Share

Selamat Malam Profesor!

Rasanya begitu lama sekali listrik padam, apa tidak ada satpam atau penjaga Lab yang berpatroli di kampus malam ini. Itu yang Laura pikirkan sedari tadi. Beruntung ada James yang menemani dan menjaganya dengan sangat baik. Sungguh perhatian James meminjamkan jaketnya dan membaginya cokelat bahkan menyuapkannya sendiri beberapa kali sampai rasa dingin yang tadi menyerangnya mulai tergantikan dengan rasa hangat di tubuhnya. 

Sayang sekali usia mereka tentunya berjarak sangat jauh pikir Laura. Mungkin James baru berusia 21 sedangkan Laura 32 tahun ini. Wow 11 tahun, mungkin aku lebih cocok jadi tante nya James daripada jadi pacarnya. Wake up Laura! batinnya menegur dirinya sendiri.

"Prof Laura tinggal dimana?" tanya James kepo sekalipun nadanya begitu ringan.

"Eh... saya tinggal di Royal Heritage Apartment. Sekitar setengah jam dari kampus." jawab Laura.

"Sendiri atau dengan siapa?"selidik James.

"Sendiri sih. Keluarga besar tinggal di Godean. Aku ingin privasi saja jadi lebih memilih tinggal sendiri di apartment."jawab Laura lagi tanpa curiga sedikitpun sekalipun lebih mirip diinterogasi oleh James.

James tersenyum mendengar bahwa Laura masih single dan tinggal sendiri di apartmentnya. Sebenarnya apartment Laura itu jaraknya dekat dengan apartment James hanya 5 menit jalan kaki Intercontinental Residence nama apartment tempat James tinggal. Keluarga besar James sebenarnya tinggal di Jakarta. Ayah James adalah seorang pengusaha di bidang properti, 2 saudaranya yang lebih tua meneruskan usaha ayah mereka di kantor Jakarta. James memiliki pasion yang berbeda dengan kakak kakaknya untuk dia jalani sendiri.

Malam semakin larut dan listrik tak kunjung hidup. James merasa kuatir dengan Laura yang nampaknya belum makan entah sedari kapan. Dia pun berdoa dalam hatinya agar listrik segera menyala. 

"Prof Laura apa anda baik baik saja?" tanya James memastikan keadaan Laura karena wanita di sebelahnya terdiam beberapa saat.

"Iya aku baik baik saja James, tenanglah. Aku tak serapuh kelihatannya." jawab Laura meyakinkan.

Suara perut Laura keroncongan terdengar kencang di telinga James, dia pun mendengus menahan tawanya.

"Saya rasa Ascaris lumbricoides anda berdemo di dalam perut. ahahahaa" tukas James seraya tertawa keras.

Wajah Laura sepertinya berubah merah kuning hijau karena malu mendengar sindiran James. 

Sial sekali memang terperangkap dalam kegelapan dengan kondisi kelaparan seperti korban penculikan saja. Tapi penculiknya tampan sekali seperti Oppa Park Seo Joon, sungguh melegakan, Laura pun terkikik. Dari beratus ratus aktor drakor yang tampan hanya Oppa Park Seo Joon yang ter dbest, one in a million dan so charming sehingga sering membuat Laura baper dan bucin setiap menonton semua film dan drama yang dibintangi Park Seo Joon. Sebetulnya Laura lebih suka aktor western yang macho dan kekar kalo untuk kriteria pacar seperti mantannya selama berkuliah di Australia, Philip Landon. Masa lalu biarlah masa lalu. Laura mengusir memorinya yang muncul tanpa permisi itu.

"Ahh akhirnya lampu menyala." seru Laura dengan bahagia. 

James memandangi Laura yang begitu ceria menyambut terang di ruangan Lab Patologi Anatomi. Aduh damage nya setara bom atom Nagasaki Hiroshima rutuknya dalam hati. James pun membantu Laura untuk berdiri, ini sudah malam dan sebaiknya mereka pulang.

"Prof Laura saya antar ke parkiran ya. Saya tunggu di depan Lab." ujar James yang seperti tidak ingin menerima bantahan dan Laura menganggukkan kepalanya dengan patuh.

"Saya ambil tas dan blazer dulu ya. Eh ini jaket kamu James. Terimakasih." 

Tak lama kemudian Laura menghampiri James yang sedang berdiri menyandar di tiang bangunan di depan Lab Patologi sembari menatap ke arah Laura. 

"Duluan Prof." kata James singkat lalu membuntuti Laura sampai ke samping mobil HRV merah milik Laura. James melihatnya, ban mobil itu kempes parah, agak mencurigakan batinnya. 

"Wah hari yang sial buat Prof Laura sepertinya." ujar James prihatin.

