Share

TRUTH OR DARE (SPINNOF ARSEN)

Satu Bulan sebelum prolog...

Malam kian larut tapi suasana di Club malam elit The Dragon's Club justru semakin meriah.

Lima orang lelaki berpakaian casual tampak asik bercengkrama di pojokan ruangan. Yakni sebuah tempat yang sudah menjadi lokasi base camp mereka jika sedang bebas tugas.

Ya, mereka adalah Alvin, Roni, Tio, Bagas dan Arsen.

Lima orang tentara berpangkat mayor yang sedang menikmati waktu luang mereka dengan berpesta pora. Sekedar merelaksasi otot-otot tubuh yang tegang setelah bertugas di medan perang.

"Udah lama kita nggak main Truth Or Dare," celetuk Alvin setelah menenggak habis botol vodkanya. Alvin memposisikan botol kosong itu di tengah-tengah meja yang melingkar.

"Ah, nggak usah mulai deh Vin!" sahut Tio tidak setuju.

"Cemen lu Bro!" timpal Roni yang saat itu sudah setengah mabuk. Roni memutar botol Vodka di tengah meja itu sementara Bagas tidak banyak berkomentar karena asik dengan perempuan, lain halnya dengan Arsen yang diam karena dasarnya memang lelaki itu yang paling irit bicara di antara ke empat sahabat seperjuangannya yang lain.

"Woy, udahanlah grepeannya, kita main dulu," ajak Alvin yang menarik Bagas agar melepas pagutan bibirnya dengan seorang wanita yang bahkan baru dikenalnya tadi di lantai dansa.

Bagas berdecak. "Main apaan sih?"

"Truth or dare," jawab Alvin cepat.

"Permainan yang dulu itu?" tanya Bagas lagi.

"Iya, yang waktu itu pernah kita mainin di dalam mes, terus si Tio kalah dan mau nggak mau harus terima tantangannya Arsen buat lari satu puteran di tengah lapangan tapi telanjang,"

Sontak tawa ke empat perwira itu pecah. Terutama Arsen.

"Oke ayo kita main! Gue mau bales dendam sama Arsen," sahut Tio kemudian. "Kali ini lo nggak akan gue lepasin Sen! Gara-gara lo, gue kena hukuman sama Kapten Drajat! Sialan!"

Saat itu Arsen yang memang dikenal paling pendiam tetap bertahan dengan gayanya yang cool. Hanya senyuman miringnya yang tersungging di wajah tampannya.

Permainan pun dimulai.

Saat itu mereka memberi kesempatan pada wanitanya Bagas untuk memutar botol Vodka di tengah meja itu.

Botol itu berputar cepat searah jarum jam.

Suasana mendadak hening dan mencekam.

Fokus ke lima prajurit itu benar-benar tertuju pada ujung botol untuk menunggu hingga ujung mulut botol itu berhenti.

Botol yang tadinya berputar cepat semakin berkurang intensitas kecepatannya.

Putarannya semakin pelan.

Pelan...

Pelan...

Dan... Stop!

"ALVIN!" Kompak, ke empat lelaki lain berteriak ketika ujung mulut botol itu mengarah ke Alvin.

"Anjrit! Ide makan tuan!" keluh Alvin merasa sial.

"Trut Or Dare?" tanya Arsen lantang.

Alvin berpikir.

Cukup lama.

"Truth," jawab lelaki berpotongan cepak itu.

"Siapa yang mau bertanya?" tanya Bagas.

"Gue dong," sahut Arsen.

Alvin tampak menarik napas berat saat tatapan Arsen menyeringai ke arahnya. Sebab dia tahu apa yang hendak ditanyakan Arsen padanya. Sial!

"Dua minggu yang lalu, lo bilang nggak bisa ikut kumpul sama kita di sinikan? Alesan lo Nyokap lo sakit," ucap Arsen kemudian. Senyum di wajah tampannya kian mengembang.

"Terus malamnya pas gue pulang ke rumah, nyokap gue bilang malam itu dia abis pulang arisan dan nyokap lo dateng ke arisan itu, itu tandanya lo udah bohongkan sama kita-kita?"

Ke dua rahang Alvin mengeras. Ingin sekali rasanya dia menjahit mulut nyinyir Arsen. Sayangnya kondisi tidak memungkinkan baginya. Alvin benar-benar terpojok.

"Dan pertanyaan gue itu simpel sih," lanjut Arsen masih dengan wajahnya yang terlihat menyebalkan di mata Alvin.

Ke tiga lelaki lain tampak mendengarkan dengan penuh antusias.

"Pergi kemana lo malem itu? Kenapa lo mesti bohong?"

Alvin tersenyum sinis. "Lo mau ngejebak gue Sen?"

