“Apa dia boss mu?” tanya Allexin ketika Hans keluar dari mobil untuk menghampiri dua orang yang berdiri di tepi jalan.
Linda menggeleng, “Bukan, dia sisten nya.” jawab Linda.
“Nona Linda, silahkan masuk.” ucap Hans yang sudah membantu Linda memasukkan koper Linda yang tidak terlalu besar ke dalam bagasi.
“Aku akan baik-baik saja, jangan cemaskan aku dan fokuslah pada pelajaran sekolahmu.” Linda menepuk bahu Allexin kemudian masuk ke dalam mobil bersama Hans, Allexin berdiri melihat mobil hitam melaju dari hadapannya.
Hembusan nafas keluar dari bibir remaja itu, “Syukurlah kalau boss mu kali ini adalah orang baik, jadi aku tidak begitu mencemaskanmu saat jauh dari rumah.” gumam Allexin lalu ia pergi ke sekolah walaupun gagal mengantarkan Linda ke rumah boss.
“Siapa laki-laki tadi?” tanya Hans.
Linda menggeleng menolak untuk menjawab, Hans mengangguk paham dan tidak bertanya mengenai Allexin. Linda tidak ingin banyak orang tau jika ia memiliki adik, bukan karena Linda tidak bangga memiliki Allexin sebagai adiknya, justru karena remaja itu adalah adiknya maka Linda harus menjaga privasi Allexin, Linda bekerja di banyak tempat yang berbeda ia takut jika ada yang memanfaatkan Allexin untuk tujuan yang tidak benar.
Sekali lagi Linda datang ke rumah besar milik Nelvan, kali ini ia juga akan tinggal di rumah itu. harusnya tinggal di rumah yang sangat besar seperti ini membuat Linda senang tapi pada nyatanya ia justru tidak bisa tenang memikirkan pekerjaan apa saja yang akan Nelvan berikan nantinya.
Terlebih ia kemarin telah membuat lelaki itu masuk ke rumah sakit gara-gara alergi kacang. Linda benar-benar tidak tau reaksi Nelvan saat memakan kacang akan separah itu.
“Hans, aku bisa membawa barangku sendiri.” Linda menarik kopernya, tapi Hans bersikukuh untuk membantu Linda membawa koper.
“Tidak apa, aku akan membantumu sekalian aku akan menunjukkan di mana kamarmu berada.” jawab Hans, lelaki itu membawakan koper Linda masuk ke dalam rumah lalu Hans menunjukkan kamar di mana Linda akan tinggal.
Jauh lebih bagus dari kamar yang sebelumnya Linda miliki, meskipun ini adalah kamar untuk pelayan tapi Linda sangat menyukai tempat rapih dan bersih tersebut untuk tempat tinggal barunya.
“Kamu akan istirahat di sini, Tuan muda mempersiapkan kamar ini karena tidak jauh dari kamarnya agar jika Tuan muda membutuhkanmu kau bisa segera datang untuk menemuinya.” ucap Hans, Linda mengangguk.
“Hari ini kamu akan melanjutkan pekerjaanmu yang belum selesai kemarin, Tuan muda meliburkan para pelayan yang lain entah sampai kapan, jadi sebelum mereka kembali semua pekerjaan di rumah ini kamu yang akan mengerjakannya.” kata Hans melanjutkan, sekali lagi Linda mengangguk.
Meliburkan semua pelayan dan hanyamenyuruh Linda bekerja sendirian di rumah besar itu. Apakah Nelvan punya hati?
“Kalau begitu aku akan pergi, oh ya tolong siapkan sarapan untuk Tuan muda, ingatlah bahwa Tuan muda alergi terhadap kacang jadi pastikan semua makanan yang dia makan tidak mengandung kacang.” Hans memperingati, untuk ke sekian kalinya Linda pun mengangguk.
Hans pun keluar membiarkan Linda untuk berpikir apa yang akan gadis itu lakukan, Linda membawa masuk kopernya lalu ia segera keluar dan mengetuk kamar Nelvan dari luar.
“Tuan Xander, ini saya Linda.”
“Masuk.” ucap Nelvan.
