Share

7. Kasus Aneh

Happy reading....

Yeo Oh Kim berjalan cepat ke arah para rekan sesama profesinya. Mereka yang semula terlihat sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing berbalik untuk memberi hormat pada pria itu.

"Apa yang terjadi dibsini?" tanya Yeo Oh pada salah satu polisi di sana.

"Bunuh diri, Pak. Dia menggunakan arang untuk membuatnya sesak napas dan meninggal," jelas pria itu tegas khas seorang polisi pada umumnya.

Yeon Oh mengangguk lalu melanjutkan langkahnya menuju

tempat kejadian perkara. Tubuh dari korban masih tergeletak untuk keperluan foto bukti. Pria itu memakai masker dan juga sarung tangan lalu mendekati sambil memperhatikan dengan seksama keadaan mobil maupun tubuh korban. 

"Hei! Apakah kalian yang memecahkan kaca mobilnya?" tanya Yeo Oh berbalik menatap para rekannya.

"Kaca itu sudah pecah saat kami datang, Pak," jawab pria yang bersama Yeo Oh tadi. Juniornya sekaligus partnernya, Young Ji Park.

Yeo Oh berdiri tegap sambil menatap mobil itu bingung. Young Ji pun mendekatinya lalu bertanya, "Ada apa, Pak?" 

"Apa kau tahu siapa yang memecahkan kaca mobil ini?"

Young Ji menggeleng."Tidak, Pak, kami tidak tahu siapa yang memecahkannya mungkin orang yang menelpon polisi."

"Dimana orang itu?" tanya Yeo Oh sambil melepas masker serta sarung tangannya.

"Itu dia disana, Pak," jawabnya sambil menunjuk pria yang sedang diinterogasi oleh dua orang polisi.

Yeo Oh mendekati tiga orang itu. "Selamat malam, jadi benar Anda yang melapor tadi?" tanya Yeo Oh tanpa basa basi.

"Benar, Pak," jawabnya cepat dengan raut wajah yang masih terlihat sangat kaget.

"Apakah Anda mencoba menyelamatkan korban?"

"Menyelamatkannya?" Pria itu terlihat bingung. "Tidak, Pak. Saat saya sampai dibsini korban memang sudah meninggal jadi saya tidak melakukan apa-apa kecuali segera menelpon polisi," lanjutnya.

"Ah, begitu," Yeo Oh hanya mengangguk pelan lalu menatap kembali ke arah mobil korban. Tim medis sudah memindahkan mayat tersebut karena tim polisi dan detektif sudah selesai memeriksanya.

"Terima kasih sudah menelpon. Kerja sama Anda amat kami hargai," kata Yeo Oh tersenyum simpul lalu pergi dari sana.

Dia menuju ke tim medis lalu bertanya, "Jadi bagaimana?"

"Ini memang murni bunuh diri. Kami tidak menemukan apapun yang mencurigakan di tubuhnya," jawab salah satu tim medis di sana.

"Baiklah kalau begitu aku akan memeriksa kembali mobilnya," ujar Yeo Oh kemudian berjalan ke mobil korban.

Dia kembali memakai sarung tangannya lagi dan mulai memeriksa semua bagian mobil itu dari luar sampai di dalamnya. 

"Ada apa, Pak? Apakah kau merasa jika ini bukan kasus bunuh diri?" tanya Young Ji yang setia mengikuti Yeo Oh kemanapun ia pergi. Seperti anak ayam yang mengikuti induknya.

"Seseorang yang bunuh diri dengan membakar arang tidak mungkin memecahkan kaca mobilnya sendiri, itu akan membuat asap dari arang keluar, lalu bagaimana bisa kita mengatakan dia tewas karena menghirup asap dari arang itu?" tuturnya tanpa berhenti melihat sekeliling mobil itu.

"Anda benar juga, Pak. Jika dia memang ingin bunuh diri kenapa dia memecahkan kaca mobil?" ucap Young Ji mulai paham akan kecurigaan sang senior.

Mata Yeo Oh mengerut saat melihat sesuatu di bawah jok. Sebuah ponsel. Dia mengambil ponsel itu lalu memberikannya pada Young Ji yang berada di belakangnya. 

"Bawa ini sebagai barang bukti," ucapnya melepaskan sarung tangannya. "Dan perintahkan pada tim forensik untuk memeriksa kaca yang pecah itu, mungkin ada sidik jari atau apapun yang bisa menjadi barang bukti lainnya. Mengerti!" lanjutnya.

"Baik, Pak!" kata Young Ji lantang membuat Yeo Oh tersenyum tipis melihat semangat dari juniornya.

Setelah semuanya selesai, pria itu kembali ke kantor polisi. Mendudukkan dirinya di kursi lalu membuang napasnya berat.

