Share

Chapter 7. Tinggal satu rumah

Pagi hari sebelum berangkat ke sekolah, Allexin mengantarkan Linda untuk pergi kerumah boss baru Linda. Namun, di perjalanan sebuah mobil hitam berhenti di depan Linda dan Allexin, Hans kembali menjemput Linda.

“Apa dia boss mu?” tanya Allexin ketika Hans keluar dari mobil untuk menghampiri dua orang yang berdiri di tepi jalan.

Linda menggeleng, “Bukan, dia sisten nya.” jawab Linda.

“Nona Linda, silahkan masuk.” ucap Hans yang sudah membantu Linda memasukkan koper Linda yang tidak terlalu besar ke dalam bagasi.

“Aku akan baik-baik saja, jangan cemaskan aku dan fokuslah pada pelajaran sekolahmu.” Linda menepuk bahu Allexin kemudian masuk ke dalam mobil bersama Hans, Allexin berdiri melihat mobil hitam melaju dari hadapannya.

Hembusan nafas keluar dari bibir remaja itu, “Syukurlah kalau boss mu kali ini adalah orang baik, jadi aku tidak begitu mencemaskanmu saat jauh dari rumah.” gumam Allexin lalu ia pergi ke sekolah walaupun gagal mengantarkan Linda ke rumah boss.

“Siapa laki-laki tadi?” tanya Hans.

Linda menggeleng menolak untuk menjawab, Hans mengangguk paham dan tidak bertanya mengenai Allexin. Linda tidak ingin banyak orang tau jika ia memiliki adik, bukan karena Linda tidak bangga memiliki Allexin sebagai adiknya, justru karena remaja itu adalah adiknya maka Linda harus menjaga privasi Allexin, Linda bekerja di banyak tempat yang berbeda ia takut jika ada yang memanfaatkan Allexin untuk tujuan yang tidak benar.

Sekali lagi Linda datang ke rumah besar milik Nelvan, kali ini ia juga akan tinggal di rumah itu. harusnya tinggal di rumah yang sangat besar seperti ini membuat Linda senang tapi pada nyatanya ia justru tidak bisa tenang memikirkan pekerjaan apa saja yang akan Nelvan berikan nantinya.

Terlebih ia kemarin telah membuat lelaki itu masuk ke rumah sakit gara-gara alergi kacang. Linda benar-benar tidak tau reaksi Nelvan saat memakan kacang akan separah itu.

“Hans, aku bisa membawa barangku sendiri.” Linda menarik kopernya, tapi Hans bersikukuh untuk membantu Linda membawa koper.

“Tidak apa, aku akan membantumu sekalian aku akan menunjukkan di mana kamarmu berada.” jawab Hans, lelaki itu membawakan koper Linda masuk ke dalam rumah lalu Hans menunjukkan kamar di mana Linda akan tinggal.

Jauh lebih bagus dari kamar yang sebelumnya Linda miliki, meskipun ini adalah kamar untuk pelayan tapi Linda sangat menyukai tempat rapih dan bersih tersebut untuk tempat tinggal barunya.

“Kamu akan istirahat di sini, Tuan muda mempersiapkan kamar ini karena tidak jauh dari kamarnya agar jika Tuan muda membutuhkanmu kau bisa segera datang untuk menemuinya.” ucap Hans, Linda mengangguk.

“Hari ini kamu akan melanjutkan pekerjaanmu yang belum selesai kemarin, Tuan muda meliburkan para pelayan yang lain entah sampai kapan, jadi sebelum mereka kembali semua pekerjaan di rumah ini kamu yang akan mengerjakannya.” kata Hans melanjutkan, sekali lagi Linda mengangguk. 

Meliburkan semua pelayan dan hanyamenyuruh Linda bekerja sendirian di rumah besar itu. Apakah Nelvan punya hati?