Linda pun masuk dengan hati-hati lalu berdiri di dekat pintu karena tidak berani mendekati Nelvan, “Tuan Xander, Anda ingin saya memasak sarapan apa untuk hari ini?” tanya Linda pada Nelvan yang sedang duduk di sofa memangku layar ipad yang cukup besar.
“Buat apapun yang sehat untuk aku makan, tapi jika sampai kejadian kemarin terulang lagi maka kau juga akan ikut mati.” jawab Nelvan tanpa menoleh sedikit pun.
Glekk, Linda meneguk salivanya susah payah, ia mundur dan keluar dari kamar Nelvan tanpa banyak bicara lagi.
Karena tidak tau sarapan yang di sukai oleh Nelvan seperti apa, akhirnya Linda membuat sandwich, makanan itu sangat di gemari pada saat waktu sarapan dan semoga saja Nelvan suka, Linda tidak ingin memicu emosi lelaki itu, takutnya akan ada bola api terlempar ke arahnya saat Nelvan marah.
Begitu selesai menyiapkan sandwich, Linda mengetuk pintu kamar sampai terlihat Nelvan sedang duduk memangku ipad, kemudian masuk membawakan sarapan ke kamar lelaki itu, Linda meletakkan di meja beserta su-su hangat.
Nelvan melirik makanan yang di letakkan oleh Linda di meja samping ia duduk, lalu lirikan itu bergerak pada Linda yang masih berdiri, “Apa lagi yang kamu tunggu, silahkan keluar dan lanjutkan pekerjaanmu, rumah ini harus bersih dari debu, jangan sampai saat aku keluar nanti melihatmu bermalas-malasan.” katanya, dan tentu saja kalimat Nelvan bernada sangat dingin.
“Saya permisi.” Linda langsung keluar dengan sedikit berlari. Tak ingin berbicara lebih banyak, takutnya Nelvan akan emmbentaknya lagi yang berujung tak bisa menahan air mata, Linda tidak mau di cap cengeng oleh lelaki pemilik dari rumah besar tersebut.
Nelvan memastikan Linda sudah keluar baru ia berdiri meletakkan tab ke meja sebelum mencoba sandwich buatan Linda, Nelvan manggut-manggut merasa cocok dengan makanan itu. Tapi, Nelvan akan terus membuat gadis itu tidak betah tinggal di rumahnya dengan membuat Linda lelah dengan pekerjaan sampai membuat gadis itu mengundurkan diri tanpa ia perintah.
Tanpa sadar Nelvan telah menghabiskan sandwich buatan Linda lalu melanjutkan pekerjaannya yang ia lakukan dari rumah untuk mengontrol kendali perusahaan di saat ia tidak ada.
Saat sudah cukup siang, Nelvan ingin melihat pekerjaan Linda, kursi roda yang kosong di duduki oleh Nelvan sebelum mengemudikan kursi roda elektrik itu untuk keluar dari kamar.
Nelvan melihat Linda bersih-bersih dalam kondisi membelakanginya, jari tangan Nelvan di usapkan di atas meja yang ada di depannya, masih berdebu.
“LINDA!” panggil Nelvan.
Linda berjingkrak kaget karena panggilan keras tersebut lalu berlari menghampiri, “Iya Tuan Xander, apa Anda butuh sesuatu?” tanya Linda.
Nelvan menunjukkan jari tangannya lalu menunjuk meja, “Apa kau tidak bisa bekerja dengan baik? Apa kau tidak punya mata? Lihat, kenapa meja ini sampai sangat berdebu, bersihkan seperti apa yang kamu bilang kemarin.” ujarnya, Linda menunduk, Nelvan memutar kursi rodanya lalu Linda pun membersihkan meja yang di maksud oleh Nelvan tapi tanpa sengaja siku Linda menggeser vas bunga yang tidak begitu besar hingga jatuh dan pecah di lantai.
Linda memejamkan mata bersiap menerima umpatan yang akan Nelvan lontarkan sebentar lagi.
“Apa kau becus melakukan pekerjaan!” bentak Nelvan.