Arsen menggeleng. "Gue nggak ngejebak lo kok, gue cuma tanya. Dan lo tinggal jawab. Gampangkan?"

"Jelas-jelas lo udah tau jawabannya, ngapain lagi lo masih tanyain sekarang!" sambung Alvin cepat. Lelaki itu terlihat kesal.

"Jujur itukan lebih baik daripada harus main petak umpet terus," jawab Arsen santai.

Alvin menarik napas panjang dengan lirikan kecil ke arah Roni. Sungguh ini bukan waktu yang tepat untuk mengatakan hal ini!

"Jawab, Vin!" ucap Tio tak sabar.

"Oke-oke, gue jawab. Waktu itu gue pergi sama Silla," jawab Alvin cepat.

Arsen tersenyum penuh kemenangan sementara ke dua lelaki lain tampak syok berat. Mereka Bagas dan Tio. Keduanya sontak menatap Roni dengan tatapan prihatin.

"Sorry, Ron. Gue nggak ada maksud nikung lo. Tapi, Silla sendiri yang terus-terussan ngejar-ngejar gue," ungkap Alvin merasa tak enak hati.

Siapa yang tidak tahu bahwa Silla adalah wanita yang pada awalnya hendak meresmikan hubungan dengan Roni. Sayangnya pernikahan mereka kandas begitu saja tanpa sebab yang jelas. Dan sikap Roni yang introvert membuat tak banyak yang tahu tentang alasan mengapa Roni dan Silla batal menikah.

"Slow aja Men! Justru gue bersyukur bisa lepas dari Silla," ucap Roni dengan suaranya yang terdengar pedih.

Bagas menepuk bahu Roni memberi kekuatan.

"Sejak awal menjalin hubungan sama Silla, gue udah tahu kalau Silla itu sebenernya deketin gue cuma karena dia pengen deket sama lo Vin, cuma guenya aja yang egois dan memilih memaksakan kehendak. Bahkan gue justru yang harusnya minta maaf sama lo karena sempet jelek-jelekin lo ke Silla,"

Arsen tersenyum.

Sebagai seorang sahabat, Arsen jelas tidak ingin ada rahasia di antara mereka apalagi itu menyangkut soal hati.

"Oke, sesi curhat selesai! Kita lanjutin pemainan! Puter Vin!" ucap Tio tiba-tiba yang jelas-jelas sudah sangat gatal ingin membalaskan dendam terpendamnya pada Arsen.

Alvin pun memutar kembali botol di tengah meja.

Kembali keadaan di sekeliling mereka sunyi.

Ke lima cowok itu kembali menunggu dengan cemas dengan harapan jangan sampai ujung mulut botol itu berhenti ke arah mereka.

Detik-detik berlalu bagai bom waktu yang siap meledak.

Hingga akhirnya...

"ARSEN!"

Kembali mereka berteriak. Suara Tio paling keras.

Arsen mengesah seraya membuang muka. Wajah coolnya mulai tak tenang. Sepertinya malam ini dewi fortuna sedang tidak berpihak padanya.

"Lo mau bales dendamkan Yo?" ucap Alvin dengan seringai licik.

"Yoi dong pasti!" sahut Tio sumringah.

Ke dua lelaki itu saling berpandangan dengan beribu ide jahil dikepala.

"Sini gue bisikin," kata Alvin lagi. Dia mendekatkan mulutnya ke telinga Tio sementara Bagas dan Roni hanya senyum-senyum.

"OKE!" ucap Tio tiba-tiba. Lelaki itu memajukan duduknya agar lebih dekat dengan Arsen.

"Udah siapkan Sen terima tantangan dari kita?"

"Eh, gue belum pilih ya?" jawab Arsen dengan mata melotot.

"Oke, lo mau pilih jujur apa tantangan?" tanya Alvin. "Soalnya, gue udah siapin pertanyaan pamungkas buat lo kalau lo pilih jujur. Dan juga tantangan super kalau lo pilih tantangan. Gimana?"

Arsen tau dirinya tersudut dan melihat kelicikan Alvin rasanya akan sangat tidak mungkin jika dia memilih jujur.

Alvin tahu satu rahasia besar Arsen yang selama ini Arsen sembunyikan dari dunia. Dan hal itu sangat memalukan.

"Gue pilih tantangan," jawab Arsen pada akhirnya.

Alvin dan Tio saling bertos ria.

"Gue apa lo yang ngomong?" tanya Tio pada Alvin.

"Lo aja deh,"

"Oke. Jadi gini ya Sen. Bukan rahasia lagi kalau di antara kita berempat satu-satunya lelaki yang masih perjaka itu cuma lo," jelas Tio sambil cengengesan.

Wanita di samping Bagas tampak terkejut. Tatapannya terkesan remeh ke arah Arsen.