“Kalau begitu aku akan pergi, oh ya tolong siapkan sarapan untuk Tuan muda, ingatlah bahwa Tuan muda alergi terhadap kacang jadi pastikan semua makanan yang dia makan tidak mengandung kacang.” Hans memperingati, untuk ke sekian kalinya Linda pun mengangguk.

Hans pun keluar membiarkan Linda untuk berpikir apa yang akan gadis itu lakukan, Linda membawa masuk kopernya lalu ia segera keluar dan mengetuk kamar Nelvan dari luar.

“Tuan Xander, ini saya Linda.”

“Masuk.” ucap Nelvan.

Linda pun masuk dengan hati-hati lalu berdiri di dekat pintu karena tidak berani mendekati Nelvan, “Tuan Xander, Anda ingin saya memasak sarapan apa untuk hari ini?” tanya Linda pada Nelvan yang sedang duduk di sofa memangku layar ipad yang cukup besar.

“Buat apapun yang sehat untuk aku makan, tapi jika sampai kejadian kemarin terulang lagi maka kau juga akan ikut mati.” jawab Nelvan tanpa menoleh sedikit pun.

Glekk, Linda meneguk salivanya susah payah, ia mundur dan keluar dari kamar Nelvan tanpa banyak bicara lagi.

Karena tidak tau sarapan yang di sukai oleh Nelvan seperti apa, akhirnya Linda membuat sandwich, makanan itu sangat di gemari pada saat waktu sarapan dan semoga saja Nelvan suka, Linda tidak ingin memicu emosi lelaki itu, takutnya akan ada bola api terlempar ke arahnya saat Nelvan marah.

Begitu selesai menyiapkan sandwich, Linda mengetuk pintu kamar sampai terlihat Nelvan sedang duduk memangku ipad, kemudian masuk membawakan sarapan ke kamar lelaki itu, Linda meletakkan di meja beserta su-su hangat.

Nelvan melirik makanan yang di letakkan oleh Linda di meja samping ia duduk, lalu lirikan itu bergerak pada Linda yang masih berdiri, “Apa lagi yang kamu tunggu, silahkan keluar dan lanjutkan pekerjaanmu, rumah ini harus bersih dari debu, jangan sampai saat aku keluar nanti melihatmu bermalas-malasan.” katanya, dan tentu saja kalimat Nelvan bernada sangat dingin.

“Saya permisi.” Linda langsung keluar dengan sedikit berlari. Tak ingin berbicara lebih banyak, takutnya Nelvan akan emmbentaknya lagi yang berujung tak bisa menahan air mata, Linda tidak mau di cap cengeng oleh lelaki pemilik dari rumah besar tersebut.

Nelvan memastikan Linda sudah keluar baru ia berdiri meletakkan tab ke meja sebelum mencoba sandwich buatan Linda, Nelvan manggut-manggut merasa cocok dengan makanan itu. Tapi, Nelvan akan terus membuat gadis itu tidak betah tinggal di rumahnya dengan membuat Linda lelah dengan pekerjaan sampai membuat gadis itu mengundurkan diri tanpa ia perintah.

Tanpa sadar Nelvan telah menghabiskan sandwich buatan Linda lalu melanjutkan pekerjaannya yang ia lakukan dari rumah untuk mengontrol kendali perusahaan di saat ia tidak ada.

Saat sudah cukup siang, Nelvan ingin melihat pekerjaan Linda, kursi roda yang kosong di duduki oleh Nelvan sebelum mengemudikan kursi roda elektrik itu untuk keluar dari kamar.

Nelvan melihat Linda bersih-bersih dalam kondisi membelakanginya, jari tangan Nelvan di usapkan di atas meja yang ada di depannya, masih berdebu.

“LINDA!” panggil Nelvan.

Linda berjingkrak kaget karena panggilan keras tersebut lalu berlari menghampiri, “Iya Tuan Xander, apa Anda butuh sesuatu?” tanya Linda.