“Maaf Tuan, saya tidak sengaja.” ucap Linda merasa bersalah.
Nelvan mendengus, “Maaf tidak akan membuat vas itu kembali utuh kembali, ingatlah setiap kesalahan yang kamu buat akan mengurangi gajimu bulan ini.” Nelvan kembali melanjutkan pergi dari sana.
Linda menghela nafas untuk membuatnya merasa tidak tertekan oleh suara sarkas dari Nelvan.
“Sabar Linda, kau harus sabar.” gumam Linda menguatkan dirinya sendiri kemudian kembali bekerja sampai suara Nelvan kembali terdengar memanggil namanya.
“LINDA!” Linda pun berlari ke arah di mana suara Nelvan berada.
“Iya Tuan Xander?” jawab Linda.
“Apa kau lihat taman-taman bunga di sana sudah tidak rapih lagi?” tunjuk Nelvan ke arah luar rumah.
Linda melihat arah yang di tunjuk, taman bunga masih terlihat bagus di mata Linda hanya ada beberapa tangkai yang tumbuh lebih panjang dari yang lain.
“Anda ingin saya memotong dan juga mengurus kebun?” tanya Linda tidak percaya, bukan hanya bagian dalam rumah yang harus ia bereskan tapi juga kebun luas dekat mansion luas milik Nelvan. Sepertinya Nelvan benar-benar tidak berperasaan.
“Apa aku masih hidup setelah membersihkan semua ini sendirian?” batin Linda.
Nelvan menoleh ke arah Linda, “Apa menurutmu aku yang harus merapikan dan membersihkan semuanya? Lalu untuk apa aku menyuruhmu bekerja di sini, tidak berguna, lakukan pekerjaanmu dengan bagus, jika tidak kau akan tau sendiri apa akibatnya.” ancamnya.
“Mustahil aku membersihkan ini sendirian, apa aku boleh mengajak satu orang lagi untuk menemaniku bekerja di rumah ini? Astaga, aku bekerja bukan untuk mengurus rumah dan halaman seluas ini sendirian, aku manusia bukan robot.” Linda melihat Nelvan yang semakin menjauh, “apa lelaki itu masih punya hati, dia sangat kaya tapi kenapa hanya memperkerjakan aku sendirian?” gerutunya.
Linda mencak-mencak, dirinya bukan pemilih dalam hal pekerjaan tapi sekarang ia benar-benar kesal di suruh membersihkan tempat yang begitu luas ini sendirian.
“Sabar Linda, sabar.” Linda mengusap dadanya berusaha tenang, gemuruh kekesalan harus ia tahan, perlahan pasti bisa menyelesaikan semua pekerjaan ini sendirian agar lelaki jahat itu puas melihat rumahnya sebersih istana kaca.
Linda mengambil gunting tanaman yang cukup besar sambil membawa tangga untuk menjangkau tangkai yang tidak tumbuh rapih dengan yang lain, postur tubuh yang tidak begitu tinggi membuat Linda kesusahan mengerjakan pekerjaan itu.
Dalam hati, Linda menggerutu walaupun hal itu tidak akan ada gunanya. Satu persatu tangkai di potong oleh Linda, selesai dengan satu pohon, Linda pun berganti dengan pohon yang lain. Sialnya pohon di sana bukan hanya satu atau dua, melainkan banyak yang harus membuat Linda ekstra sabar.
Di lain itu pekerjaan Linda sedang di perhatikan oleh dua orang pria.“Dia seorang perempuan dan masih terlalu muda untuk kamu pekerjakan di rumah seluas ini sendirian lalu sekarang kamu menyuruhnya untuk mengerjakan bagian kebun?” Hans berbicara di belakang Nelvan.
“Aku senang melihatnya menderita,” jawab Nelvan dengan suara dingin nya kemudian memalingkan wajah dan pergi menjauh, sedangkan Hans merasa tidak tega dengan Linda yang mengerjakan pekerjaan laki-laki. Hans sangat ingin membantu Linda, tapi jika itu ia lakukan. Nelvan pasti akan menambah siksaan untuk Linda.
