"Oh, kalian pulang," Jasmine yang sedang duduk santai ditemani Leon menatap kedatangan dua bocah berparas elok, Sean dan si bocil Rose.
"Hai Dad, kau tidak bekerja?" si bocil Rose menghampiri Leon sembari mencium pipi kanan kiri di Daddy.
"Bekerja, tentu saja Daddy bekerja. Kalo tak kerja, bagaimana bisa Daddy memberikan yang terbaik untuk dua bidadari di hadapan Daddy ini," Leon melirik sekilas Jasmine yang cuek bebek kemudian mencoel pipi chubby si bocil Rose.
Jasmine pura-pura tuli.
"Ayo ke atas. Kau bau. Kau harus mandi dan istirahat." Sean yang sejak tadi menatap tak senang pada Leon meraih tangan si bocil Rose dengan wajah dinginnya.
Si bocil Rose hanya tersenyum, meski tau kondisi sebenarnya yang mana Sean sedang cemburu buta.
Sambil berjalan cepat meninggalkan Leon dan Jasmine yang berduaan di ruang keluarga.
"Oh ayolah, kami anak dan ayah. Kau tak harus menunjukkan hal ini terlalu je
KOTA A Di sebuah Mansion Mewah berwarna dasar Black White. Tampak seorang gadis cantik berkulit mulus sedang mengenakkan pakaiannya. “Haruskah kau pergi?” tanya Leon pada pujaan hatinya. “Em, aku sudah meninggalkan adikku selama dua hari. Dia pasti akan mengamuk jika aku tak muncul dalam 3X24 jam.” jawab Rose santai sambil memakai jeans hitamnya. “Uch. Hanya seorang adik. Kau setakut itu kah?” Leon terus merajuk sambil berpose seksi di atas ranjang. “Um. Akan sangat merepotkan jika dia mengamuk.” Rose mengernyitkan hidungnya sembari mengangguk. “Hah. Kau selalu seperti ini. Tak pernah lebih dari 3 jam setiap kali bersamaku. Apa kau sungguh mencintaiku? Ini sudah 2 tahun sayang.” Leon yang putus asa membanting tubuh bugilnya terlentang. Rose yang sadar ucapan Leon ada benarnya, merasa bersalah. Rose yang sudah berpakaian lengkap rapi pun mendekati ranjang Leon. Sambil menindih tubuh bugil
6 tahun berlalu sejak kejadian buruk yang menimpa Rose dan Jasmine. Di sebuah Mansion Mewah yang ada di pinggiran kota A. Pagi itu... “Papa, semalam Rose berkata ingin berlibur ke pulau O. Apakah Papa ada waktu?” tanya Jasmine sembari menikmati sarapannya. “Em, benarkah. Mengapa dia tak membicarakannya langsung dengan Papa?” ucap Ramos, santai. Belum lagi Jasmine menjawab. “Memangnya Kakek ada waktu, kemaren?” tiba-tiba seorang bocil bermata bulat muncul sambil membawa boneka berbie di tangannya. Ramos dan Jasmine menoleh ke arah suara berasal. “Oh, sayang. Kau sudah bangun?” Ramos lalu merentangkan kedua tangannya menyambut pelukkan hangat si bocil yang adalah cucunya itu. Bocil cantik itu pun lalu berlari dan memeluk Ramos, kemudian mencium pipi Ramos penuh kasih sayang. “Uh, cucu kesayangan Kakek.” gemas Ramos sambil mencium balik pipi cubi si bocil yang ada di pangkuannya. “Lalu, ciuman buat
Pulau O.“APA! Bagaiamana mungkin kalian tak tau bocah sebesar itu tak ada di Villa. Apa kalian pikir putriku memiliki kesaktian dan menghilang begitu saja! Cari di semua tempat! Bahkan jika harus melenyapkan pulau ini, aku tak peduli! Temukan putriku, atau kalian akan terkubur dipulau ini!” Jasmine yang tak mendapati batang hidung si bocil Rose di Villa, mengamuk hebat.Para pengawal dan bahkan para pekerja Villa biasa ikut kena imbasnya.Jasmine benar-benar lepas kendali saat semua berhubungan dengan putrinya.“Mommy, kau mencariku?” tanya si bocil Rose yang baru kembali ke Villa.Jasmine menoleh.“Sayang, kau darimana saja. Kau baik-baik saja?” Jasmine memeriksa seluruh tubuh si bocil Rose dengan cemas.“Oh ayolah Mom, aku baik-baik saja. Aku hanya menikmati pemandangan alam yang belum pernah kulihat saja.” si bocil Rose lalu menaruh bokong di sofa ruang tamu.“Kau yakin
Pulau O.Dan masih di hotel mewah.Kedatangan tak terduga Leon ke pesta peresmian hotel kakek Sean benar-benar mencuri perhatian para tamu undangan.“Kau. Siapa kau?” tanya Sean, dingin.Leon lalu menatap Sunny, si bocil tampan.Masih dengan senyum aneh yang sesekali singgah di bibirnya. Leon berkata: “Aku...”“Daddy-ku!!!” si bocil Rose, menatap angkuh wajah tampan Leon.Ramos keget setengah mati.Jasmine sesak napas!.“Rose,” Jasmine yang panik lalu menarik tubuh putrinya menjauh dari Leon.Leon hanya terdiam menatap wajah cantik Jasmine yang mendekati si bocil Rose. Leon terlihat menahan amarah dan rasa rindu yang bercampur aduk.“Bebie...,” batin Leon, menahan diri.*LEON POVSesaat setelah kepergian si bocil Rose dari kedai es krim.“Dalam 30 menit. Temukan semua tentang si bocil kurang ajar, barusan!”