"Sepertinya aku harus lembur lagi malam ini," lirih pria itu meletakkan topi yang di pakainya. Dia mengambil benda segi empat di atas mejanya. Dua sudut bibir pria itu terangkat saat melihat layar ponselnya. Foto Yeoni, Yeojun dan dirinya menghiasi layar ponsel itu. Senyum dua malaikatnya itu yang selalu menjadi penyemangat ketika dia sedang merasa lelah dengan pekerjaannya seperti sekarang.

"Maafkan, Ayah, Nak."

***

Pagi itu Yeo Oh ikut serta dalam acara kremasi korban. Dia juga sempat berbicara sebentar dengan keluarga dari Tuan Shim tersebut.

Setelahnya dia bergegas menuju kantor. Kasus itu sebenarnya sudah ditutup, namun Yeo Oh masih merasa ada yang janggal dari kasus ini.

"Maaf, Pak mengganggu," ucap seseorang membuyarkan lamunan Yeo Oh. 

"Iya, ada apa, Young Ji?" tanyanya pada pria di depannya.

"Ini ponsel Tuan Shim sudah di perbaiki," jawabnya seraya memberikan ponsel berwarna hitam tersebut.

"Kerja bagus," puji Yeo Oh lalu mengambil ponsel itu dan segera mengaktifkannya. Dia memeriksa ponsel itu dengan teliti.

"File apa ini?" gumam Yeo Oh menyerengitkan dahinya. Dia menekan layar ponsel itu hingga rekaman suara tersebut terdengar. Kedua pria itu membulatkan matanya setelah mendengar suara tersebut.

Tanpa menunggu Yeo Oh dan Young Ji segera beranjak menuju kekediaman Tuan Shim.

"Selamat sore," sapanya saat melihat wanita itu membuka pintu.

"Silakan masuk," kata wanita itu mempersilakan dua polisi itu untuk masuk ke dalam rumah.

"Maaf kami mengganggu waktu Anda sebentar. Ada beberapa pertanyaan yang ingin kami ajukan terkait penyelidikan," kata Yeo Oh sopan.

"Ada apa?" tanya wanita itu pelan.

Yeo Oh dan Young Ji saling memandang satu sama lain sebelum menatap wanita di depannya lagi.

"Apakah malam itu Anda tidak bersama dengan tuan Shim?" Pertanyaan pertama yang diajukan oleh Yeo Oh untuk mengorek keterangan dari istri Tuan Shim.

"Malam itu suamiku pamit untuk membeli sesuatu di luar rumah jadi aku tidak menaruh curiga sama sekali," jawab nyonya Shim sendu.

"Sebelum meninggal apakah suami Anda menunjukkan sikap yang aneh?"

"Dia memang mengeluh jika dia memiliki masalah di kantor. Aku juga sudah menyuruhnya untuk berhenti dan mencari pekerjaan lain tapi dia mengatakan masih bisa mengatasinya," kata nyonya Shim mengambil napas dalam lalu melanjutkan ucapannya. "Belakangan dia sering keluar malam untuk minum. Dan saat mabuk barulah aku atau putriku akan menjemputnya di kedai atau bar." 

Wanita itu berpikir sejenak sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Tapi beberapa hari yang lalu hingga dia ditemukan meninggal, dia sudah tidak pernah keluar untuk mabuk-mabukkan lagi," tambahnya menatap kedua polisi itu dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Dia seperti kembali menjadi suamiku yang dulu." Tubuh wanita itu bergetar hebat saat menahan air matanya untuk tidak keluar namun ternyata dia tidak bisa menahannya.

"Aku sangat bingung kenapa dia memilih jalan untuk bunuh diri padahal aku dan putriku masih sangat membutuhkannya," lirihnya seraya mengusap air mata yang berada di pipinya yang mulai mengeriput.

Yeo Oh membuang napasnya pelan. Tidak tega melihat wanita di depannya kembali mengenang sang suami yang mungkin sudah tenang di alam sana namun dia sangat butuh keterangan dari wanita itu agar kecurigaannya akan kematian Tuan Shim bisa terungkap.

Yeo Oh mengeluarkan ponsel milik Tuan Shim lalu meletakkannya di atas meja. Menekan layar agar rekaman yang sempat dia dengar di kantor polisi bisa didengar oleh istri dari Tuan Shim. 

'Sayang, kenapa kau lakukan ini hiks ... tidak seharusnya kau seperti ini. Maafkan aku ....'

Mereka saling menatap heran setelah mendengar suara itu.

"Bukankah itu suara Anda, Nyonya Shim?" tanya Yeo Oh. 

"Ti-tidak, aku tidak menemui suamiku. Aku bahkan mengetahui jika dia bunuh diri saat polisi menelponku. Sungguh itu bukan aku," elak nyonya Shim. "Lagipula jika memang aku menemuinya aku pasti akan mencegahnya agar tidak bunuh diri ... hiks...." 

Tangis wanita itu makin pecah. Secara tidak langsung dia telah dituduh melenyapkan suami sendiri. Dia memang benci pada suaminya karena sering mabuk-mabukkan tapi dia masih mencintai pria itu. Sangat mencintainya bagaimanapun dia. Mana mungkin dia tega membunuh ayah dari putrinya?