Gadis itu harus bersabar sampai perasaan Nelvan bisa kembali melunak, dengan begitu Linda tidak akan di perlakukan dengan kejam oleh lelaki itu, pekerjaan yang di berikan oleh Nelvan ini masih belum seberapa, Hans khawatir Nelvan akan memperlakukan Linda sama seperti para maid yang sebelumnya sehingga mereka semua kabur setelah tinggal selama beberapa hari di rumah itu.
“Jika saja Bella tidak menghianati Tuan muda, pasti hal ini tidak akan terjadi,” batin Hans sebelum dia berbalik menyusul Nelvan, karena meskipun Hans ingin membantu Linda, yang ada Nelvan nantinya akan memarahinya habis-habisan jadi Hans hanya bisa mempercayakan semua pekerjaan untuk di tangain oleh Linda sendiri.
Gadis itu pasti bisa bertahan, semoga saja begitu. Batin Hans karena ia tidak bisa membantu banyak untuk Linda, gadis itu harus bisa bertahan atau Nelvan tidak akan pernah ada yang bisa merubahnya, perubahan Nelvan terlalu besar sampai Hans pun tidak tau bagaimana cara membuat Nelvan bisa kembali menjadi orang yang baik seperti dulu.
Tak terasa Linda sudah menyelesaikan lima pohon dan masih banyak pohon yang belum di rapikan. Sejujurnya Linda sangat lelah, terik matahari juga membuat keringatnya mengucur deras. Linda turun dari tangga, membawa tangga ke tempat semula untuk mengakiri pekerjaan memotong tangkai pohon.
Keberadaan Nelvan dan Hans tidak terlihat, kemungkinan Nelvan dan asistennya sedang berada di ruang kerja untuk membahas pekerjaan. Linda tidak begitu tau pekerjaan apa yang Nelvan lakukan, tapi sepertinya bukan pekerjaan kecil.
Karena keringat yang terlalu banyak keluar membuat Linda merasa tidak nyaman. Kini sudah sore, Linda pun membersihkan diri, mengganti bajunya dengan baju yang tersedia di rumah tersebut.
Bukan bermaksud bermalas-malasan, Linda duduk di kursi kecil yang ada di ruangan ganti. Menghela nafas rendah dan berat bergantian, menunduk lalu bersandar di dinding. Menatap deretan baju yang hanya mengisi ruangan tersebut.
Linda kembali menunduk, memijit kakinya yang terasa pegal-pegal. Setelah merasa lebih baik, Linda kembali bersandar dengan mata sedikit terpejam tapi ia tidak tidur, jika Nelvan melihatnya tertidur maka entah apa lagi yang akan Linda terima.
Menguatkan diri, Linda berdiri. Sekali lagi menatap cermin panjang yang memantulkan diri di sana. Tersenyum untuk menyemangati diri sendiri, tak peduli jika tubuhnya telah kelelahan.
“Semangat Linda, bertahanlah sebentar demi Allexin.” Katanya menguatkan sebelum keluar dan memulai pekerjaan lagi.
____
Bersambung...