Pulau O. Di Villa Leon. Setelah makan malam dengan sebuah fakta yang membingungkan, Leon yang berhasil mendominasi si bocil Rose, tanpa bertanya langsung membawa Jasmine dan si bocil Rose ke Villanya. Awalnya Jasmine berontak hebat, minta di pulangkan ke Villanya. Tapi karena si bocil Rose terus merengek dan tertidur di pelukkan Leon, Jasmine akhirnya mengalah saja. Disebuah kamar mewah yang ada di lantai dua, Jasmine tampak terdiam sambil menatap wajah cantik putrinya yang terlelap. Jasmine yang duduk di sisi ranjang, terlihat sedang memikirkan sesuatu. “Kau, sungguh bukan Rose kah?” sederet kalimat tanya yang Leon lontarkan kala di resto, membuat Jasmine tak bisa melupakannya. Tatapan penasaran dari wajah tampan Leon terus mengganggu pikirannya. Sedetik kemudian, serangan sakit di kepala Jasmine kambuh. Lagi-lagi, potongan bayangan-bayangan kisah manis Leon yang bercumbu dengan seorang wanita muncul di ingatan Jasmine
Masih di Villa Leon.Di ruang makan.“Mommy, Daddy.” sapa si bocil Rose yang melihat Jasmine dan Leon muncul bersamaan.“Pagi sayang.” Jasmine lalu mencium kepala si bocil Rose yang duduk manis sambil memegang gelas susu.“Apa tidurmu nyenyak?” Leon ikut mencium kepala si bocil Rose, dengan lembut.“Em.” jawab si bocil Rose, polos.“Lalu, bagaimana dengan kalian. Apa Mommy dan Daddy bersenang-senang?” si bocil Rose menatap lugu wajah Jasmine dan Leon.Leon dan Jasmine mendadak gugup. Jasmine tak menjawab. Jasmine memilih minum air putih di hadapannya biar tenang.“Tentu saja. Daddy dan Mommy bersenang-senang. Sangat senang, malah.” Jelas Leon, yakin.Dan benar saja, “ukhuk, ukhuk,” jawaban Leon membuat Jasmine tersedak batuk-batuk. Jasmine melotot ke arah Leon.Leon masa bodoh.“Mom. Kau baik-baik saja?” tanya si
Pulao O, dan masih di Villa Leon.Jasmine yang melihat Leon sudah babak belur muntah darah, tak memiliki kesan sedikit pun. Seolah, Leon bukanlah apa-apa atau sesuatu yang harus di perhitungkannya. Sementara Leon yang menatap Jasmine penuh cinta, terus tersenyum seperti orang bodoh.“Cih! Kurasa, belaianku yang sangat lembut itu, sudah membuat otakmu bergeser ya?” ejek Jasmine.“Hm! Kau sangat mengenaliku rupanya, bebie. Jadi, bagaimana kalau kita lanjutkan pertarungan ini di ranjang saja.” Leon menggoda Jasmine dengan tatapan penuh napsu.“Ya! Kau!” Jasmine terprovokasi.Dengan rasa kesal yang setinggi gunung Himalaya, sedalam samudra Hindia, Jasmine kembali hendak menghantam Leon.Leon bersiap dengan senang hati, menyambut bogem mentah dari bebie tercinta-nya. Namun belum lagi kepalan kuat Jasmine mendarat di wajah Leon, tiba-tiba....Bruk! Jasmine jatuh bersimpuh dihadapan Leon. Serangan sakit di
Di Villa Rose."Oh, tampaknya kau tak terkejut dengan kedatangan kami,papa." ucap Jasmine yang muncul bersama si bocil Rose.Ramos yang saat itu sedang duduk di ruang tamu bersama Pak tua Han, menatap kedatangan putri dan cucunya, tenang. Tak ada ekspresi terkejut ataupun cemas karena Jasmine dan si bocil Rose tak pulang semalaman.Jasmine lalu mendekati ayahnya dan duduk berhadapan dengan Ramos. Sementara pak tua Han yang duduk disamping Ramos memilih berdiri dan meninggalkan kedua ayah anak itu."Kalian berdua, bicaralah dengan kepala dingin. Jantungku sedang tak sehat saat ini." ucap pak tua Han sembari melangkah pergi.Jasmine tak menimpali ucapan Kakek Sean, pandangan fokus pada Ramos yang kini juga sedang menatapnya."Jadi, darimana kau akan mulai, papa?" Jasmine tersenyum remeh pada ayahnya."Hm! Jadi kau sudah mengetahuinya. Lalu, apa lagi yang perlu ku jelaskan?" Ramos menyandarkan tubuhnya, lebih bersantai."PAPA!" be