Share

Bab 3

Sekolah telah sepi banyak murid, guru, penjaga kantin sudah pulang hanya tersisa 1 satpam saja. Felicia bertanya-tanya tumben sekali mamanya terlambat menjemputnya, bahkan biasanya Felicia belum keluar kelas pun mamanya sudah menunggu di tempat parkir.

"Apa Feli minta tolong pak satpam minta anterin pulang ke toko ya?"

"Minta tolong nggak ya? Batin Felicia menimbang-nimbang keputusannya."

Karena jam yang menunjukkan semakin hampir sore dia pun akhirnya minta tolong kepada satpam SMP N 1 Samudera.

"Pak boleh minta tolong nggak?" ucap Felicia sopan.

"Minta tolong apa non?" tanya pak satpam karena tumben sekali murid yang terkenal most wanted, tetapi dinginnya melebihi kutub ini belum pulang jam segini.

"Minta tolong anterin Felicia ke toko mama." ucap Felicia setengah ragu bagaimana kalau pak satpam sekolah tidak mau. Tidak mungkin kan dia harus menginap di sekolah bersama para penjaga legend sekolahnya.

"Ayo non, mari saya antar." ucap pak satpam sambil mengambil jaket dan kunci motor miliknya.

Dikarenakan jarak antara toko milik mama Felicia dengan sekolah yang lumayan dekat sehingga perlu waktu 15 menit untuk sampai. Dia membuka pintu toko roti mamanya yang seketika langsung berhadapan dengan kasir. Kedatangan Felicia membuat banyak tatapan pembeli yang langsung mengarah pada dia. Dia terus berjalan menuju kasir dan menanyakan di mana keberadaan mamanya.

"Mama di mana ya, kak?" tanya Felicia kepada laki-laki yang menjadi kasir di toko.

"Nyonya Tesa sedang keluar sejak jam 11 tadi nona." ucap laki-laki kasir tadi sembari melayani pelanggan toko.

"Terima kasih kak, kalau begitu biar saya tunggu saja." ucap Felicia sembari duduk diujung paling belakang sambil membaca buku.

Setelah hampir 30 menit Felicia menunggu dia mendadak ingin ke kamar mandi. Saat ingin menuju ke kamar mandi dia melihat mamanya dengan seorang pria sedang bermesraan di depan toko dengan mobil merah milik mamanya. Felicia yang penasaran pun memutuskan untuk keluar dari toko dengan tas disalah satu bahunya dan buku di tangan satunya.

"Mam." panggil Felicia yang seketika membuat sepasang kekasih yang sedang mabuk asmara itu menengok.

"Fel, mama bisa jelasin." ucap mama Felicia sambil melepas tangan pria yang dia gandeng.

"Jelasin apa mam? Tenang mam tenang, saya hanya ingin meminta kunci rumah." ucap Felicia berpura-pura tidak tau apa yang terjadi dan hanya meminta kunci rumah karena dia tidak mau terlalu lama menjadi pusat perhatian dan ingin segera beristirahat dengan tenang lalu makan. Mama Felicia seketika membuka dompet dan memberikan kunci rumah kepada Felicia.

"Ini Fel. Kamu mau mama anterin? Atau biar mama suruh pegawai mama temanin?" tanya mama Felicia.

"Terimakasih mam. Nggak perlu mam Felicia bisa pulang sendiri." ucap Felicia datar lalu berjalan meninggalkan dua sejoli yang merupakan mamanya dengan pria asing entah siapa pun itu.

Felicia jalan menyusuri jalan raya yang begitu ramai namun dia masih bertanya-tanya siapa pria yang bersama mamanya tadi.

Mengapa mereka melakukan itu?

Tidak mungkin apabila itu rekan kerja mamanya?

Setibanya di halte dia menunggu bus yang rutenya sejalan dengan rumahnya. Bus pun tiba setelah 10 menit dia sampai. Dia duduk sendiri di samping jendela menikmati angin yang setidaknya mampu meringankan kepalanya.

Tak terasa 15 menit kemudian giliran Felicia yang turun. Felicia turun dan berjalan menuju rumahnya sendirian. Begitu sampai rumah dia langsung membersihkan dirinya,berganti baju, meletakkan tas didalam kamar, menyiapkan buku untuknya belajar di meja ruang tamu lalu membuat mie instan untuknya makan.

Ding... Dong... Ding... Dong...

Felicia terus menikmati makanannya hingga tak sadar bel rumah terus berbunyi dia berharap bahwa mamanya yang pulang ternyata harapannya pupus begitu melihat ketiga sahabat setianya. Sahabatnya sebenarnya banyak hanya saja mereka berubah membenci, mencaci maki, membully, berubah total karena banyak rumor tidak enak tentang Felicia dan hanya tersisa 3 permen loli milkita yang sekarang didepan rumahnya. Felicia mencuci piring secepat kilat lalu bergegas membukakan pintu.

"Ujung buset loe cuma pakai tanktop transparan sama hotpants nih nyambut kita?" ucap Ashima melihat penampilan Felicia dari atas sampai bawah.

"Loe kagak chat gue kagak tau." ucap Felicia santai sambil menutup pintu rumahnya.

"Gue kira loe mau ngedate Fel." ucap Angel yang tidak sadar dengan penampilan Felicia.

"Sama saha hah? Noh ngedate sama buku matematika Feli." ucap Dina sambil menunjuk buku-buku Felicia dimeja tamu.

"Ya kali gue ngedate pakai tanktop sama hotpants doang mau cari pangkalan atau gimana?" ucap Felicia lalu menuju dapur mengambilkan minum untuk mereka berempat. 

"Fel, loe kagak cari anu lagi gitu?" ucap Ashima sambil meletakkan gelas minum yang telah habis sekali teguk. 

"ANU?!" pekik kaget Felicia, Angel, Dina tepat pada kedua telinga dan diatas kepala Ashima. 

"Telinga gue asw." ucap Ashima emosi bercampur gemas dengan ketiga sahabatnya ini bagai es campur dengan gado-gado yang bercampur menjadi satu😂. 

"Ashi kagak jamet kan?" ucap Felicia. 

"Ashi bukan ASI utuh? Sehat? Kagak geserkan?" sambung Dina. 

"Kayanya itu yang kampret bukan gue lagi deh tapi ada Ashima juga." ujar Angel menimpali ucapan kedua temannya yang sukses mendapat pukulan indah dari Ashima. 

Mereka terus bersenda gurau hingga tak sadar apabila jam telah menunjukkan pukul setengah 6 sore. Ashima, Dina, dan Angel berpamitan pulang dari rumah Felicia. Dia kembali merasakan kesepian yang selalu dia rasakan setelah papanya tiada dan hanya bertemu mamanya saat pagi itupun jika beruntung karena mamanya tidak berangkat terlebih dahulu bahkan saat sebelum tidur tidak pernah bertemu. 

Dia menuju kembali ke ruang tamu membersihkan sampah yang berserak dilantai bekas teman-temannya tadi. Setelah dia membersihkan lalu dia belajar untuk materi besok sambil menunggu mamanya yang belum pulang. 

Mendadak dia kembali kepikiran, "Siapakah pria tadi?"

"Apakah itu alasan dia jarang bertemu mamanya?"

"Apa yang mereka lakukan setelah Felicia pulang? "

"Mengapa mereka melakukan tadi?"

Karena Felicia tidak ingin terlalu larut dalam pikirannya dia memutuskan belajar di kamarnya saja. Dia begitu masuk kamarnya langsung mengambil meja lipat kecil, lalu dia belajar sambil duduk bersandar. Dia terus belajar hingga ketiduran di atas tempat tidurnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status