Nelvan menunjukkan jari tangannya lalu menunjuk meja, “Apa kau tidak bisa bekerja dengan baik? Apa kau tidak punya mata? Lihat, kenapa meja ini sampai sangat berdebu, bersihkan seperti apa yang kamu bilang kemarin.” ujarnya, Linda menunduk, Nelvan memutar kursi rodanya lalu Linda pun membersihkan meja yang di maksud oleh Nelvan tapi tanpa sengaja siku Linda menggeser vas bunga yang tidak begitu besar hingga jatuh dan pecah di lantai.

Linda memejamkan mata bersiap menerima umpatan yang akan Nelvan lontarkan sebentar lagi.

“Apa kau becus melakukan pekerjaan!” bentak Nelvan.

“Maaf Tuan, saya tidak sengaja.” ucap Linda merasa bersalah.

Nelvan mendengus, “Maaf tidak akan membuat vas itu kembali utuh kembali, ingatlah setiap kesalahan yang kamu buat akan mengurangi gajimu bulan ini.” Nelvan kembali melanjutkan pergi dari sana.

Linda menghela nafas untuk membuatnya merasa tidak tertekan oleh suara sarkas dari Nelvan.

“Sabar Linda, kau harus sabar.” gumam Linda menguatkan dirinya sendiri kemudian kembali bekerja sampai suara Nelvan kembali terdengar memanggil namanya.

“LINDA!” Linda pun berlari ke arah di mana suara Nelvan berada.

“Iya Tuan Xander?” jawab Linda.

“Apa kau lihat taman-taman bunga di sana sudah tidak rapih lagi?” tunjuk Nelvan ke arah luar rumah.

Linda melihat arah yang di tunjuk, taman bunga masih terlihat bagus di mata Linda hanya ada beberapa tangkai yang tumbuh lebih panjang dari yang lain.

“Anda ingin saya memotong dan juga mengurus kebun?” tanya Linda tidak percaya, bukan hanya bagian dalam rumah yang harus ia bereskan tapi juga kebun luas dekat mansion luas milik Nelvan. Sepertinya Nelvan benar-benar tidak berperasaan.

“Apa aku masih hidup setelah membersihkan semua ini sendirian?” batin Linda.

Nelvan menoleh ke arah Linda, “Apa menurutmu aku yang harus merapikan dan membersihkan semuanya? Lalu untuk apa aku menyuruhmu bekerja di sini, tidak berguna, lakukan pekerjaanmu dengan bagus, jika tidak kau akan tau sendiri apa akibatnya.” ancamnya.

“Mustahil aku membersihkan ini sendirian, apa aku boleh mengajak satu orang lagi untuk menemaniku bekerja di rumah ini? Astaga, aku bekerja bukan untuk mengurus rumah dan halaman seluas ini sendirian, aku manusia bukan robot.” Linda melihat Nelvan yang semakin menjauh, “apa lelaki itu masih punya hati, dia sangat kaya tapi kenapa hanya memperkerjakan aku sendirian?” gerutunya.

Linda mencak-mencak, dirinya bukan pemilih dalam hal pekerjaan tapi sekarang ia benar-benar kesal di suruh membersihkan tempat yang begitu luas ini sendirian.

“Sabar Linda, sabar.” Linda mengusap dadanya berusaha tenang, gemuruh kekesalan harus ia tahan, perlahan pasti bisa menyelesaikan semua pekerjaan ini sendirian agar lelaki jahat itu puas melihat rumahnya sebersih istana kaca.

Linda mengambil gunting tanaman yang cukup besar sambil membawa tangga untuk menjangkau tangkai yang tidak tumbuh rapih dengan yang lain, postur tubuh yang tidak begitu tinggi membuat Linda kesusahan mengerjakan pekerjaan itu.

Dalam hati, Linda menggerutu walaupun hal itu tidak akan ada gunanya. Satu persatu tangkai di potong oleh Linda, selesai dengan satu pohon, Linda pun berganti dengan pohon yang lain. Sialnya pohon di sana bukan hanya satu atau dua, melainkan banyak yang harus membuat Linda ekstra sabar.

