"Iya gue tau, nanti sepulang sekolah ayo kita ke rumah Bintang, jangan lupa ajak Rangga juga."
"Hm, Rangga sekarang jarang juga yah kumpul bareng kita." ucap Pandu mengusap dagunya, Rangga memiliki prestasi, ah bisa saja ya lupa ingatan dan pelajaran langsung faham? Rangga di pindahkan ke kelas unggulan, andai cowok itu satu kelas dengannya sudah dipastikan ada dua hotspot untuk transfer contekan, tapi sekarang Angkasa tak pernah memberinya contekan atau mrngajarinya materi pelajaran yang kurang faham.
"Rangga pastinya mau dong kumpul lagi, andai yah dia satu kelas sama kita. Nilai rapot gue dijamin B semua, kan lumayan supaya gak di omelin sama ibu mulu." keluh Virgo, setengah mengerjakan sendiri dan sisanya menyontek.
"Makanya belajar dong, kan lo bisa manggil Rangga. Minta ketemuan dimana gitu buat bahas materi yang kurang lo faham." Pandu memberikan pencerahan.
"Iya-iya. Eh beliin gue gorengan tiga dong. Gue lupa gak bawa uang saku nih," Virgo menyeng
Kejadian kemarin pun membuat Pandu tertawa geli, namun ia juga merasa bersalah karena sudah membuat perut Virgo yang diaduk-aduk, pedasnya keripik balado tersebut membuat Virgo bolak-balik ke toilet. Bahkan Mala sudah menyodorkan obat penghenti diare, wajah Virgo kemarin benar-benar pucat."Sableng lo, bukannya diucapin semoga cepet sembuh ya go, malah ketawa gak jelas." dumel Virgo saat masih mengunyah nasi gorengnya."Kalau mau bicara itu selesaikan dulu makanannya, jadi ngomongnya kurang jelas kayak lebah mau memangsa sasarannya." ucap Pandu menambah kesan ramai walaupun kelas masih sepi karena ia dan Virgo berangkatnya terlalu pagi, kursi Angkasa pun masih kosong, ah ia jadi memikirkan cowok itu lagi."Tante Mala itu baik banget yah sampai beliin kita oleh-oleh yang harganya mahal itu." Virgo kagum sekaligus bersyukur, rejeki datang itu diterima secara lapang dada.Pandu mencium bau ke-modusan. "Halah, palingan lo juga ngarep gitu kan semenjak tante M
"Jangan cemberut nan manyun. Daripada mie ayamnya tak tersentuh, sini biar gue yang makan," Angkasa meraih mangkok Bintang yang masih utuh entah sedang moodly Bintang terlihat enggan memakan jajanan kantin yang membuat siapa saja ngiler dan nagih. "Sakittt banget sih," gumam Bintang menghentakkan kedua kakinya kesal walaupun suaranya cempreng seisi kantin dilantai dua itu sudah memakluminya setiap satu bulan sekali. "Gak beli kiranti?" tanya Angkasa yang sudah faham. Bintang tambah manyun. "Kalau kebanyakan itu mah gak sehat ini kan nyerinya bisa di hilangkan dengan herbal sendiri." Angkasa menghela nafas lelah, kedatangan tamu bagi kaum hawa memang seperti ini? Kalau bisa biar sakitnya Bintang di pindahkan ke dirinya. "Emang di kantin ada asem sama garam?" "Kan ada warung didekat sekolah. Beliin ya terus racikin dalam bentuk minuman. Gue gak bakal rewel lagi deh," "Tapi habisin ini dulu ya,kan nanti ada ekstrakulikuler seni musi
Suara deru motor yang berhenti membuat Bintang menggeram kesal. Di sibaknya gorden polkadotnya dan mendapati Angkasa melambai dengan senyum tipisnya. "Ganggu aja, berangkat setengah tujuh kan bisa. Lagi enak-enaknya mimpi dapet pangeran yang turun dari kayangan." dumel Bintang kesal. Melangkah malas dan mengambil handuknya. Setelah 5 menit lulur Bintang sudah siap dengan seragam putih abu-abunya. Ketika membuka pintu ia dikejutkan dengan Angkasa yang berwajah datar, hampir saja ciuman. Kapan-kapan Bintang akan menambah tinggi badannya lagi agar Angkasa tak bisa mengejutkannya walaupun hampir menyuri first kiss-nya. "Main muncul bae lo." Angkasa menyingkir di ikutinya langkah Bintang ke meja makan. Cewek berisi angin itu mulai sarapan dengan roti dan selai strowberi kesukaannya. "Kenapa gak jemput Bela? Jangan nempelin gue terus dong sa, dia kan pacar lo." ucap Bintang di sela-sela makannya. Angkasa hanya menggeleng, Bela sudah selalu diantar jemput de
Bela senang karena hari ini Angkasa menjemputnya, berangkat ke sekolah bersama itu adalah hal langka terutama Angkasa yang baru kali ini meluangkan waktu dengannya. Sedangkan Bintang yang masih memoles make up tipis pun terburu-buru, biasanya ada suara deru motor. Sekarang? Mana sih Angkasa! Naik angkot? Mana mungkin ini masih area komplek perumahannya, motor? Dipakai ibu untuk kerja ke butik, mobil? Mobil mainan yang ada. "Angkasa, lo dimana sih? Biasanya sudah ngongol didepan pintu kamar gue." Bintang membuka pintu kamarnya, tak ada Angkasa. Bisa saja kan motornya itu cuman di gelindingkan tanpa bunyi? 'Ya udah deh jalan kaki dulu, kalau nemu angkot tapi ke sekolah telat? Haduh lewat jalur belakang.'batin Bintang menyusun rencana kalau nantinya telat, mau menghafal pasal-pasal yang diteba oleh bu Ghina? 🌸🌸🌸 Bruk!! Bintang menghela nafas lega, akhirnya masih ada 5 menit sebelum bel masuk berbunyi. Bintang sudah tau kalau gerbang de
