Saat Angkasa hendak ke toilet ia mendengar percakapan yang menyebut namanya di ujung koridor.
"Emang lo gak takut kalau Angkasa nanti bisa tau? Han, jangan macem-macem deh sama dia. Geng kita aja damai-damai kok sama dia. " ujar Vito cemas.
"Gue gak takut, sebagai balas dendam aja. Lo gak pernah merasakan sakitnya hati gue ketika posisi siswa teladan dan berprestasi itu direbut Angkasa?" kesal Farhan.
"Iya-iya, udahlah jangan cari gra-gara lagi." saran Vito takut jika gengnya berurusan dengan Angkasa.
"Dan rencana selanjutnya ada pada sahabatnya, nanti gue tunjukin fotonya."
Mendengar nama sahabat yang menunjuk Bintang, Angkasa mulai cemas. Harus selalu mengawasinya walaupun mengabaikan Bela.
'Bintang, kali ini gue akan jagain lo 24 jam dimanapun, asal lo tau pengawasan geng Farhan itu lebih ketat.'
🌸🌸🌸
Setelah Farhan menunjukkan foto Bintang wajah Vito langsung heboh.
"Ini manis banget han, ya ampun masa lo tega sih mau nyakitin dia?" Vito malah membela, apa daya yang sudah terjatuh mengagumi wajah canting Bintang Cahaha Indah Kejora itu.
Perkumpulan di warung belakang sekolah membuat perundingan ini semakin heboh setelah Farhan menunjukkan foto Bintang yang akan diawasi gerak-geriknya.
"Iya nih, kenapa gak lo jadiin pacar aja? Kalau posisi gue di Vito yang disuruh ngawasin apalagi nyakitin no mau." Elang menambah pendapatnya, sedangkan Farhan bertambah kesal. Untuk menyakiti Bintang saja susah kalau temannya yang penggila cewek cantik itu langsung terbawa aura ketidaktegaan.
"Kalau lo semua terpesona sama Bintang, jangan harap masuk bagian geng ini lagi." Farhan menunjuk Vito, Elang dan Rimba. Ketiganya langsung berubah serius, mana ada yang mau jika tak dianggap Farhan sebagai teman apalagu geng-nya? Keuntungannya mulai dari prestasi yang aman, uang saku semakin menambah dan tak kehabisan karena hasil dari malak beberapa adik kelas yang melewati didepan warung ini.
"Baik han, terus Bintang diapain?" tanya Vito polos.
"Sepulang sekolah ini lo anterin dia di suatu tempat yang tak jauh dari markas kita, motor lo berpura-pura mogok atau kejabisan bensin dan suruh Bintang berjalan sendiri. Yah, saat itu pula gue bakal beraksi dengan memakai topeng dan pakaian hitam buat nakut-nakutin Bintang bahkan dirumah, sekolah atau dimanapun. Gue ingin Bintang menjadi stress dan gila." jelas Farhan dengan nada penekanan disetiap katanya.
"Okey han. Jadi gue sok akrab langsung kan? Yess bisa buat refreshing mata nih." Vito bersorak senang. Farhan melangkah pergi, kesal dengan Vito yang masih terpesona dengan Bintang.
🌸🌸🌸
Ketika Bela sudah keluar dari kelas terlebih dahulu, ia menunggu Angkasa yang kini kelasnya masih mengucapkan doa seblum pulang. Bela sudah memantapkan hatinya, tak perlu menangisi cowok buaya kalau cowok yang lebih baik masih ada.
Bela menghadang langkah Angkasa ketika cowok itu baru saja keluar dari kelasnya.
"Aku mau kita putus." Bela to the point malas mendengar tanggapan Angkasa nantinya Bela melangkah pergi dan ingin pulang secepatnya, memeluk boneka doraemonnya sebagai tempat curhatnya atau lebih memilih menangis. Didepan memang tegar, bahagia dan seolah-olah tak terjadi apa-apa. Namun siapa sangka dibalik senyum ceria itu ada luka yang terpendam.
