Share

Chapter 9. Tenggelam

Tak berhenti Linda menghembuskan nafas karena pekerjaan yang di berikan oleh Nelvan, pekerjaan yang bisa di lakukan dengan mudah justru di persulit oleh lelaki itu.

Menguras kolam? Yang benar saja, jika itu kolam akuarium dengan dia meter setengah meter mungkin Linda masih bisa melakukannya, tapi yang di suruh Nelvan adalah kolam renang dengan dia meter sembilan dan lebar nyaris empat meter.

“Apa dia masih waras? Sepertinya setelah aku berhasil menguras kolam ini aku akan memiliki bisep kekar seperti laki-laki.” Linda menatap lengan ototnya sambil merendahkan bahu, “kau akan menerima pekerjaan kuat jadi kau harus bersiap menerima otot kuat juga.” kata Linda pada lengannya sendiri.

Linda tidak tau berapa dalam kolam itu, semoga saja hanya sebatas lutut, ia tidak akan bisa menguras air sebanyak ini dengan kekuatan tangan.

“Kau tidak boleh menyerah, lakukan yang terbaik dan buat pria itu puas.” ucap Linda menyemangati dirinya sendiri.

Satu persatu ember di isi air oleh Linda lalu membuangnya, ia melakukan itu bukan sekali dua kali tapi berkali-kali sampai tubuhnya terasa lelah, Linda berhenti untuk mengambil nafas tenang setelah itu baru mulai mengangkat air dari kolam menggunakan ember.

Sedangkan di atas Linda, tepatnya di lantai dua yang menghadap langsung ke kolam renang ada Nelvan yang sedang memperhatikankerja keras Linda yang pantang menyerah bahkan di perintah untuk menguras kolam pun perempuan itu melakukannya padahal para maid sebelumnya langsung mundur bahkan ketika mereka baru melihat luas kolam renang yang ia miliki di rumah itu.

“Kau pasti akan menyerah, lihat saja otot lengan kecilmu itu yang memberontak untuk kau berhenti, wanita memang lemah dan aku benci melihat wanita.” gumam Nelvan.

“Boss tidak punya hati.” gumam Linda yang masih dapat di dengar oleh Nelvan.

Mendengar gerutuan gadis itu membuat Nelvan membulatkan matanya, “Beraninya dia-“ tapi memiih untuk tidak membentak Linda, gadis itu tidak tau jika Nelvan memperhatikan dari lantai dua sejak tadi.

“Apa dia tidak punya hati, aku di suruh menguras air sebanyak ini, jika sampai aku berhasil menguras lalu mengisi air yang baru aku akan menenggelamkan dia kedalamnya.” gerutu Linda sambil mengangkut air bolakbalik.

Linda duduk di tepi kolam, bajunya sudah banyak yang basah tapi ia tidak peduli, “Kapan air kolam ini akan berkurang, rasanya sudah dari tadi aku membuang airnya tapi tidak terlihat kurang sedikitpun, sebenarnya seberapa dalam kolam ini?” Linda mengulurkan tangan ke air mencoba mengukur seberada dalam kolam tersebut, namun sialnya ia malah tergelincir hingga tercebut ke air.

Berusaha untuk menepi, tapi Linda yang tidak bisa berenang kesusahan memijakkan kaki ke dasar kolam yang ternyata cukup dalam.

“Help!” seru Linda, dia benar-benar tidak bisa berenang dan kolam memiliki ke dalaman dua meter sedangkan Linda hanya memiliki tinggi badan seratus enam puluh tiga senti meter, kakinya tidak menatap dasar kolam yang membuat Linda mengambang dengan deru nafas yang tinggal sedikit.

Nafas Linda terjeda, ia kesulitan bernafas di dalam air. Sedangkan di atas Nelvan tersenyum sinis, “Apa yang kau lakukan, cepatlah naik, apa kau tidak bisa berenang.” ucapnya berseru.

sedangkan Linda berusaha menepi, tapi kesulitan. Kakinya tidak menapak ke dasar kolam.Tubuh Linda lemas, ia melihat perlahan tubuhnya mulai kehilangan tenaga.

Nelvan masih memperhatikan sampai ia tidak melihat pergerakan linda di dalam air, spontan Nelvan langsung berdiri lalu berlari ke arah kolam sebelum menceburkan diri membantu Linda keluar dari air tanpa pikir dua kali.

Gadis itu sudah tidak sadarkan diri saat Nelvan berhasil membawanya ke tepi, tepukan di pipi Linda di berikan oleh Nelvan tapi tidak ada respon dari Linda. Wajah gadis yang tengah pingsan itu terlihat pucat, seluruh tubuhnya basah kuyup.