Bintang menghela nafas gusar, kulkas yang biasanya terdapat sayur atau beberapa bahan untuk memasak kini habis. Ibunya pun sudah izin dengannya bahwa lima hari ke depan tidak bisa menemani Bintang dirumah, acara arisan PKK yang saat ini mengadakan tour ke Bali. Ibunya pun lebib suka membaur dengan ikut arisan ini ia bisa berekreasi dari uang kas yang dikeluarkan setiap bulannya, lumayan banyak. Tapi Bintang tak suka sendirian dirumah, ayah sudah meninggal karena kecelakaan pesawat yang ditumpanginya saat kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan bisnisnya yang bermasalah. "Cuman ada uang 500 ribu, apa cukup ya dalam lima hari? Belum lagi SPP gue belum bayar untuk bulan Agustus ini." keluh Bintang, iya kalau Angkasa mengantar jemputnya. Tapi sepertinya Angkasa mulai perhatian dengan Bela, ongkos angkot, uang jajan, berat jika menuju ke SPP. Uang 100 ribu untuk apa? Bintang tak ingin menunggak masalah SPP, walaupun hanya tinggal sedikit uangnya ia harus pandai menghemat. Terl
"Sa, gue buatin roti panggang kesukaan lo nih." Bela menyodorkan bekal berwarna biru laut itu, perhatian kecil pun ia lakukan dan berharap Angkasa peka. "Udah tinggal aja, daripada bel masuk. Nanti dikembaliin kok wadahnya." ucap Virgo menanggapi tau kalau Angkasa sedang serius dengan buku Matematikanya untuk persiapan olimpiade yang kurang empat hari lagi. Angkasa memang sudah terpilih sejak kelas sepuluh, sekalipun fokusnya satu ya mana mungkin berpaling dari yang lain. "Baiklah, makasih ya go." Bela melangkah pergi. Virgo membuka bekal tersebut dengan raut..ngiler? "Angkasa, saya izin untuk memakan sandwichnya Bela tercinta." izin Virgo seakan Angkasa kalau tau bisa menendangnya ke laut A****n. Angkasa mencegah tangan Virgo yang tadinya ingin melahap sandwich itu. "Bagi dua, ya kali gue nolak rejeki." Virgo takjub, sejak kapan Angkasa menghargai pemberian Bela? Saat keduanya sudah mulai makan datanglah bu Ghina guru BK sekaligus mengajar pe
Saat Angkasa hendak ke toilet ia mendengar percakapan yang menyebut namanya di ujung koridor. "Emang lo gak takut kalau Angkasa nanti bisa tau? Han, jangan macem-macem deh sama dia. Geng kita aja damai-damai kok sama dia. " ujar Vito cemas. "Gue gak takut, sebagai balas dendam aja. Lo gak pernah merasakan sakitnya hati gue ketika posisi siswa teladan dan berprestasi itu direbut Angkasa?" kesal Farhan. "Iya-iya, udahlah jangan cari gra-gara lagi." saran Vito takut jika gengnya berurusan dengan Angkasa. "Dan rencana selanjutnya ada pada sahabatnya, nanti gue tunjukin fotonya." Mendengar nama sahabat yang menunjuk Bintang, Angkasa mulai cemas. Harus selalu mengawasinya walaupun mengabaikan Bela. 'Bintang, kali ini gue akan jagain lo 24 jam dimanapun, asal lo tau pengawasan geng Farhan itu lebih ketat.' 🌸🌸🌸 Setelah Farhan menunjukkan foto Bintang wajah Vito langsung heboh. "Ini manis banget han, ya ampun masa lo
Saat perjalanan hanya ada sepi yang menyelimuti keduanya.'Bintang sebenarnya gue gak tega kalau lo disakitin.'ucap Vito dalam hati kata-katanya tertahan ia tak tega melihat raut wajah Bintang yang tampam tenang, kalem dan membuat hati adem didekatnya, eaa. Sesuai perintah Farhan motor Vito sengaja berhenti, ia meminta Bintang turun beralasan kalau bensinnya habis. "Maaf ya Bintang, kayaknya gue tadi lupa isi bensinnya. Kalau daerah sini sih 500 kilometer lagi, lo gak apa-apa kan cari kendaraan sendiri? Sekali lagi maaf ya." ucap Vito tak enak. Bintang mengangguk memaklumi ia berjalan sendiri tak tau arah jalan yang ia tapaki. Dari jarak satu meter Farhan sudah memakai jubah hitam dan topeng layaknya hacker. 'Bagus Vit, ya walaupun kalau urusan cewek cantik lo lemah dan gak tegaan.'batin Farhan. "Niatnya nebengin tapi lupa isi bensin." ujar Bintang kesal. Langkah Bintang memelan ketika merasa ada seseorang yang mengikutinya, ditolehnya tak ada siapapun