Waktu sudah malam, Linda menyiapkan makan malam untuk Nelvan setelah itu memberi tahu jika makanan sudah siap agar Nelvan datang untuk menyantap makan malam yang sudah Linda siapkan. Linda merasa sangat lelah, sepertinya jika ia berbaring akan langsung menuju ke alam mimpi. Linda melihat Nelvan menyantap makan malam setelah itu tanpa mengucapkan kata terima kasih, lelaki itu pergi. Hembusan nafas di hela oleh Linda, ia membereskan kembali sisa makanan yang ada, hari ini terasa sangat panjang sekali, tidak ada waktu istirahat selain waktu makan, dan sekarang sudah malam tapi ia masih juga belum selesai membereskan rumah Nelvan agar lebiih bersih. Tiba waktu sepuluh malam, Linda tidak bisa lagi menahan rasa lelah yang ia rasakan, pintu kamar di tutup dan Linda langsung menjatuhkan diri di atas tempat tidur. “Nyaman sekali.” ucapnya sambil mengusap seprai lembut dan kasur yang empuk untuk menikmati menuju alam mimpi sebentar lagi, mata
Tak berhenti Linda menghembuskan nafas karena pekerjaan yang di berikan oleh Nelvan, pekerjaan yang bisa di lakukan dengan mudah justru di persulit oleh lelaki itu. Menguras kolam? Yang benar saja, jika itu kolam akuarium dengan dia meter setengah meter mungkin Linda masih bisa melakukannya, tapi yang di suruh Nelvan adalah kolam renang dengan dia meter sembilan dan lebar nyaris empat meter. “Apa dia masih waras? Sepertinya setelah aku berhasil menguras kolam ini aku akan memiliki bisep kekar seperti laki-laki.” Linda menatap lengan ototnya sambil merendahkan bahu, “kau akan menerima pekerjaan kuat jadi kau harus bersiap menerima otot kuat juga.” kata Linda pada lengannya sendiri. Linda tidak tau berapa dalam kolam itu, semoga saja hanya sebatas lutut, ia tidak akan bisa menguras air sebanyak ini dengan kekuatan tangan. “Kau tidak boleh menyerah, lakukan yang terbaik dan buat pria itu puas.” ucap Linda menyemangati dirinya sendiri. Satu persat
Linda menyentuh bibirnya, pintu di tutup dari dalam tanpa membiarkan ada orang masuk bahkan pemilih rumah itu sekalipun. Jika tidak salah tadi Linda merasakan sesuatu di permukaan bibirnya, apa itu nafas buatan yang Nelvan berikan? Kedua bola mata Linda membola, mau nafas buatan atau apapun itu yang jelas lelaki tadi telah mengambil first kissnya. Dan Linda juga tidak mengira Nelvan akan memberikan perintah untuk membuka baju, meskipun Nelvan yang meminta dengan sendirinya tapi Linda masih waras untuk tidak melakukan tindakan seperti itu. Selain tidak sopan membuka baju orang lain, ia juga tau Nelvan adalah pria normal, jangan sampai sentuhan yang tanpa sengaja Linda lakukan berhasil membuat lelaki itu bangun dan bersikap agresif. Linda segera menggeleng dan segera membersihkan tubuhnya sebelum berganti pakaian kering, jangan sampai ia sakit atau Nelvan akan memakinya semakin banyak lagi. Menatap pantulan diri di cermin. Ada sedikit lebam di lengan at
Pekerjaan yang sama perlahan mulai di tekuni oleh Linda, rumah Nelvan begitu luas ia tidak bisa menyelesaikan sekaligus jadi sedikit demi sedikit sesuai kemampuannya ia akan membersihkan rumah itu. “Siapa ya perempuan yang datang kemarin?” gumam Linda. “Kau tidak perlu tau dia siapa.” sahut Nelvan. Linda langsung berbalik kaget melihat ada suara Nelvan di belakangnya, lelaki itu mengendalikan kursi rodanya dengan remot kendali melewati Linda untuk menuju ke dekat kolam ikan hias, menenangkan diri dengan suara air yang mengalir. “Dia mengagetkanku,” ucap Linda. “Hans.” sapa Linda ketika melihat asisten Nelvan datang, Hans tersenyum ke arah Linda, “Kamu melihat Tuan muda?” tanya Hans, Linda mengangguk sambil menunjuk di mana Nelvan berada. Hans menuju ke arah yang Linda tujuk untuk menemui Nelvan, mereka berbicara mengenai pekerjaan yang tidak Linda ketahui, mengabaikan apa yang Hans dan Nelvan lakukan membuat Linda menggelengkan kepala