“Linda, hei!” ujar Nelvan sembari menekan dadaa Linda untuk mengeluarkan air yang di telan oleh gadis itu tapi Nelvan masih juga tidak melihat Linda akan segera sadar, tanpa pikir panjang Nelvan memberikan nafas buatan di bibir Linda, percobaan pertama tidak berhasil sampai Nelvan mengulanginya lagi sampai detik selanjutnya air yang cukup banyak di keluarkan oleh gadis itu.

Linda terbatuk-batuk, namun ia di buat kaget dengan keberadaan Nelvan yang juga basah kuyup berada di depannya, Nelvan menyugar rambutnya yang basah ke belakang dengan jari, sejenak Linda terpesona dengan sosok pria di depannya ini.

Tetesan air membasahi kening Nelvan, bola mata dan alis tebal lelaki ini mempertegas wajahnya yang tampan. Linda berkedip-kedip.

“Tuan Xander, bagaimana Anda bisa-“ kalimat Linda tidak di lanjutkan, ia tidak melihat ada kursi roda Nelvan di sekitar sini lalu bagaimana lelaki ini bisa membantunya dari kolam?.

Linda menyentuh bibirnya, tadi itu apa mimpi atau bagaimana? Sepertinya Linda merasakan sesuatu yang baru di permukaan bibirnya, Nelvan mendengus melihat Linda.

“Apa kamu tidak ingin berterima kasih setelah aku membantumu yang hampir mati tenggelam?” ujarnya.

“Ah itu. Terima kasih sudah menolongku tapi bagaimana Anda bisa kemari?” tanya Linda heran.

Sial, Nelvan baru sadar tindakannya sampai melupakan jika kursi rodanya tertinggal di lantai dua, jika ia mengatakan yang sebenarnya maka kepura-puraan jika dirinya cacat akan terbongkar saat ini juga.

Dan kebetulan Nelvan melihat tongkat kruk yang dulunya sempat tidak jadi di buang oleh Hans, benda itu masih ada di dekat gazebo dan belum di pindahkan.

“Aku memakai itu, ah sudahlah. Karena membantumu aku jadi basah seperti ini, jadi bantu aku ke kamar untuk membersihkan diri.” ujar Nelvan.

Linda berdiri lebih dulu, ia juga dalam kondisi basah kuyup tapi berkat bantuan Nelvan ia tidak jadi mati tenggelam, dengan hati-hati Linda memapah tubuh Nelvan berjalan ke arah kamar lelaki itu.

“Siapkan pakaianku dan bantu aku mandi.” Nelvan memerintah tanpa berpikir, apa yang ia ingin ucapkan maka itu yang keluar dari bibirnya sampai membuat Linda kaget.

“APA!” pekik Linda.

Nelvan menoleh, “Aku tidak suka mengulangi kalimat yang sama untuk berbicara denganmu.” ucap Nelvan geram.

Linda menunduk memelintir jari-jarinya setelah itu dia mendudukkan Nelvan ke atas closet yang tertutup, “Maaf Tuan Xander, Anda tidak seharusnya meminta bantuan saya untuk mandi, itu adalah privasi Anda dan saya tidak ing-“

“Kau membatah perintahku! Apa aku harus membiarkanmu mati tenggelam seperti tadi!” sahut Nelvan bernada sarkas.

Glekk..

“Isi bathtube dengan air hangat, pastikan tidak terlalu panas atau terlalu dingin.”

Linda mengangguk, ia pun menyalakan dan mengatur air seperti yang di minta oleh Nelvan setelah itu Linda keluar untuk mempersiapkan pakaian yang akan lelaki itu pakai, Linda merapatkan matanya, selama ia hidup tak pernah membantu seorang pria untuk mandi.

Bahkan adiknya Allexin pun tidak pernah di mandikan oleh Linda lalu sekarang seorang pria dewasa berumur dua puluh tujuh tahun memintanya melakukan hal itu?.

Setelah selesai menyiapkan pakaian untuk Nelvan, Linda kembali ke kamar mandi untuk memastikan air sudah cukup atau belum, setelah itu Linda membantu Nelvan masuk ke bathtube dengan hati-hati.

Lelaki itu menatap Linda, “Apa aku bisa mandi dengan bersih jika pakaianku tidak di lepas?” ucap Nelvan.

“Tuan Xander, saya tidak bisa melakukan hal itu, Anda bisa melakukannya sendiri.” kata Linda menolak, tak pernah terbayangkan di opikiran Linda jika ia harus memandikan pria dewasa seperti Nelvan.

“Lalu untuk apa aku memperkerjakan kamu di sini jika tidak untuk aku perintah!” sahut Nelvan membentak.