Laura begitu kecewa melihat ban belakang mobilnya kempes parah, hilang sudah impiannya untuk pulang makan malam, berendam di bathtub dan tidur nyenyak malam ini. Dia bingung harus bagaimana.

James lalu berkata, " Prof Laura ikut mobil saya saja ya. Besok biar diurus teknisi bengkel. Sudah terlalu malam untuk mengganti ban." Digandengnya tangan Laura menuju ke mobilnya yang terparkir di pojok dekat pohon palem.

Laura menurut saja dengan kemauan James karena dia ingin segera pulang dan beristirahat, tak ada tenaga untuk membantah.

James membukakan pintu mobil Fortuner putihnya untuk Laura dan segera menuju ke bangku pengemudi. Tidak lupa dia memakaikan seat belt ke tubuh Laura. 

"Mau mampir dulu ke apartment saya untuk makan malam? Mau makan apa malam ini Prof Laura?"tanya James dengan pede padahal Laura belum mengiyakan mau bertamu ke apartment nya.

Laura benar benar tidak punya ekstra tenaga untuk berdebat dan memasak malam ini. "Oke, aku sepertinya harus merepotkanmu lagi James. Gimana kalo nasi ayam hainan dan mie shecuan?"

"Oke saya pesankan di Gof**d. Jangan sungkan Prof."James mengetikkan orderannya di HP. Done. Sekarang dia hanya tinggal berkendara ke apartment nya.

Sesampainya di Intercontinental Residence, James pun segera memarkir mobilnya di basement dan naik lift ke lobi untuk mengambil makan malam mereka di resepsionis. Lalu dia mengajak Laura naik ke room nya di lantai 12, lantai teratas dan termewah di bangunan apartment itu. 

"Silakan masuk Prof Laura." ujar James setelah memasukkan kode keypass room nya. Lampu dan AC pun otomatis menyala. 

Laura pun masuk ke apartment James, dia pun bertanya, " Tinggal sendiri saja atau dengan room mate?"

"Sendiri saja." jawab James singkat sambil menata makanan pesan antarnya di meja makan. Sesekali dia curi curi pandang ke arah Laura yang sedang berkeliling di dalam apartment nya. "Cuci tangan dulu yuk terus makan, kamu pasti lapar."

Mereka berdua makan dengan hening. Laura menikmati sajian makan malamnya dan menghabiskan seporsi nasi ayam hainan dengan cukup cepat dan berbagi mie shecuan dengan James, cah sayur kailan side dish nya pun tandas tak bersisa. Lapar! Setelah itu James tidak mengizinkan Laura mencuci peralatan makan mereka, katanya ada cleaning service yang datang setiap pagi membersihkan apartment nya.

"Bisa tunggu saya mandi sebentar Prof Laura? Setelah ini saya antar pulang." ujar James seraya menghidupkan home theatre nya dan menyerahkan remote nya pada Laura. Laura menerima remote itu dan mengangguk setuju, dia duduk di sofa yang sangat empuk di depan Home Theater. Dan dia pun tertidur.

James mandi dengan shower air dingin untuk mengusir rasa gerah di tubuhnya. Tubuhnya memang dambaan kaum hawa, six pack tanpa lemak dengan biseps padat. Dia sebenarnya ingin memiliki hubungan spesial dengan Prof Laura, tapi dia rasa gadis itu agak out of his league. Terlepas dari latar belakang keluarganya yang tajir melintir, dia merasa hanya mahasiswa biasa yang sedang berjuang mendapatkan gelar sarjana kedokteran hewan sebelum koas profesi.

Setelah memgeringkan tubuhnya dengan handuk dan memakai kaus katunnya dan celana kain selutut, James pun menuju ke ruang tengah. Dia melihat Laura tertidur nyenyak dengan posisi telentang yang menurutnya agak lucu, asal asalan sekali dan bibirnya terbuka sedikit, dadanya naik turun teratur membuat James teringat saat tubuh itu menimpanya tadi, membangkitkan hasrat lelakinya yang biasanya setenang air telaga.

James berjalan mendekati tubuh Laura dan merapikan rambut yang menutupi wajah cantik gadis itu. Lelap sekali batinnya. Wajahnya mendekat ke wajah Laura dan mencium lembut bibir yang merah merekah itu. Cup. Otaknya seperti meleleh seketika menerima sensasi ciuman pertamanya setelah 21 tahun dia hidup. Sepertinya James sudah kehilangan akal, itu dosennya, Profesor Laura!! Bulu mata lentik itu bergetar seperti sayap kupu kupu dan matanya terbuka, bola mata biru sewarna langit senja itu menatapnya tenang. "Oppa."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status