara aslinya.

Mata Monica terbuka lebar, tidak percaya, baru kali ini ia mendengar suara asli Malvin yang begitu berat dan dewasa, Monica menelan ludah. Malvin berjalan menghampiri Monica, ia memegang rambut panjang wanita itu, mencoba menghirup aroma parfum bunga Lily yang dipakai Monica. Monica menunggu, ia pun memejamkan matanya, namun Malvin tidak melanjutkan tindakannya, ia memilih pergi meninggalkan Monica.

Monica membuka matanya perlahan, ia merasa dirinya di permalukan.

AAAKKGGHH!!

Monica melempar seluruh uang yang ada di atas meja.

~🥀~

"Apa yang kau lakukan dengan Nyonya Monica?" tanya Sarah pada Malvin yang baru saja membuka mulutnya lebar-lebar untuk memakan rotinya, ia pun mengurungkan niatnya untuk memakan roti tersebut dan melihat Sarah.

"Kenapa? kau cemburu?" tanya Malvin menggoda Sarah.

"Untuk apa aku cemburu, gak guna!" balas Sarah kesal, pergi meninggalkan Malvin.

Malvin pun melanjutkan sarapan paginya, ia makan roti tersebut dan menahan tawanya.

~🥀~

"Nyonya mu menyuruhku untuk meninggalkan tempat ini." ucap Malvin.

Sarah yang sibuk mengelap tangan Vinka, terhenti, ia lihat Malvin.

"Lalu, kau bagaimana?" tanya Sarah.

Malvin mengeleng "aku menolak, tugasku belum selesai."

"Kau serius ingin membunuh Vinka?" tanya Sarah tidak percaya.

"Ya, sampai dia tau siapa yang menyuruh ku." ucap

Malvin.

"Tunggu Malvin, aku mohon jangan lakukan itu." Sarah mencoba mencegah.

"Ada apa Sarah, sepertinya kau takut sekali?" tanya Malvin, sebenarnya Malvin sudah tau apa alasannya, ya tentu saja Daniel, pria yang Sarah cintai, jika Malvin mendapat hukuman, tentu saja anak buahnya akan ikut dihukum mati.

"Kau tenang saja, aku pastikan, hanya aku yang akan dihukum." ucap Malvin.

Malvin melangkah pergi. Sarah membelai rambut panjang Vinka, ia menyayangi Vinka dan dirinya mencintai Daniel.

"Vinka?"

Sarah tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Vinka telah terbangun dari tidurnya, Vinka memegang kepalanya yang terasa pusing.

"Sarah, apa yang terjadi?" tanya Vinka.

"Nona, anda sakit demam selama 2 hari, apa sekarang anda baik-baik saja?" tanya Sarah, mencoba mengecek suhu kening Vinka.

"Aku baik-baik saja Sarah, terima kasih sudah menjagaku. Selama aku tertidur, apakah ada yang terjadi?"

"Iya."

Sarah menceritakan semua kejadian, selama Vinka tidak sadarkan diri, kecuali tentang Malvin, karena itu belum saatnya untuk di ceritakan.

Vinka tersenyum "Terima kasih Sarah."

~🥀~

Adellia melempar majalah yang dibaca.

"Adell, apa yang kau lakukan?!" Tanya Monica.

"Aku bosan, aku bosan terus terkurung di dalam rumah ini!"

Monica tidak mempedulikan semua ocehan Adellia, ia tetap sibuk dengan majalahnya.

"Bagaimana kalau besok kita berwisata?" tanya seorang wanita.

Adellia dan Monica menoleh, dan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat, wanita itu tersenyum.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status