Share

Bab 6

Saat Angkasa hendak ke toilet ia mendengar percakapan yang menyebut namanya di ujung koridor.

"Emang lo gak takut kalau Angkasa nanti bisa tau? Han, jangan macem-macem deh sama dia. Geng kita aja damai-damai kok sama dia. " ujar Vito cemas.

"Gue gak takut, sebagai balas dendam aja. Lo gak pernah merasakan sakitnya hati gue ketika posisi siswa teladan dan berprestasi itu direbut Angkasa?" kesal Farhan.

"Iya-iya, udahlah jangan cari gra-gara lagi." saran Vito takut jika gengnya berurusan dengan Angkasa.

"Dan rencana selanjutnya ada pada sahabatnya, nanti gue tunjukin fotonya."

Mendengar nama sahabat yang menunjuk Bintang, Angkasa mulai cemas. Harus selalu mengawasinya walaupun mengabaikan Bela.

'Bintang, kali ini gue akan jagain lo 24 jam dimanapun, asal lo tau pengawasan geng Farhan itu lebih ketat.'

🌸🌸🌸

Setelah Farhan menunjukkan foto Bintang wajah Vito langsung heboh.

"Ini manis banget han, ya ampun masa lo tega sih mau nyakitin dia?" Vito malah membela, apa daya yang sudah terjatuh mengagumi wajah canting Bintang Cahaha Indah Kejora itu.

Perkumpulan di warung belakang sekolah membuat perundingan ini semakin heboh setelah Farhan menunjukkan foto Bintang yang akan diawasi gerak-geriknya.

"Iya nih, kenapa gak lo jadiin pacar aja? Kalau posisi gue di Vito yang disuruh ngawasin apalagi nyakitin no mau." Elang menambah pendapatnya, sedangkan Farhan bertambah kesal. Untuk menyakiti Bintang saja susah kalau temannya yang penggila cewek cantik itu langsung terbawa aura ketidaktegaan.

"Kalau lo semua terpesona sama Bintang, jangan harap masuk bagian geng ini lagi." Farhan menunjuk Vito, Elang dan Rimba. Ketiganya langsung berubah serius, mana ada yang mau jika tak dianggap Farhan sebagai teman apalagu geng-nya? Keuntungannya mulai dari prestasi yang aman, uang saku semakin menambah dan tak kehabisan karena hasil dari malak beberapa adik kelas yang melewati didepan warung ini.

"Baik han, terus Bintang diapain?" tanya Vito polos.

"Sepulang sekolah ini lo anterin dia di suatu tempat yang tak jauh dari markas kita, motor lo berpura-pura mogok atau kejabisan bensin dan suruh Bintang berjalan sendiri. Yah, saat itu pula gue bakal beraksi dengan memakai topeng dan pakaian hitam buat nakut-nakutin Bintang bahkan dirumah, sekolah atau dimanapun. Gue ingin Bintang menjadi stress dan gila." jelas Farhan dengan nada penekanan disetiap katanya.

"Okey han. Jadi gue sok akrab langsung kan? Yess bisa buat refreshing mata nih." Vito bersorak senang. Farhan melangkah pergi, kesal dengan Vito yang masih terpesona dengan Bintang.

🌸🌸🌸

Ketika Bela sudah keluar dari kelas terlebih dahulu, ia menunggu Angkasa yang kini kelasnya masih mengucapkan doa seblum pulang. Bela sudah memantapkan hatinya, tak perlu menangisi cowok buaya kalau cowok yang lebih baik masih ada.

Bela menghadang langkah Angkasa ketika cowok itu baru saja keluar dari kelasnya.

"Aku mau kita putus." Bela to the point malas mendengar tanggapan Angkasa nantinya Bela melangkah pergi dan ingin pulang secepatnya, memeluk boneka doraemonnya sebagai tempat curhatnya atau lebih memilih menangis. Didepan memang tegar, bahagia dan seolah-olah tak terjadi apa-apa. Namun siapa sangka dibalik senyum ceria itu ada luka yang terpendam.

Angkasa mengejar langkah Bela yang berlari. "Bela! Tunggu, aku masih belum faham kenapa kamu tiba-tiba bilang putus?" tapi Angkasa kalah saat Bela sudah dijemput dengan sopirnya dan melaju meninggalkan Angkasa yang termenung.

'Akun jenakakelam itu alasan dibalik semua ini.'batin Angkasa kesal, ia mencintai Bela tulus. Walaupun terkadang mengabaikan tapi jujur ia tak pernah terpikirkan kalau hubungan ini dihancurkan oleh akun itu. Farhan, nama itulah yang harus Angkasa benci. Entah bagaimana caranya agar foto itu dihapus sebelum guru di sekolah ini mengetahui.

🌸🌸🌸

Vito tersenyum manis setampan mungkin ia berpose tegap di jok motor ninjanya. "Hai Bintang." sapa Vito ketika Bintang sebelum melewatinya.

Bintang mengernyit. "Iya ada apa?" tanya Bintang berusaha ramah walaupun dirinya juga risih diganggu orang sok akrab ini.

"Ayo aku antar kamu pulang, gak perlu tanya aku ini kenapa. Tapi yang jelas aku cuman pingin mengenal kamu lebih dekat." rayu Vito suara yang berat dan kedua mata berkedip genit.

"Oh." ucap Bintang cuek. Vito merasa gagal, ah kurang ganteng apanya sih? Putih, tinggi, alis tebal, hidug mancung  mata hazel dan jambulnya yang keren.

"Gak usah. Aku bisa naik angkot saja." tolak Bintang halus bet Biru yang menandakan cowok ini sama dengannya kelas 12.

"Cantik-cantik jangan naik angkot. Nanti digodain abang kernet atau sopirnya loh." Vito merayu lagi dari jarak dua meter Farhan yang melihat itu pun wajahnya bosan, kapan gombalannya itu berhenti? Wajah Bintang sudah terlihat tak minat dengan gaya Vito yang tebar kegantengannya itu.

"Aku antarkan kok sampai selamat."

Bintang menghela nafasnya lelah, percuma menolak tawaran cowok ini. Tapi ada keuntungannya juga dirinya hemat ongkos. Angkasa? Cowok itu sedang ada jam tambahan olimpiade matematika yang kurang tiga hari lagi.

"Oke, gue mau." Bintang mengangguk. Vito memasangkan helm Bintang. Yah modus terselubung agar bisa menatap lama wajah Bintang.

'Bagus to, Bintang aku ada hadiah untukmu setiap harinya.'batin Farhan senang, rencana selanjutnya pasti berjalan mulus.

🌸🌸🌸

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status