Share

Cinta Merah Muda
Cinta Merah Muda
Penulis: Gulalia

Cewek Rambut Merah Muda

Kalan menghela napas panjang. Hidupnya belakangan terasa membosankan. Kekasih teranyar yang dia miliki sudah tidak menarik minatnya lagi. Adetha, cewek fakultas sebelah yang baru saja menjadi kekasihnya selama dua bulan itu terlalu posesif dan mengekangnya. Kalan bahkan harus membawa Adetha kemanapun cowok itu pergi. Bahkan teman-temannya sering mengejek Kalan bucin. Adetha juga suka protes ketika pesan ataupun panggilan telponnya tidak diangkat. Kalan merasa dia sulit bernapas.

"Gue putusin aja kali, ya?" Kalan bertanya pada salah satu teman se-gengnya, Nugra.

"Yakin, Lo? Lu deketin Adetha itu sebulan, lho. Masak baru pacaran dua bulan udah bosan?"

Kalan menghela napas panjang, "Sama dia jadi nggak bebas. Cari yang lain mending."

"Tapi dia yang paling cantik dari mantan lo yang lain," ucap Nugra lagi.

"Tapi gue udah bosan. Gimana dong?"

Nugra menghela napas kasar, "Lo yakin?"

"Yakin gue."

Kalan langsung mengeluarkan ponsel dari saku celana denimnya, mengetik beberapa pesan lalu terbahak. Dia menyodorkan layar ponselnya ke arah Nugra, "Udah putus," katanya sambil terkekeh.

"Gila, lo mutusin pakai chat doang?" tanya Nugra tidak percaya. Seharusnya dia tidak perlu kaget lagi, itu bukan kali pertama Kalan memutuskan cewek dengan pesan singkat. Kalan sudah berkali-kali melakukannya. "Adetha bilang apa?"

Cowok berhidung bangir itu mengangkat kedua bahunya, "Nggak tahu. Udah gue blok duluan."

Sudah menjadi aturan tidak tertulis bagi Kalan untuk memutus semua hubungan dengan mantannya. Dia tidak ingin memiliki urusan apapun dengan sang mantan. Selain itu, dia juga tidak inget ribet mengurusi mantannya yang tidak terima diputuskan dengan cara paling pengecut seperti itu. Terlebih jika si Mantan sangat amat menyayangi Kalan. Siapa yang bisa menolak pesona cowok tampan itu? Siapa pun yang mengenalnya mungkin ingin sekali menjadi kekasihnya, atau minimal menjadi temannya. Sayangnya, Kalan cukup pemilih dalam mencari pasangan. Minimal harus bisa meluangkan banyak waktu untuk cowok itu, terlebih jika malam tiba. 

"Terus, siapa lagi yang bakal jadi pacar lo selanjutnya?" tanya Nugra.

"Enaknya siapa, ya? Lo ada saran?"

Nugra tampak berpikir, "Lo kenal Rianza? Dia teman sekelas kita di kelas bahasa Inggris."

"Rianza?" alis Kalan naik, mencoba mengingat gadis yang namanya disebut oleh sahabatnya itu. "yang mana?" tanyanya setelah menyerah untuk mengingat rupa gadis itu.

"Itu lho, yang pendiam."

"Banyak kali cewek yang pendiam."

Nugra langsung menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Kalan, "Yang rambutnya pink. Pasti lo tahu kan?"

Kalan tampak berpikir sejenak sebelum menjawab, "Yang suka mojok sendirian kayak nggak punya temen itu?"

"Iya. Anak yang beda jurusan sama kita, dia sastra Inggris. Setau gue dia jomblo."

"Cantik sih," ucap Kalan menggantung.

"Tapi?" tanya Nugra.

"Nggak pakai tapi. Boleh deh. Pacaran sama cewek pendiam biasanya penuh kejutan, 'kan?"

Nugra mana tahu. Cowok itu baru pacaran sekali, itu pun ketika SMA dulu. Setelahnya dia tidak pernah pacaran. Selain tampangnya yang urakan dan lebih sering jadi tukang lawak ketimbang cowok serius dan penuh pesona, dia juga lebih suka menikmati kejombloannya. Biasanya dia akan mendekati cewek-cewek yang baru saja putus dari Kalan, itung-itung bisa jadi penghibur mereka yang baru diputusin cowok paling brengsek di fakultas. Kisah percintaan Nugra sangat kering. Jauh berbeda dengan Kalan yang sangat menarik untuk diceritakan. Kalan, cowok yang tidak pernah jomblo sejak pertama kali pacaran itu memiliki beragam mantan dari berbagai latar belakang. 