Angkasa mengejar langkah Bela yang berlari. "Bela! Tunggu, aku masih belum faham kenapa kamu tiba-tiba bilang putus?" tapi Angkasa kalah saat Bela sudah dijemput dengan sopirnya dan melaju meninggalkan Angkasa yang termenung.
'Akun jenakakelam itu alasan dibalik semua ini.'batin Angkasa kesal, ia mencintai Bela tulus. Walaupun terkadang mengabaikan tapi jujur ia tak pernah terpikirkan kalau hubungan ini dihancurkan oleh akun itu. Farhan, nama itulah yang harus Angkasa benci. Entah bagaimana caranya agar foto itu dihapus sebelum guru di sekolah ini mengetahui.
🌸🌸🌸
Vito tersenyum manis setampan mungkin ia berpose tegap di jok motor ninjanya. "Hai Bintang." sapa Vito ketika Bintang sebelum melewatinya.
Bintang mengernyit. "Iya ada apa?" tanya Bintang berusaha ramah walaupun dirinya juga risih diganggu orang sok akrab ini.
"Ayo aku antar kamu pulang, gak perlu tanya aku ini kenapa. Tapi yang jelas aku cuman pingin mengenal kamu lebih dekat." rayu Vito suara yang berat dan kedua mata berkedip genit.
"Oh." ucap Bintang cuek. Vito merasa gagal, ah kurang ganteng apanya sih? Putih, tinggi, alis tebal, hidug mancung mata hazel dan jambulnya yang keren.
"Gak usah. Aku bisa naik angkot saja." tolak Bintang halus bet Biru yang menandakan cowok ini sama dengannya kelas 12.
"Cantik-cantik jangan naik angkot. Nanti digodain abang kernet atau sopirnya loh." Vito merayu lagi dari jarak dua meter Farhan yang melihat itu pun wajahnya bosan, kapan gombalannya itu berhenti? Wajah Bintang sudah terlihat tak minat dengan gaya Vito yang tebar kegantengannya itu.
"Aku antarkan kok sampai selamat."
Bintang menghela nafasnya lelah, percuma menolak tawaran cowok ini. Tapi ada keuntungannya juga dirinya hemat ongkos. Angkasa? Cowok itu sedang ada jam tambahan olimpiade matematika yang kurang tiga hari lagi.
"Oke, gue mau." Bintang mengangguk. Vito memasangkan helm Bintang. Yah modus terselubung agar bisa menatap lama wajah Bintang.
'Bagus to, Bintang aku ada hadiah untukmu setiap harinya.'batin Farhan senang, rencana selanjutnya pasti berjalan mulus.
🌸🌸🌸
Saat perjalanan hanya ada sepi yang menyelimuti keduanya.'Bintang sebenarnya gue gak tega kalau lo disakitin.'ucap Vito dalam hati kata-katanya tertahan ia tak tega melihat raut wajah Bintang yang tampam tenang, kalem dan membuat hati adem didekatnya, eaa. Sesuai perintah Farhan motor Vito sengaja berhenti, ia meminta Bintang turun beralasan kalau bensinnya habis. "Maaf ya Bintang, kayaknya gue tadi lupa isi bensinnya. Kalau daerah sini sih 500 kilometer lagi, lo gak apa-apa kan cari kendaraan sendiri? Sekali lagi maaf ya." ucap Vito tak enak. Bintang mengangguk memaklumi ia berjalan sendiri tak tau arah jalan yang ia tapaki. Dari jarak satu meter Farhan sudah memakai jubah hitam dan topeng layaknya hacker. 'Bagus Vit, ya walaupun kalau urusan cewek cantik lo lemah dan gak tegaan.'batin Farhan. "Niatnya nebengin tapi lupa isi bensin." ujar Bintang kesal. Langkah Bintang memelan ketika merasa ada seseorang yang mengikutinya, ditolehnya tak ada siapapun
