Di sekolah Elite tempat si bocil Rose dan Sean, Kenzo belajar.
Bunyi bel jam istrirahat berbunyi. Semua siswa dengan teratur, berhambur keluar ruang kelas. Tak terkecuali Sean dan Kenzo. Dua bocah tampan itu berjalan angkuh dengan satu tangannya masuk ke kantong celana.
Sean berjalan cuek mendahului Kenzo. Kenzo tak acuh dengan keberadaan Sean. Lagi, lagi dan lagi. Puluhan pasang mata kembali menyorot kedua sosok anak baru itu. Sepanjang perjalanan, Sean dan Kenzo benar-benar mencuri perhatian murid lain yang kebanyakan adalah seorang wanita.
Sampailah Sean dan Kenzo di depan pintu ruang kelas si bocil Rose.
"Sudah selesai?" tanya Sean sesaat setelah mendekati meja si bocil Rose.
Si bocil Rose yang sedang beberes mejanya,mendongak. "Hm? Sean?" ucapnya polos.
Sean tak menjawab. Hanya menatap datar si bocil Rose. Dan si bocil Rose yang sudah terbiasa dengan sikap dingin Sean, biasa saja.
"Sudah, mau ke kantin ya?"
"Hm," jawab sin
Di sebuah taman yang tak jauh dari mansion Jasmine. Tampak si bocil Rose dan Sean sedang duduk sambil marahan. Lebih tepatnya Sean yang marah sich. "Ya, kau ini kenapa? Kau cemburu kah?" tanya si bocil Rose, polos. Sean melirik tajam tunangan kecilnya. "Iya!" jawab Sean sambil melotot kesal. "Oh," si bocil Rose hanya ber "Oh" ria kemudian menatap santai penjual es krim keliling yang tak jauh dari tempat mereka duduk. Sean cukup terkejut dengan jawaban tunangan kecilnya. Sean melirik lagi wajah cantik si bocil Rose tak terlihat tak merasa berdosa itu. Si bocil Rose yang sadar Sean sedang sedang menatap kesal padanya, pura-pura cuek dan tak butuh. "Mau kemana?" tanya Sean cepat. Si bocil Rose rupanya angkat bokong dan hendak berjalan entah kemana. "Beli es krim, mau?" tawar si bocil Rose polos. "Mau, yang coklat!" ucap Sean badas dengan tak tau malu. Si bocil Rose menyembunyikan senyuman gelinya. "Menggemaskan sek
"Oh, kalian pulang," Jasmine yang sedang duduk santai ditemani Leon menatap kedatangan dua bocah berparas elok, Sean dan si bocil Rose. "Hai Dad, kau tidak bekerja?" si bocil Rose menghampiri Leon sembari mencium pipi kanan kiri di Daddy. "Bekerja, tentu saja Daddy bekerja. Kalo tak kerja, bagaimana bisa Daddy memberikan yang terbaik untuk dua bidadari di hadapan Daddy ini," Leon melirik sekilas Jasmine yang cuek bebek kemudian mencoel pipi chubby si bocil Rose. Jasmine pura-pura tuli. "Ayo ke atas. Kau bau. Kau harus mandi dan istirahat." Sean yang sejak tadi menatap tak senang pada Leon meraih tangan si bocil Rose dengan wajah dinginnya. Si bocil Rose hanya tersenyum, meski tau kondisi sebenarnya yang mana Sean sedang cemburu buta. Sambil berjalan cepat meninggalkan Leon dan Jasmine yang berduaan di ruang keluarga. "Oh ayolah, kami anak dan ayah. Kau tak harus menunjukkan hal ini terlalu je
"Oh, kalian pulang," Jasmine yang sedang duduk santai ditemani Leon menatap kedatangan dua bocah berparas elok, Sean dan si bocil Rose. "Hai Dad, kau tidak bekerja?" si bocil Rose menghampiri Leon sembari mencium pipi kanan kiri di Daddy. "Bekerja, tentu saja Daddy bekerja. Kalo tak kerja, bagaimana bisa Daddy memberikan yang terbaik untuk dua bidadari di hadapan Daddy ini," Leon melirik sekilas Jasmine yang cuek bebek kemudian mencoel pipi chubby si bocil Rose. Jasmine pura-pura tuli. "Ayo ke atas. Kau bau. Kau harus mandi dan istirahat." Sean yang sejak tadi menatap tak senang pada Leon meraih tangan si bocil Rose dengan wajah dinginnya. Si bocil Rose hanya tersenyum, meski tau kondisi sebenarnya yang mana Sean sedang cemburu buta. Sambil berjalan cepat meninggalkan Leon dan Jasmine yang berduaan di ruang keluarga. "Oh ayolah, kami anak dan ayah. Kau tak harus menunjukkan hal ini terlalu je
