Share

PROLOG THE BRYDAL SHOWER (SPINNOF ARSEN)

Acara pernikahan mewah itu baru saja berlangsung.

Kedua mempelai sudah berada di dalam kamar pengantin mereka.

Handaru menghampiri Mitha yang tampak kesulitan membuka gaun pengantinnya.

"Sini, aku bantu," ucap Handaru dengan senyuman ramahnya. Lelaki itu membantu sang istri melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Mitha hingga menyisakan pakaian dalam saja yang membalut tubuh mungil itu.

Merasa malu karena ini pertama kalinya dia berada satu kamar dengan Handaru, Mitha buru-buru mengambil jubah mandi dan mengenakannya.

"Kamu mau mandi?" tanya Handaru pada Mitha, wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya. Menjadi seorang Nyonya Handaru Pratama. Sang Milyuner yang kekayaannya tak akan habis tujuh turunan.

Mitha mengangguk, pipi wanita itu merona.

"Boleh aku ikut?" ucap Handaru dengan kerlingan nakal.

Mitha memukul bahu sang suami. "Tidak boleh!" sahutnya sambil melenggang pergi.

"Pelit!" keluh Handaru yang langsung memasang wajah cemberut. Dia tersenyum menatap Mitha yang semakin hari semakin cantik saja.

Rasanya seperti mimpi, kini dirinya bisa benar-benar memiliki Mitha. Wanita yang memang sejak pertama kali melihatnya sudah membuat Handaru jatuh hati. Setelah melalui proses panjang hingga jatuh bangun Handaru berjuang mendapatkan hati Mitha, kini wanita yang menjadi tambatan hatinya itu sudah benar-benar utuh dia miliki. Hanya dirinya. Bukan orang lain.

Sementara itu di dalam kamar mandi, Mitha berdiri dibalik pintu kamar mandi dengan debaran kencang di dadanya.

Hingga setelahnya, satu titik air mata wanita itu mengalir di pipi.

Apa yang harus aku lakukan?

Aku tidak mungkin membohongi suamiku sendiri akan keadaanku saat ini?

Gumam Mitha dalam hati.

Kenyataan bahwa kini dirinya sudah tidak virgin terlebih dengan adanya sebuah benih yang tumbuh dalam rahimnya saat ini, membuat Mitha sangat frustasi.

Sungguh bukan hal yang mudah untuk dilalui ketika Mitha mendapati dirinya terbangun dalam keadaan tubuh tanpa busana di dalam sebuah hotel bersama seorang lelaki yang tak dia kenal.

Mitha yang sejauh ini tak pernah terlibat dalam pergaulan bebas karena dirinya sangat menjaga harga diri dan nama baik keluarganya memang sangat teliti dalam memilih pergaulan apalagi dengan seorang pria. Itulah sebabnya, Mitha sering menjadi bahan ejekan para sahabatnya karena sampai detik dirinya hendak menikah, Mitha bahkan belum pernah berciuman dengan seorang lelaki manapun, termasuk dengan Handaru, calon suaminya.

Mitha benar-benar selektif dalam menjalin hubungan dekat dengan lelaki manapun, itulah sebabnya teman lelaki Mitha bisa terhitung jari.

Cukup lama Mitha terdiam menatap pantulan wajahnya di cermin, masih di dalam kamar mandi.

Dia benar-benar bingung, kalut, takut dan sedih.

Harusnya, malam pertama pengantinnya dengan Handaru adalah malam yang paling istimewa seumur hidup Mitha setelah sebelumnya dia berjuang keras untuk mempertahankan mahkota sucinya sebagai seorang perempuan karena ingin mempersembahkan hal itu untuk suaminya kelak, lelaki yang dia cintai. Tapi, hal itu kini hanya harapan semu.

Mitha telah kehilangan keperawanannya dalam keadaan yang bahkan dia tidak ketahui alurnya.

Bagaimana awalnya dan kenapa dirinya bisa sampai ada di dalam kamar hotel itu, Mitha benar-benar tidak tahu. Dan mengenai siapa sebenarnya lelaki brengsek yang sudah menodainya itu, Mitha juga tidak tahu. Dia hanya tahu sebatas wajah ketika dirinya melihat lelaki itu dengan leluasa memeluk tubuhnya yang polos.

Sejauh ini tak ada satu orang pun yang mengetahui tentang kejadian malam itu termasuk mengenai dirinya yang kini berbadan dua selain Eren sahabatnya. Mitha sengaja menyembunyikannya karena dia tidak ingin aib ini menghancurkan segalanya. Jika sampai orang lain tahu, bukan hanya Mitha yang malu tapi keluarganya pun akan terbawa imbasnya. Mitha hanya tak ingin penyakit jantung yang diderita sang Papah kumat akibat tak kuat menanggung malu. Belum lagi dengan pihak keluarga Handaru dan Handaru sendiri...

Jika sudah mengingat semua itu, Mitha pasti merasa kepalanya serasa mau pecah.

Wanita pemilik wajah berbentuk oval itu kembali menatap wajahnya di depan cermin seraya berkata dalam hati.

Malam ini, Handaru harus tahu yang sebenarnya.