Ketika dirumah Angkasa hanya suasana sepi dan TV yang menyala diruang tengah serta suara Lala yang sedang bermain puzzle sendirian. "Lala, boleh ikut main gak?" Bintang duduk disebelah Lala, anak berparas cantik dan rambut kecoklatan itu menangguk. "Boleh kak, aku tambah seneng kalau ada temannya. Kakak namanya siapa ya? Pernah kesini tapi jarang, jadi lupa deh namanya."Lala terkekeh, Bintang terkadang ke rumah Angkasa 1 atau dua bulan sekali jika ada keperluan mendadak, itu pun biasanya Lala dititipkan oleh tetangganya Angkasa yang seperti keluarga sendiri. Bintang memandangi puzzle yang belum tersusun rapi itu, hanya susunan huruf ABC. Tapi Lala bingung mengurutkannya. Angkasa sedang menyiapkan makan malam untuk Bintang dan Lala, soto ayam yang tadi pagi ia buat masih tersisa sedikit. Tak apa dirinya makan asalkan Bintang bisa makan dan tak kelaparan, makanan Lala hanya bubur yang ia beli di pasar sebelum pergi ke rumah Bintang. Lala yang mencium ar
"Gak ada gunanya kamu disekolahin! Mana jalur beasiswa yang biasanya dapat? Dan ini! Papa dipanggil ke sekolah cuman gara-gara kamu yang bikin perkara kecil?" Tirta merobek surat tersebut dan dilemparkan berhamburan di lantai. "Maaf pa, sebenarnya ada siswa lain yang sudah menggeser posisiku. Aku iri pa, padahal prestasiku juga sama dengan dia." jelas Farhan membela dirinya. "Gak peduli, sekarang bayar sendiri biaya sekolahmu. Jangan harap papa bisa memberikan sepeser pun uang." Tirta melangkah pergi dan menutup pintu kamar kasar. 'Tunggu kejutan lainnya ya, Angkasa.' 🌸🌸🌸 "Lo kalau dibangunin ternyata susah ya." gerutu Angkasa ketika ia sudah sampai disekolah dan gerbangnya sudah ditutup. Semua ini gara-gara Bintang yang tidurnya molor, ritual mandi, dandan. Tapi itu membuat Angkasa senang, Bintang tak semurung kemarin. Bintang nyengir. Angkasa mendengus. "Maaf, lagian kalau ada AC kan tambah nyenyak. Beda banget sama kamar gue yang
"Sa, lo mau kan gabung sama kita? Geng Elang." pinta Virgo, ia mengajak Angkasa berkumpul satu meja disudut kantin tak lupa pula Bintang juga duduk disebelah Angkasa dengan tatapan hampa. "Gimana sama olimpiade gue besok? Boleh aja sih, tapi kalau sudah kelas 12 yaudah lah fokus lagi." jawab Angkasa tengah-tengah. "Besok? Semoga lo menang ya sa, untuk Bintangnya biar kita yang jaga kok." ujar Virgo mantap, Rangga dan Pandu yang awalnya tak kenal Bintang pun kini tau, cewek itu rapuh, sedih, takut menjadi satu. "Oke, gue anterin Bintang ke kelas dulu. Biar gak ada yang lecet." ucap Angkasa possesif. Ia pamit pada teman-teman Virgo lalu menggandeng tangan Bintang erat, tautan itu ia takut lepas. Entah ada apa dengan Bintang pikiran cewek itu berubah lagi seperti kemarin, sangat lain setelah bertemu dengan Farhan tadi. 🌸🌸🌸 "Han, kalau lo mau nyakitin Bintang pikir-pikir dulu. Karena geng Elang sudah mulai bekerja sama. Lo tau kan jumlah anggot
"Maaf ya gue gak bisa nemenin lo. Yah, doain aja lancar semuanya." Setelahnya Angkasa memakirkan motornya, berjalan berbeda arah, Bintang ke kelas, dirinya harus ke kantor dan menunggu lainnya yang belum datang. 🌸🌸🌸 Farhan tersenyum senang ketika dikelas Bintang hanya cewek itu saja yang ada dikelas."Sendirian aja." Farhan duduk disamping Bintang yang kini tengah memakan sandwichnya. Bintang sewot, suara itu! Ia harus tetap berani walaupun berkebalikan dengan hatinya. "Mau apa sih lo! Pergi sana!" usir Bintang mendorong bahu Farhan hingga cowok itu terjatuh dari kursinya. Farhan kesal sudah cukup ia dipermainkan oleh Bintang, diberi kelakuan manis malah minta perlakuan sadis! "Lo ngusir gue sama aja pingin Angkasa celaka dan...batal mengikuti olimpiadenya." ancam Farhan lalu pergi dengan menutup pintu kelas hingga menimbulkan suara beedebum. 'Angkasa, lo harus hati-hati dan jaga diri baik-baik. Gue takut kalau Farhan itu bakalan habcurin se
