Linda menyentuh bibirnya, pintu di tutup dari dalam tanpa membiarkan ada orang masuk bahkan pemilih rumah itu sekalipun. Jika tidak salah tadi Linda merasakan sesuatu di permukaan bibirnya, apa itu nafas buatan yang Nelvan berikan? Kedua bola mata Linda membola, mau nafas buatan atau apapun itu yang jelas lelaki tadi telah mengambil first kissnya.
Dan Linda juga tidak mengira Nelvan akan memberikan perintah untuk membuka baju, meskipun Nelvan yang meminta dengan sendirinya tapi Linda masih waras untuk tidak melakukan tindakan seperti itu.
Selain tidak sopan membuka baju orang lain, ia juga tau Nelvan adalah pria normal, jangan sampai sentuhan yang tanpa sengaja Linda lakukan berhasil membuat lelaki itu bangun dan bersikap agresif.
Linda segera menggeleng dan segera membersihkan tubuhnya sebelum berganti pakaian kering, jangan sampai ia sakit atau Nelvan akan memakinya semakin banyak lagi.
Menatap pantulan diri di cermin. Ada sedikit lebam di lengan at
Ini bukan cerita pertamaku, jika berkenan temui aku di aplikasi kuda poni
Pekerjaan yang sama perlahan mulai di tekuni oleh Linda, rumah Nelvan begitu luas ia tidak bisa menyelesaikan sekaligus jadi sedikit demi sedikit sesuai kemampuannya ia akan membersihkan rumah itu. “Siapa ya perempuan yang datang kemarin?” gumam Linda. “Kau tidak perlu tau dia siapa.” sahut Nelvan. Linda langsung berbalik kaget melihat ada suara Nelvan di belakangnya, lelaki itu mengendalikan kursi rodanya dengan remot kendali melewati Linda untuk menuju ke dekat kolam ikan hias, menenangkan diri dengan suara air yang mengalir. “Dia mengagetkanku,” ucap Linda. “Hans.” sapa Linda ketika melihat asisten Nelvan datang, Hans tersenyum ke arah Linda, “Kamu melihat Tuan muda?” tanya Hans, Linda mengangguk sambil menunjuk di mana Nelvan berada. Hans menuju ke arah yang Linda tujuk untuk menemui Nelvan, mereka berbicara mengenai pekerjaan yang tidak Linda ketahui, mengabaikan apa yang Hans dan Nelvan lakukan membuat Linda menggelengkan kepala
Entah apa lagi yang harus Linda lakukan, ia berusaha untuk kebal terhadap bentakkan Nelvan dan kemarahan lelaki itu tapi ini sulit, perasaannya tidak suka di bentak ia akan merasa sangat tidak di hargai dan seolah teringat masa lalu yang menyakitkan terhadap bentakan. Buliran air mata menetes saat Linda bekerja, tatapan matanya menjadi blur saat terpenuhi oleh air mata, Linda ingin berhenti meski ia belum cukup lama bekerja di tempat itu tapi beberapa minggu lagi adalah pembayaran uang sekolah Allexin, jika ia tidak bekerja lalu dari mana uang yang cukup banyak itu ia dapatkan?. Linda akan berusaha bertahan hingga satu bulan ini berakhir, jika Nelvan tetap bersikap kasar maka Linda tidak punya pilihan lain untuk mengundurkan diri. Air mata di usap dari wajah Linda, ia tidak boleh cengeng, ini demi Allexin dan adiknya harus memiliki cita-cita yang bagus, menjadi pria yang mapan, jangan sampai Allexin mengikuti jejak kakaknya yang bekerja ke sana kemari han
Linda berganti pakaian dan segera menemui Allexin di tempat yang Mia sebutkan, Linda tidak ingin terjadi sesuatu dengan Allexin, sambil terus berlari akhirnya Linda melihat Allexin sedang duduk dengan kepala menunduk. “Allexin, what are you doing?” tanya Linda, antara cemas dan khawatir. Remaja itu mengangkat wajahnya yang memar di mana-mana, Linda menangkup wajah adiknya, Allexin di tarik ke pelukan oleh Linda, “Kamu kenapa berkelahi Al, sekarang kau seperti ini dan membuatku sangat cemas.” ucap Linda mendekap Allexin yang hanya diam merasa bersalah karena membuat Linda seperti ini. “Jangan menangis, aku melakukan ini karena mereka menghinamu, mereka bilang kau bekerja untuk melayani kebutuhan seorang laki-laki tua demi mendapatkan uang, mereka juga bilang kau menjual tubuhmu demi dapat membiayaiku, melihat kamu di hina seperti itu di depanku tentu saja aku tidak akan membiarkannya,” jawab Allexin, saat mengatakan hal itu ia tidak merasa bersalah sedikitpun