Perasaan Linda bergemuruh, ia berdebar-debar, tidak mungkin ‘kan ia membuka baju Nelvan lalu melihat tubuh atletis pria ini? Bagaimana jika terjadi sesuatu setelahnya? Meskipun Nelvan cacat tapi dia adalah pria normal, Linda takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

“Jangan bersikap seperti gadis polos, di jaman seperti sekarang tidak ada yang seperti itu, kau pasti sudah melihat tubuh pria lain di luar sana lalu apa salahnya melihat satu orang lagi.” ujar Nelvan.

Tangan Linda mengepal, ia memang pernah melihat tubuh laki-laki jauh sebelum mengenal Nelvan, tapi laki-laki itu adalah Allexin - adiknya selain, itu tidak ada. Kalimat Nelvan menusuk batin Linda, apakah semua gadis yang Nelvan kenal bukan gadis polos sampai dengan mudahnya lelaki ini mengatainya bukan gadis polos? Linda merasa tercubit oleh kalimat Nelvan, karena pada nyatanya Linda memang masih belum perah di sentuh oleh pria manapun.

“Apa lagi yang kau tunggu, cepat lakukan.” kata Nelvan lagi.

“Maaf.” Linda mengulurkan tangan dengan gemetar memberanikan diri membuka satu persatu kancing baju Nelvan, melihat tangan Linda yang gemetar dan wajah gadis itu yang di palingkan membuat Nelvan mengernyitkan kening.

Apa gadis di depannya ini benar-benar sepolos kelihatannya? Tapi tidak mungkin, Nelvan tidak percaya hal seperti itu masih ada, tapi jika tidak kenapa tangan Linda bergetar?.

Nelvan memegang tangan Linda, gadis itu langsung terlihat tambah tegang seolah belum pernah di pegang seperti itu oleh pria.

“Berapa usiamu?” tanya Nelvan.

“Sembilan belas tahun, Tuan.” jawab Linda masih memalingkan wajah tak berani melihat Nelvan. Perasaannya berdebar hebat di dalam sana, bahkan untuk menatap Nelvan yang hampir tak memakai baju pun Linda tak sanggup.

Linda dengan hati-hati berusaha menarik tangannya dari Nelvan, “Anda bisa melepas pakaian Anda sendiri, saya ... tidak bisa.” pamit Linda ingin melarikan diri, namun Nelvan mencengkeram tangan Linda.

Kedua kelopak mata Linda merapat, debaran jantungnya memompa darah lebih cepat karena takut.

“Siapa yang menyuruhmu pergi, lakukan pekerjaanmu sampai selesai.” ucap Nelvan.

Linda menggelengkan kepalanya tetap menolak, tangannya yang di pegang oleh Nelvan bergetar dan Nelvan bisa merasakannya.

Reaksi macam apa ini yang di terima oleh Linda, apa Linda benar-benar tidak berani melihatnya atau gadis ini hanya pura-pura agar membuatnya terkesan?. Tapi Linda sama sekali tidak mau berbalik membuat Nelvan sedikit percaya jika Linda masih sepolos kelihatan nya.

“Lakukan tugasmu sekarang.” ucap Nelvan, kedua mata Linda tertutup rapat kemudian menggeleng lagi.

“Maaf Tuan Xander, saya tidak bisa, jika Anda menyuruh saya melakukan apapun saya akan berusaha melakukannya tapi untuk membuka pakaian Anda saya tidak berani meskipun Anda yang memintanya, sekali lagi saya minta maaf.” Linda menarik tangannya yang di cengkeram oleh Nelvan lalu berlari keluar.

Nelvan tersenyum miring sambil menatap arah kepergian Linda, satu persatu kancing baju di lepaskan oleh Nelvan dan melemparnya ke dekat keranjang, Nelvan merentangakan tangan di pinggiran bathtube, kepalanya mendongak merasakan hangat air yang mengenai kulitnya.

“Akan aku coba nanti apakah kau sepolos kelihatannya atau sudah ada pria yang sudah pernah menyentuhmu, aku tidak percaya perempuan sekarang masih ada yang bisa menjaga kesucian di usia sembilan belas tahun, kali ini aku tidak akan di bodohi oleh wanita, mereka hanya lah parasit yang harus segera di basmi satu persatu atau jika bisa sekaligus pun tidak masalah,” batinnya.

___

Bersambung...

Komen (10)
goodnovel comment avatar
Ever David
novel nggak berbobot sdh kita buang data untuk buka masi dinpersulit dgn koin lagi
goodnovel comment avatar
Widya Nur Kartika Dewi
ayo lnjutkan
goodnovel comment avatar
Widya Nur Kartika Dewi
ayo lnjutkan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status