Di lain itu pekerjaan Linda sedang di perhatikan oleh dua orang pria.“Dia seorang perempuan dan masih terlalu muda untuk kamu pekerjakan di rumah seluas ini sendirian lalu sekarang kamu menyuruhnya untuk mengerjakan bagian kebun?” Hans berbicara di belakang Nelvan.

“Aku senang melihatnya menderita,” jawab Nelvan dengan suara dingin nya kemudian memalingkan wajah dan pergi menjauh, sedangkan Hans merasa tidak tega dengan Linda yang mengerjakan pekerjaan laki-laki. Hans sangat ingin membantu Linda, tapi jika itu ia lakukan. Nelvan pasti akan menambah siksaan untuk Linda.

Gadis itu harus bersabar sampai perasaan Nelvan bisa kembali melunak, dengan begitu Linda tidak akan di perlakukan dengan kejam oleh lelaki itu, pekerjaan yang di berikan oleh Nelvan ini masih belum seberapa, Hans khawatir Nelvan akan memperlakukan Linda sama seperti para maid yang sebelumnya sehingga mereka semua kabur setelah tinggal selama beberapa hari di rumah itu.

“Jika saja Bella tidak menghianati Tuan muda, pasti hal ini tidak akan terjadi,” batin Hans sebelum dia berbalik menyusul Nelvan, karena meskipun Hans ingin membantu Linda, yang ada Nelvan nantinya akan memarahinya habis-habisan jadi Hans hanya bisa mempercayakan semua pekerjaan untuk di tangain oleh Linda sendiri.

Gadis itu pasti bisa bertahan, semoga saja begitu. Batin Hans karena ia tidak bisa membantu banyak untuk Linda, gadis itu harus bisa bertahan atau Nelvan tidak akan pernah ada yang bisa merubahnya, perubahan Nelvan terlalu besar sampai Hans pun tidak tau bagaimana cara membuat Nelvan bisa kembali menjadi orang yang baik seperti dulu.

Tak terasa Linda sudah menyelesaikan lima pohon dan masih banyak pohon yang belum di rapikan. Sejujurnya Linda sangat lelah, terik matahari juga membuat keringatnya mengucur deras. Linda turun dari tangga, membawa tangga ke tempat semula untuk mengakiri pekerjaan memotong tangkai pohon.

Keberadaan Nelvan dan Hans tidak terlihat, kemungkinan Nelvan dan asistennya sedang berada di ruang kerja untuk membahas pekerjaan. Linda tidak begitu tau pekerjaan apa yang Nelvan lakukan, tapi sepertinya bukan pekerjaan kecil.

Karena keringat yang terlalu banyak keluar membuat Linda merasa tidak nyaman. Kini sudah sore, Linda pun membersihkan diri, mengganti bajunya dengan baju yang tersedia di rumah tersebut.

Bukan bermaksud bermalas-malasan, Linda duduk di kursi kecil yang ada di ruangan ganti. Menghela nafas rendah dan berat bergantian, menunduk lalu bersandar di dinding. Menatap deretan baju yang hanya mengisi ruangan tersebut.

Linda kembali menunduk, memijit kakinya yang terasa pegal-pegal. Setelah merasa lebih baik, Linda kembali bersandar dengan mata sedikit terpejam tapi ia tidak tidur, jika Nelvan melihatnya tertidur maka entah apa lagi yang akan Linda terima.

Menguatkan diri, Linda berdiri. Sekali lagi menatap cermin panjang yang memantulkan diri di sana. Tersenyum untuk menyemangati diri sendiri, tak peduli jika tubuhnya telah kelelahan.

“Semangat Linda, bertahanlah sebentar demi Allexin.” Katanya menguatkan sebelum keluar dan memulai pekerjaan lagi.

____

Bersambung...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dwi Harnani
kasihan Linda
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status