"Namanya siapa tadi, Nu? Ada IGnya nggak?"

"Wah, gue lupa bilang. Rianza nggak punya sosial media. Satupun. Nggak ada I*******m, Twitter, F******k, Snapchat. Semuanya. Bahkan emailnya aja yang beredar cuma email kampus. Nggak ada yang tahu email pribadi dia."

Mendengar itu, Kalan mengernyitkan dahinya. "Lo tahu banyak tentang dia?"

"Rianza itu cewek yang sempat mau gue deketin. Cantik banget dia. Tapi sayang, susah banget digapai. Gue juga kayaknya kurang effort buat dapetin dia."

Lagi, Kalan mengernyitkan dahinya, "Lo masih suka sama dia?"

Nugra menggeleng, "Gue tuh suka waktu awal kuliah. Sekarang udah enggak. Lagian kayaknya gue bakal dekat sama Adetha. Dia pasti bakal curhat semalaman tentang lo."

Kalan terkekeh, "Betah banget lo dengerin curhatan mantan gue."

"Lagian kasihan mereka. Punya mantan brengsek banget."

Kali ini Kalan terbahak, "Orang yang lo bilang brengsek banget itu adalah teman lo sejak SMA. Lagian mereka udah tahu gue brengsek, tapi tetap mau tuh."

"Terserah lo deh."

"Eh terus ini gimana cara hubungin Rianza?"

Nugra menghela napas panjang, dia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi empuk yang ada di kamar Kalan itu. "Gue udah lama nggak ketemu dia. Lagian kita juga udah nggak ada kelas lagi, tinggal skripsian. Jadi gue nggak tahu gimana cara menghubungi dia."

"Hmmmm," Kalan bergumam.

"Ganti target aja, Lan," usul Nugra.

Kalan menggelengkan kepala tegas, "Gue mau dia. Nggak bisa diganggu gugat."

"Lo bahkan nggak tahu gimana cara ngehubungin dia, Lan. Mending lo cari cewek lain deh."

"Gue harus pacaran sama dia besok," ucap Kalan penuh tekad.

Nugra menghela napas panjang, "Buru-buru banget. Dia juga belum tentu mau jadi pacar lo, kan?"

Biasanya, Kalan akan mendekati target berikutnya sebelum putus dengan kekasihnya. Berbeda dari sekarang, dia sudah putus dengan Adetha, itu artinya dia harus punya pacar malam ini atau besok. Dia tidak suka menjadi jomblo.

"Gue tahu gimana cara ngehubungin dia," kata Kalan sambil tersenyum lebar. 

Cowok tampan itu langsung mencari salah satu nomor di deretan kontak di ponselnya. Dapat. Chany, cowok yang dia kenal dari jurusan sastra Inggris. Tidak mungkin dia tidak mengenal atau setidaknya memiliki kontak teman satu jurusannya. Kalan yakin dia bisa mendapatkan nomor Rianza malam ini.

"Nggak ada nomor telpon?" dahi Kalan berkerut saat mendapat balasan dari Chany. Cowok dari jurusan sastra Inggris itu tidak memiliki nomor ponsel Rianza, karena memang tidak ada yang tahu nomornya. Mereka biasanya akan berbalas surel menggunakan email kampus Rianza, itu pun hanya untuk kebutuhan tugas. Dari pesan singkat Chany, Rianza bahkan tidak pernah terlihat menggunakan ponsel. Dia hanya membawa laptop kecil ketika ke kampus. 

"Kan, apa kata gue."

"Kalau gitu gue harus ngirim email ke dia."

Kalan langsung membuka aplikasi untuk menulis email dan menuliskan alamat email Rianza. Dia juga sengaja untuk menggunakan email kampusnya agar cewek itu tahu bahwa mereka satu kampus. Di bagian subjek email, Kalan menulis, 'Mulai Sekarang Lo Pacar Gue'.

"Rianza. Ini Kalan. Mulai sekarang lo adalah pacar gue. See you di kampus besok."

Begitu isi surel yang ditulis Kalan untuk Rianza. Cowok itu memang terkenal pemaksa, dan biasanya tidak ada yang bisa menolak cowok itu. Bagaimana dengan Rianza?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status