Entah apa lagi yang harus Linda lakukan, ia berusaha untuk kebal terhadap bentakkan Nelvan dan kemarahan lelaki itu tapi ini sulit, perasaannya tidak suka di bentak ia akan merasa sangat tidak di hargai dan seolah teringat masa lalu yang menyakitkan terhadap bentakan. Buliran air mata menetes saat Linda bekerja, tatapan matanya menjadi blur saat terpenuhi oleh air mata, Linda ingin berhenti meski ia belum cukup lama bekerja di tempat itu tapi beberapa minggu lagi adalah pembayaran uang sekolah Allexin, jika ia tidak bekerja lalu dari mana uang yang cukup banyak itu ia dapatkan?. Linda akan berusaha bertahan hingga satu bulan ini berakhir, jika Nelvan tetap bersikap kasar maka Linda tidak punya pilihan lain untuk mengundurkan diri. Air mata di usap dari wajah Linda, ia tidak boleh cengeng, ini demi Allexin dan adiknya harus memiliki cita-cita yang bagus, menjadi pria yang mapan, jangan sampai Allexin mengikuti jejak kakaknya yang bekerja ke sana kemari han
Linda berganti pakaian dan segera menemui Allexin di tempat yang Mia sebutkan, Linda tidak ingin terjadi sesuatu dengan Allexin, sambil terus berlari akhirnya Linda melihat Allexin sedang duduk dengan kepala menunduk. “Allexin, what are you doing?” tanya Linda, antara cemas dan khawatir. Remaja itu mengangkat wajahnya yang memar di mana-mana, Linda menangkup wajah adiknya, Allexin di tarik ke pelukan oleh Linda, “Kamu kenapa berkelahi Al, sekarang kau seperti ini dan membuatku sangat cemas.” ucap Linda mendekap Allexin yang hanya diam merasa bersalah karena membuat Linda seperti ini. “Jangan menangis, aku melakukan ini karena mereka menghinamu, mereka bilang kau bekerja untuk melayani kebutuhan seorang laki-laki tua demi mendapatkan uang, mereka juga bilang kau menjual tubuhmu demi dapat membiayaiku, melihat kamu di hina seperti itu di depanku tentu saja aku tidak akan membiarkannya,” jawab Allexin, saat mengatakan hal itu ia tidak merasa bersalah sedikitpun
Nelvan melihat pekerjaan Linda cukup rapih bahkan gadis itu bekerja lebih cepat dari sebelumnya, sifat Linda terlihat aneh sejak tadi siang sebenarnya ada apa dengan gadis itu. “Linda.” panggil Nelvan, gadis itu pun menoleh dan menghampiri, “apa ada yang kamu inginkan?” tanya Nelvan. Linda justru memainkan jari-jari tangannya dan Nelvan mulai memperhatikan jika Linda mulai gugup pasti gadis itu akan memainkan tangannya, Nelvan menghela nafas rendah, “Baiklah-baiklah, aku tidak akan marah tapi katakan apa yang kamu inginkan, sikapmu aneh sejak tadi siang,” ucap nelvan seolah tau jika Linda takut ia marah. “Tuan Xander, sebenarnya saya sedang butuh—“ “Kau butuh uang?” sahut Nelvan, Linda langsung memberanikan diri menatap Nelvan sembari mengangguk pelan. “Maaf, tapi aku tidak berminat meminta tapi aku akan meminjam dan Anda bisa memotong gaji saya selama bekerja di sini,” ucap Linda dengan hati-hati. Nelvan tersenyum miring ketika Li
Nelvan melihat Linda, menunggu gadis itu melakukan apa yang ia katakan tapi Linda terlihat bergetar dan mencengkeram bajunya sendiri erat, apa benar Linda benar-benar masih suci? Nelvan tidak percaya hal seperti itu di jaman sekarang ini tapi melihat raut wajah Linda yang ketakutan justru membuat Nelvan tidak tega. Nelvan mendengus, “pergilah!” ujarnya, Linda menatap Nelvan dengan mata berair, “hari ini aku sangat lelah dan ingin segera istirahat jadi kau bisa keluar, tapi lain kali jika aku memintamu untuk melakukannya kau tidak boleh menolak, sekarang keluar sebelum aku berubah pikiran lagi.” lanjutnya. Linda berbalik tanpa mengatakan apapun, di luar pintu air mata yang sudah ia bendung menetes membasahi wajahnya, Linda pikir Nelvan tidak akan melakukan hal seperti itu tapi Linda salah dan ia sudah tidak bisa lari lagi dari takdirnya yang seperti ini. Segera Linda menuju ke kamarnya sendiri, menutup pintu dan menguncinya dari dalam, tubuh Linda lemas hingga