KOTA A Di sebuah Mansion Mewah berwarna dasar Black White. Tampak seorang gadis cantik berkulit mulus sedang mengenakkan pakaiannya. “Haruskah kau pergi?” tanya Leon pada pujaan hatinya. “Em, aku sudah meninggalkan adikku selama dua hari. Dia pasti akan mengamuk jika aku tak muncul dalam 3X24 jam.” jawab Rose santai sambil memakai jeans hitamnya. “Uch. Hanya seorang adik. Kau setakut itu kah?” Leon terus merajuk sambil berpose seksi di atas ranjang. “Um. Akan sangat merepotkan jika dia mengamuk.” Rose mengernyitkan hidungnya sembari mengangguk. “Hah. Kau selalu seperti ini. Tak pernah lebih dari 3 jam setiap kali bersamaku. Apa kau sungguh mencintaiku? Ini sudah 2 tahun sayang.” Leon yang putus asa membanting tubuh bugilnya terlentang. Rose yang sadar ucapan Leon ada benarnya, merasa bersalah. Rose yang sudah berpakaian lengkap rapi pun mendekati ranjang Leon. Sambil menindih tubuh bugil
6 tahun berlalu sejak kejadian buruk yang menimpa Rose dan Jasmine. Di sebuah Mansion Mewah yang ada di pinggiran kota A. Pagi itu... “Papa, semalam Rose berkata ingin berlibur ke pulau O. Apakah Papa ada waktu?” tanya Jasmine sembari menikmati sarapannya. “Em, benarkah. Mengapa dia tak membicarakannya langsung dengan Papa?” ucap Ramos, santai. Belum lagi Jasmine menjawab. “Memangnya Kakek ada waktu, kemaren?” tiba-tiba seorang bocil bermata bulat muncul sambil membawa boneka berbie di tangannya. Ramos dan Jasmine menoleh ke arah suara berasal. “Oh, sayang. Kau sudah bangun?” Ramos lalu merentangkan kedua tangannya menyambut pelukkan hangat si bocil yang adalah cucunya itu. Bocil cantik itu pun lalu berlari dan memeluk Ramos, kemudian mencium pipi Ramos penuh kasih sayang. “Uh, cucu kesayangan Kakek.” gemas Ramos sambil mencium balik pipi cubi si bocil yang ada di pangkuannya. “Lalu, ciuman buat
Pulau O.“APA! Bagaiamana mungkin kalian tak tau bocah sebesar itu tak ada di Villa. Apa kalian pikir putriku memiliki kesaktian dan menghilang begitu saja! Cari di semua tempat! Bahkan jika harus melenyapkan pulau ini, aku tak peduli! Temukan putriku, atau kalian akan terkubur dipulau ini!” Jasmine yang tak mendapati batang hidung si bocil Rose di Villa, mengamuk hebat.Para pengawal dan bahkan para pekerja Villa biasa ikut kena imbasnya.Jasmine benar-benar lepas kendali saat semua berhubungan dengan putrinya.“Mommy, kau mencariku?” tanya si bocil Rose yang baru kembali ke Villa.Jasmine menoleh.“Sayang, kau darimana saja. Kau baik-baik saja?” Jasmine memeriksa seluruh tubuh si bocil Rose dengan cemas.“Oh ayolah Mom, aku baik-baik saja. Aku hanya menikmati pemandangan alam yang belum pernah kulihat saja.” si bocil Rose lalu menaruh bokong di sofa ruang tamu.“Kau yakin
Pulau O.Dan masih di hotel mewah.Kedatangan tak terduga Leon ke pesta peresmian hotel kakek Sean benar-benar mencuri perhatian para tamu undangan.“Kau. Siapa kau?” tanya Sean, dingin.Leon lalu menatap Sunny, si bocil tampan.Masih dengan senyum aneh yang sesekali singgah di bibirnya. Leon berkata: “Aku...”“Daddy-ku!!!” si bocil Rose, menatap angkuh wajah tampan Leon.Ramos keget setengah mati.Jasmine sesak napas!.“Rose,” Jasmine yang panik lalu menarik tubuh putrinya menjauh dari Leon.Leon hanya terdiam menatap wajah cantik Jasmine yang mendekati si bocil Rose. Leon terlihat menahan amarah dan rasa rindu yang bercampur aduk.“Bebie...,” batin Leon, menahan diri.*LEON POVSesaat setelah kepergian si bocil Rose dari kedai es krim.“Dalam 30 menit. Temukan semua tentang si bocil kurang ajar, barusan!”
Pulau O. Di Villa Leon. Setelah makan malam dengan sebuah fakta yang membingungkan, Leon yang berhasil mendominasi si bocil Rose, tanpa bertanya langsung membawa Jasmine dan si bocil Rose ke Villanya. Awalnya Jasmine berontak hebat, minta di pulangkan ke Villanya. Tapi karena si bocil Rose terus merengek dan tertidur di pelukkan Leon, Jasmine akhirnya mengalah saja. Disebuah kamar mewah yang ada di lantai dua, Jasmine tampak terdiam sambil menatap wajah cantik putrinya yang terlelap. Jasmine yang duduk di sisi ranjang, terlihat sedang memikirkan sesuatu. “Kau, sungguh bukan Rose kah?” sederet kalimat tanya yang Leon lontarkan kala di resto, membuat Jasmine tak bisa melupakannya. Tatapan penasaran dari wajah tampan Leon terus mengganggu pikirannya. Sedetik kemudian, serangan sakit di kepala Jasmine kambuh. Lagi-lagi, potongan bayangan-bayangan kisah manis Leon yang bercumbu dengan seorang wanita muncul di ingatan Jasmine