"Angkasa... Bangun, jangan tinggalin gue secepat ini." Bintang menangis tiada henti, ia menggenggam tangan Angkasa yang dingin. Beberapa selang dan alat lain menyatu di cowok itu, wajah Angkasa pucat. Kalau saja sekarag Angkasa sudah selesai dengan olimpiadenya dan membawa pulang prestasinya.Rangga yang tak jauh dari Bintang pun menatapnya sendu, kata-kata dokter tadi pun masih teringat jelas, Bintang sudah tau. Tapi cewek itu tak henti-hentinya menangis. Virgo dan Pandu sudah lelah menenangkan Bintang mulai dari tingakh konyolnya, gurauan recehnya dan berbagai pose lucu."Dokter, bagaimana keadaan Angkasa? Dia akan selamat kan? Selamat kan dok?" tanya Bintang khawatir, dokter bernama Prabudi pun menggeleng."Maaf, kepalanya mengalami benturan keras. Dia juga mengalami pendarahan di otaknya, doakan saja yang terbaik. Karena kemungkinan pasien selamat itu sangat kecil." jelasnya, Bintang langsung menerobos pintu masuk UGD tak peduli dengan dua suster yang masih
Bau rokok, lampu temaram dan udara yang pemgap membuat Farhan masih betah sambil memakan satu loyang pizza yang ia beli. "Gue pingin tau nasib Angkasa gimana? Dan masalah lombanya sih batal, sekolah kita berusaha menutupi nama baiknya dengan menggantikan selain Angkasa, walaupun kalah yang terpenting sudah ikut serta."Igo mengangguk. "Iya, menurut infotmasi sih, Angkasa masih belum sadar. Dan lo tau kan reaksinya Bintang gimana?"Farhan tertarik, ah Bintang pasti kondisi cewek itu sedang tertekan."Gimana?""Bintang sering ngelamun, jalannya itu kayak orang linglung, tapi dia dikelilingi oleh geng Elang. Kemanapun dia pergi, pasti ada yang menjaganya." jawab Igo.'Semoga raga lo balik lagi ya Bintang sayang.'🌸🌸🌸Angkasa membuka matanya perlahan, pusing dan rasa sakit dikepalanya menerjangnya. Pandangan samar, nuansa putih, bau obat, dan seorang cewek yang memegang tangannya, nafasnya teratur, Angkasa tak tau siapa.Rangga masuk da
Hanya keheningan yang menyelimuti keduanya, Bela berusaha mencari perhatian Angkasa lagi. "Sayang, kamu masih inget aku kan?" tanya Bela dengan nada manja, dirinya ingin memeluk Angkasa. Tapi cowok itu membatasi dengan tas."Gak." jawab Angkasa terkesan angkuh.'Sabar bela, mungkin butuh waktu.'🌸🌸🌸"Kak, dongengin aku dong, biar bisa tidur." rajuk Lala.Bintang menangguk, ia akan mendongeng tentang Cinderella.Angkasa belum pulang, entah apa yang dilakukan cowok itu sampai jam 9 malam. Bintang khawatir, bisa saja kan Angkasa lupa jalan pulang? Atau alamatnya tak ingat?Sedangkan ditempat sebuah kafe yang masih buka, Angkasa mencoba mengerjakan sebagai writers ia ingin mengidupi dirinya dan sekolah dengan kecukupan, terutama pada anak kecil dirumahnya yang mengaku sebagai adiknya. Dia lucu, suka dongeng, dan menangis jika ia tak berada dirumahnya.Angkasa menghampiri meja nomor 18 yang ingin memesan makanan. "Mas ganteng