Nelvan melihat pekerjaan Linda cukup rapih bahkan gadis itu bekerja lebih cepat dari sebelumnya, sifat Linda terlihat aneh sejak tadi siang sebenarnya ada apa dengan gadis itu. “Linda.” panggil Nelvan, gadis itu pun menoleh dan menghampiri, “apa ada yang kamu inginkan?” tanya Nelvan. Linda justru memainkan jari-jari tangannya dan Nelvan mulai memperhatikan jika Linda mulai gugup pasti gadis itu akan memainkan tangannya, Nelvan menghela nafas rendah, “Baiklah-baiklah, aku tidak akan marah tapi katakan apa yang kamu inginkan, sikapmu aneh sejak tadi siang,” ucap nelvan seolah tau jika Linda takut ia marah. “Tuan Xander, sebenarnya saya sedang butuh—“ “Kau butuh uang?” sahut Nelvan, Linda langsung memberanikan diri menatap Nelvan sembari mengangguk pelan. “Maaf, tapi aku tidak berminat meminta tapi aku akan meminjam dan Anda bisa memotong gaji saya selama bekerja di sini,” ucap Linda dengan hati-hati. Nelvan tersenyum miring ketika Li
Nelvan melihat Linda, menunggu gadis itu melakukan apa yang ia katakan tapi Linda terlihat bergetar dan mencengkeram bajunya sendiri erat, apa benar Linda benar-benar masih suci? Nelvan tidak percaya hal seperti itu di jaman sekarang ini tapi melihat raut wajah Linda yang ketakutan justru membuat Nelvan tidak tega. Nelvan mendengus, “pergilah!” ujarnya, Linda menatap Nelvan dengan mata berair, “hari ini aku sangat lelah dan ingin segera istirahat jadi kau bisa keluar, tapi lain kali jika aku memintamu untuk melakukannya kau tidak boleh menolak, sekarang keluar sebelum aku berubah pikiran lagi.” lanjutnya. Linda berbalik tanpa mengatakan apapun, di luar pintu air mata yang sudah ia bendung menetes membasahi wajahnya, Linda pikir Nelvan tidak akan melakukan hal seperti itu tapi Linda salah dan ia sudah tidak bisa lari lagi dari takdirnya yang seperti ini. Segera Linda menuju ke kamarnya sendiri, menutup pintu dan menguncinya dari dalam, tubuh Linda lemas hingga
WARNING!! MATURE CONTENT!!___Melihat Linda berdiri dengan syok dan tidak percaya membuat Nelvan menghela nafas rendah, ia terlanjur ketahuan jadi tidak mungkin berpura-pura lagi di depan Linda. Nelvan berjalan ke arah Linda dan gadis itu refleks bergerak mundur, “Anda, Anda bisa berjalan?” ucap Linda masih kaget. Bagaimana tidak kaget jika ia melihat dengan mata kepalanya ketika orang yang selama ini duduk di kursi roda kini bisa berjalan dengan santai. Sekali lagi helaan nafas keluar dari bibir Nelvan saat matanya bertemu dengan wajah Linda yang masih terlihat kaget. “Karena kamu sudah tau aku tidak perlu berpura-pura lagi di depanmu, tapi—“, Nelvan mencondongkan wajahnya ke depan Linda yang lebih pendek darinya, “—sampai berita jika aku bisa berjalan menyebar maka aku tidak menjamin kamu masih bisa bernafas lagi.” ancam Nelvan lalu pria itu mendorong Linda untuk menyingkir dari jalannya. Linda menyentuh baju di depan dadanya, ia tidak
Linda terbangun saat matahari sudah memasuki ruangan kamar Nelvan yang luas, saat membuka mata Linda sudah tidak melihat Nelvan di manapun, sekujur tubuhnya sakit semua terlebih di bagian bawah sana yang telah menumpahkan darah suci menjadi kotor. Tangis tanpa suara kembali di rasakan oleh Linda, ia bergerak duduk dengan manahan rasa perih yang luar biasa, bekas darah masih berada di atas tempat tidur dan itu tidak sedikit, Linda tidak bisa bergerak ia merasa sakit, tubuh dan hatinya, semuanya. Ia sakit sampai tidak tau obat apa yang bisa mengobati rasa sakitnya. Saat teringat kejadian semalam, Linda merasa sesak, untuk menghirup nafas saja seolah sangat sulit. Melihat kamar yang sepi, tidak terlihat ataupun tanda-tanda Nelvan berada di kamar mandi. kepala Linda melihat ke arah jam digital, waktu telah menunjukkan pukul delapan pagi, dengan memaksakan diri untuk berdiri Linda harus menahan perih, setiap langkah yang ia ambil seolah ingin menghancurkan tubuhnya menjad
Dua hari di rawat di rumah sakit, Nelvan membawa Linda pulang untuk di rawat di rumah, Nelvan kira kondisi Linda tidak perlu mengharuskan gadis itu terlalu lama di rumah sakit. “Aku memberikanmu ijin tiga hari sampai kondisi membaik, setelah itu kau bisa melanjutkan pekerjaanmu lagi.” ucap Nelvan sebelum lelaki itu pergi meninggalkan Linda di kamar yang di sediakan untuk Linda tinggali. Nelvan menyugar rambutnya dengan jari ke belakang lalu ia memanggil Hans untuk datang agar mereka bisa ke perusahaan bersama, Nelvan punya banyak alasan kenapa ia harus berpura-pura cacat padahal kecelakaan yang menimpanya dulu tidak begitu parah. Saat Nelvan pergi, Linda hanya seorang diri di dalam kamar, meratapi hidupnya yang entah akan bagaimana kedepannya, sebuah panggilan masuk dari Allexin. “Linda, kau tidak pulang minggu ini?” tanya Allexin tepat saat wajah Linda terlihat di layar smartphone. Linda berusaha terlihat jauh lebih baik saat ia berhadapa