Aku tidak mungkin menyimpan rahasia ini karena pasti Handaru akan mengetahuinya sendiri.

Setelah meyakinkan segenap hati dan mengumpulkan keberanian, akhirnya Mitha keluar dari kamar mandi setelah aktifitasnya selesai. Dia menghampiri Handaru yang sedang rebahan di atas ranjang sambil menonton TV.

Mitha merangkak dan menjatuhkan kepalanya di atas dada bidang Handaru yang shirtless.

Handaru membelai rambut panjang Mitha yang wangi dan masih basah. Sesekali dikecupnya lembut ubun-ubun kepala sang istri.

"Rambut kamu harum sekali," ucap Handaru ditengah keintiman mereka.

Mitha tersenyum tipis.

"Mas,"

"Ya,"

Mitha menegakkan tubuhnya dan menatap ke wajah tampan Handaru. "Ada yang ingin aku bicarakan denganmu,"

"Apa? Katakan saja," tanya Handaru dengan tatapannya yang masih fokus ke layar televisi.

"Ini hal penting! Matikan dulu TVnya," perintah Mitha yang langsung merampas remot TV di tangan sang suami.

Handaru menatap Mitha dengan wajah penuh tanya. Sebelah tangannya merayap ke atas paha Mitha yang terekspos dan mengelusnya pelan.

"Kenapa wajahmu tegang sekali?" goda Handaru dengan senyuman mesum. "Kamu takut?"

"Mas!"

Handaru tertawa saat wajahnya yang hendak mendekati wajah Mitha malah ditepis oleh jemari lentik Mitha.

"Memangnya hal apa sih yang ingin kamu bicarakan?" tanyanya tidak sabar.

Mitha mengulum bibir dengan kepalanya yang tertunduk dalam.

Handaru menyentuh dagu Mitha dan mengangkat wajah dihadapannya itu supaya bisa dia tatap dengan penuh cinta.

"Katakan Mitha, ada apa?"

"Janji dulu kamu tidak akan marah," ucap Mitha dengan suara gemetar. Dia benar-benar takut.

"Memangnya aku pernah marah padamu selama kita saling kenal?"

"Tidak,"

"Yasudah. Katakan saja,"

"Hm, a-aku... Aku... Aku sedang hamil, empat minggu,"

Deg!

Seperti ada sebuah palu godam raksasa yang menghantam dadanya, ketika dia mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Mitha.

Handaru menggeleng pelan lalu tertawa hambar. "Leluconmu tidak lucu," ujarnya tak percaya.

Mitha meraih kedua tangan Handaru dan menggenggamnya erat.

"Aku tidak sedang bercanda, Mas. Aku serius. Aku hamil dan aku tidak tahu siapa Ayah dari anak ini," Mitha mulai menangis.

Dan air mata yang meleleh di wajah Mitha telah memperjelas semuanya.

Ekspresi Handaru yang tadinya lembut kian berubah dingin. Bahkan dengan sentakan kasar dia menarik ke dua tangannya dari genggaman Mitha. Lelaki itu berdiri sambil berkacak pinggang dan membelakangi Mitha.

"Bagaimana bisa ini terjadi? Aku pikir... Aku pikir selama ini kamu itu adalah wanita baik-baik yang bisa menjaga kehormatanmu, Mitha!" ucap Handaru setengah berteriak. Lelaki itu terlihat meremas rambutnya dengan ke dua tangan.

"Mas, aku juga tidak mau ini terjadi! Aku sudah diperkosa,"

"LALU KENAPA KAMU TIDAK LAPOR POLISI?" potong Handaru dengan kedua bola mata yang melotot marah. Bahkan suara Handaru terdengar menggelegar kencang, membuat Mitha terkejut. Sebab, sejauh dirinya mengenal Handaru, lelaki itu selalu terlihat baik dan ramah dengan tutur katanya yang lemah lembut.

"Aku malu Mas, aku tidak mau ada orang yang tahu, apalagi Papah. Dokter bilang, jika sampai sekali lagi penyakit jantung Papah kumat, dia bisa meninggal," tangis Mitha pecah saat itu.

Handaru diam. Tapi wajahnya terlihat begitu mengerikan.

Mitha merangkak mendekati Handaru dan berlutut di bawah kaki lelaki itu.

"Maafkan aku Mas. Aku mohon Mas bisa menerima keadaanku dan bersedia merahasiakan hal ini,"

Kedua rahang Handaru mengeras. Dia membungkuk dan menekan kedua rahang Mitha dengan sebelah tangannya.

"Kamu pikir, aku ini tong sampah yang mau menampung barang bekas pakai orang lain? Hah?"

Sungguh, Mitha tak mengenal sosok Handaru yang kini ada dihadapannya.

Detik itu juga, neraka pernikahannya dengan Handaru dimulai.

Sungguh, Mitha mengutuk, lelaki yang telah memperkosanya malam itu!

Siapapun dia, di mana pun dirinya berada, lelaki itu tidak akan pernah menemukan kebahagiaan dalam hidupnya!

Itu sumpah Mitha!

*****

Penasaran?

Stay tuned terus di Channel Herofah ya...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status