"Hari gini ya kan, masih perjaka?" ejek Alvin.

Meski jengkel, tapi Arsen tetaplah Arsen. Seorang perwira yang paling pintar dalam mengatur strategi perang dan dialah prajurit tertangguh di antara ke empat sahabatnya yang lain. Dengan wajahnya yang hampir tanpa ekspresi, Arsen sukses membuat Tio dan Alvin merasa kalah.

"Jadi mau lo berdua apa sebenernya?" tanya Arsen mulai tidak sabar.

"Lo harus melepas perjaka lo malam ini sama salah satu pelacur di dalam club ini! Gimana?"

Arsen tercengang.

Meski setelahnya dia tetap memasang ekspresi datar dan tenang.

"Udah itu doang?"

"Dan lo harus videoin!" tambah Alvin setelahnya.

Mendengar hal itu sontak wajah Arsen mengeras.

"Lo gila kali! Masa gue begituan harus di tonton sama lo pada?" elaknya tak setuju.

"Itu sebagai bukti kalau lo nggak ngibulin kita, Sen! Kita semua tahu lo itu pinter mengatur strategi di medan perang, tapi kali ini gue sama Alvin yang pegang kendali atas diri lo!"

Arsen terdiam sejenak. Dia tampak berpikir keras.

Hingga setelahnya, suara lain terdengar menyela percakapan para lelaki itu.

"Kalau kalian mau, aku bisa rekomendasikan pelacur terbaik di sini," ucap si wanita kenalan Bagas.

"Siapa Say?" tanya Bagas kepo.

"Huuu, masalah cewek aja lo cepet!" Roni langsung menoyor kepala Bagas si penjahat kelamin itu.

"Tuh..." ucap si wanita sambil menunjuk dengan tatapan matanya ke arah seorang wanita cantik yang sedang duduk berkerumun dengan beberapa wanita lain di meja bar.

Kompak tatapan ke lima lelaki itu mengarah ke si wanita yang ditunjuk tadi.

"Yang mana?" tanya Bagas lagi.

"Yang pakai gaun putih," jawab wanita kenalannya itu.

"Wuih," seru Bagas kemudian.

"Beautiful..." sambung Tio.

"Cantik banget tuh cewek," timpal Roni

"Itu sih bidadari," kata Alvin menambahi.

Suara decak kagum pun terdengar bersahut-sahutan.

Dan saat itu, hanya satu orang yang tidak berkomentar.

Bukan karena dia tidak menyukai wanita itu, hanya saja karena satu hal aneh yang membuatnya seakan terhanyut ke dalam dimensi lain tatkala tatapannya tertuju pada sang wanita.

Arsen tak tahu apa yang terjadi pada dirinya saat dia merasa jantungnya tiba-tiba saja berdebar keras.

Bahkan dia merasa waktu seolah berhenti berputar. Keadaan disekelilingnya melambat. Tak ada suara apapun yang terdengar selain detak jantungnya sendiri.

Sampai akhirnya panggilan sahabat-sahabatnya menghancurkan khayalan semu Arsen.

"Woy, malah bengong! Gimana? Lo mau sama yang itu nggak? Kalau nggak mau buat gue aja," ucap Bagas antusias.

Arsen membuang muka seraya berdecak. "Kalian atur ajalah," ucap lelaki itu pasrah.

Tio dan Alvin menyeringai puas. Walau kelihatannya tenang-tenang saja tapi sebagai sahabat dekat mereka tahu pasti bagaimana sejatinya Arsen.

Walau di medan perang Arsen selalu menjadi prajurit tertangguh, namun masalah wanita Arsen jelas yang paling bodoh di antara mereka semua.

Meski wajah lelaki itu terlihat tenang, Alvin dan Tio tahu dalam hati pasti Arsen sedang dilanda frustasi hingga mengutuki Alvin juga Tio karena sudah memberikan tantangan seperti ini padanya.

"Oke, kalau teman kalian setuju. Gue bilang ke temen gue dulu ya," ucap wanita berpakaian sexy di samping Bagas.

Wanita itu hendak bangkit untuk menghampiri wanita yang dia sebut sebagai pelacur itu ketika tangan Arsen tiba-tiba terangkat menangkap pergelangan tangannya.

"Boleh gue tau nama temen lo itu?" tanya Arsen yang mendadak kepo.

Wanita berpakaian sexy itu tersenyum.

"Namanya Paramitha," jawabnya kemudian.

Komen (19)
goodnovel comment avatar
Heni Tj
lanjut dong kak... biar bs di baca n judulnya apa, ... ...
goodnovel comment avatar
Rita Manik
min kok tak ada kelanjutannya ya
goodnovel comment avatar
مورنياتي
ku menunggu kak.... lanjut dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status