"Kami juga tidak tahu apakah ini benar atau tidak tapi yang pasti rekaman ini direkam saat kejadian, Anda bisa melihat bukan jika kaca mobil tuan Shim pecah. Jadi memang ada seseorang yang mau menolong atau justru ingin melenyapkannya lalu memanipulasi kematiannya seperti sebuah tindakan bunuh diri," jelas Tuan Yeo Oh. 

Nyonya Shim bungkam tak bisa menjawab.

"Baiklah terima kasih atas waktunya. Kami pamit dan jika memang kami membutuhkan Anda, kami akan datang lagi kemari. Permisi!" kata Yeo Oh lagi lalu beranjak dari sana.

Mereka tidak langsung pergi dari rumah berlantai dua tersebut dan hanya duduk di dalam mobil sambil memutar kembali rekaman itu beberapa kali.

"Jika memang yang ada dalam rekaman ini bukan nyonya Shim, lalu siapa?" Tanya Young Ji bingung.

"Entahlah, tidak mungkin ada seseorang yang bisa menyerupai suara orang lain dengan baik seperti ini. Lagipula apa alibinya membunuh Tuan Shim? Dan lagi saat diotopsi tubuh Tuan Shim baik-baik saja hanya menunjukkan gagal napas karena asap dari arang. Sungguh aneh," kata Yeo Oh seraya menggelengkan kepalanya.

"Apa jangan-jangan Tuan Shim di bunuh hantu?" 

Pletak!!?

Yeo Oh menghadiahi pria itu satu geplakan di kepalanya. 

"Hei! Kau ini polisi atau dukun? Percaya dengan hal tidak masuk akal seperti itu," kesal Yeo Oh.

"Maaf, Pak. Saya 'kan hanya menebak saja," kata Young Ji sambil mengelus kepalanya.

"Kau sudah memeriksa CCTV di sekitar TKP?" 

"Sudah, Pak. Tapi hanya ada beberapa CCTV di sana. Jika bapak ingin, kita bisa memeriksanya sekarang," jawab Young Ji.

"Baiklah ayo kita kesana!" kata Yeo Oh. 

Pria itu pun melajukan mobil menuju ke TKP. Hanya butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai di sana. Mereka sudah terlebih dahulu menelpon, jadi saat sampai di sana mereka langsung dipersilakan untuk masuk ruangan CCTV.

Yeo Oh dan Young Ji mendengarkan dengan seksama penjelasan dari pria yang bertugas.

"Pada jam 07:36 malam mobil itu melewati jembatan," ucapnya sambil menunjuk mobil yang pakai oleh Tuan Shim melewati CCTV tersebut.

"Jalanan di jembatan ini memang cukup sepi, apalagi saat malam bahkan jarang sekali orang yang ingin lewat disana," katanya lagi.

"Mungkin itu yang membuat Tuan Shim ingin bunuh diri di sana karena tidak akan ada orang yang mengetahuinya," timpal Young Ji.

"Apakah ada kendaraan lain yang lewat di sana setelah Tuan Shim?" tanya Yeo Oh. 

"Ada beberapa kendaraan yang lewat," kata pria itu.

"Coba kau periksa mobil milik nyonya Shim," titah Yeo Oh pada asistennya. 

"Baik, Pak!" jawab Young Ji lalu mengeluarkan ponselnya. Sebelum beranjak tadi pria itu sempat mengambil gambar mobil milik nyonya Shim.

"Bagaimana?"

Pria itu menunjukkan ponselnya pada sang atasan, dan Yeo Oh pun dengan sigap memperhatikan setiap kendaraan dalam rekaman.

"Mobil ini memang tidak datang ke sana," gumamnya. 

"Apakah ada CCTV lain yang mungkin lebih dekat dengan TKP?"

"Tidak ada. Maaf," kata pria yang berkerja di sana menyesal.

"Sial!" kesal Yeo Oh. 

Dua pria itu memilih untuk kembali ke kantor polisi. Penyelidikan mereka hari ini cukup melelahkan. Belum lagi mereka tidak menemukan apapun. Semuanya buntu.

Bahkan saat mereka datang ke tim forensik yang memeriksa kaca mobil tuan Shim, mereka hanya mendapatkan satu sidik di sana yaitu sidik jari Tuan Shim sendiri. Tidak ada yang lain.

Yang mereka dapat hanyalah rekaman dari ponsel Tuan Shim. Tidak ada bukti yang lain lagi. Entah kenapa untuk kasus yang satu ini Yeo Oh tidak bisa membiarkannya begitu saja.

"Apakah yang dikatakan Yeoni itu benar. Jika kematian yang terjadi belakangan ini bukanlah bunuh diri melainkan memang ada sesuatu di balik ini semua ...." gumam Yeo Oh seraya mengelus pipi dan dagunya yang ditumbuhi bulu halus.

"Tapi apa? Dan siapa?"

To be continue.....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status