Ketika dirumah Angkasa hanya suasana sepi dan TV yang menyala diruang tengah serta suara Lala yang sedang bermain puzzle sendirian.
"Lala, boleh ikut main gak?" Bintang duduk disebelah Lala, anak berparas cantik dan rambut kecoklatan itu menangguk. "Boleh kak, aku tambah seneng kalau ada temannya. Kakak namanya siapa ya? Pernah kesini tapi jarang, jadi lupa deh namanya."Lala terkekeh, Bintang terkadang ke rumah Angkasa 1 atau dua bulan sekali jika ada keperluan mendadak, itu pun biasanya Lala dititipkan oleh tetangganya Angkasa yang seperti keluarga sendiri.
Bintang memandangi puzzle yang belum tersusun rapi itu, hanya susunan huruf ABC. Tapi Lala bingung mengurutkannya.
Angkasa sedang menyiapkan makan malam untuk Bintang dan Lala, soto ayam yang tadi pagi ia buat masih tersisa sedikit. Tak apa dirinya makan asalkan Bintang bisa makan dan tak kelaparan, makanan Lala hanya bubur yang ia beli di pasar sebelum pergi ke rumah Bintang.
Lala yang mencium ar
"Gak ada gunanya kamu disekolahin! Mana jalur beasiswa yang biasanya dapat? Dan ini! Papa dipanggil ke sekolah cuman gara-gara kamu yang bikin perkara kecil?" Tirta merobek surat tersebut dan dilemparkan berhamburan di lantai. "Maaf pa, sebenarnya ada siswa lain yang sudah menggeser posisiku. Aku iri pa, padahal prestasiku juga sama dengan dia." jelas Farhan membela dirinya. "Gak peduli, sekarang bayar sendiri biaya sekolahmu. Jangan harap papa bisa memberikan sepeser pun uang." Tirta melangkah pergi dan menutup pintu kamar kasar. 'Tunggu kejutan lainnya ya, Angkasa.' 🌸🌸🌸 "Lo kalau dibangunin ternyata susah ya." gerutu Angkasa ketika ia sudah sampai disekolah dan gerbangnya sudah ditutup. Semua ini gara-gara Bintang yang tidurnya molor, ritual mandi, dandan. Tapi itu membuat Angkasa senang, Bintang tak semurung kemarin. Bintang nyengir. Angkasa mendengus. "Maaf, lagian kalau ada AC kan tambah nyenyak. Beda banget sama kamar gue yang
"Sa, lo mau kan gabung sama kita? Geng Elang." pinta Virgo, ia mengajak Angkasa berkumpul satu meja disudut kantin tak lupa pula Bintang juga duduk disebelah Angkasa dengan tatapan hampa. "Gimana sama olimpiade gue besok? Boleh aja sih, tapi kalau sudah kelas 12 yaudah lah fokus lagi." jawab Angkasa tengah-tengah. "Besok? Semoga lo menang ya sa, untuk Bintangnya biar kita yang jaga kok." ujar Virgo mantap, Rangga dan Pandu yang awalnya tak kenal Bintang pun kini tau, cewek itu rapuh, sedih, takut menjadi satu. "Oke, gue anterin Bintang ke kelas dulu. Biar gak ada yang lecet." ucap Angkasa possesif. Ia pamit pada teman-teman Virgo lalu menggandeng tangan Bintang erat, tautan itu ia takut lepas. Entah ada apa dengan Bintang pikiran cewek itu berubah lagi seperti kemarin, sangat lain setelah bertemu dengan Farhan tadi. 🌸🌸🌸 "Han, kalau lo mau nyakitin Bintang pikir-pikir dulu. Karena geng Elang sudah mulai bekerja sama. Lo tau kan jumlah anggot
"Maaf ya gue gak bisa nemenin lo. Yah, doain aja lancar semuanya." Setelahnya Angkasa memakirkan motornya, berjalan berbeda arah, Bintang ke kelas, dirinya harus ke kantor dan menunggu lainnya yang belum datang. 🌸🌸🌸 Farhan tersenyum senang ketika dikelas Bintang hanya cewek itu saja yang ada dikelas."Sendirian aja." Farhan duduk disamping Bintang yang kini tengah memakan sandwichnya. Bintang sewot, suara itu! Ia harus tetap berani walaupun berkebalikan dengan hatinya. "Mau apa sih lo! Pergi sana!" usir Bintang mendorong bahu Farhan hingga cowok itu terjatuh dari kursinya. Farhan kesal sudah cukup ia dipermainkan oleh Bintang, diberi kelakuan manis malah minta perlakuan sadis! "Lo ngusir gue sama aja pingin Angkasa celaka dan...batal mengikuti olimpiadenya." ancam Farhan lalu pergi dengan menutup pintu kelas hingga menimbulkan suara beedebum. 'Angkasa, lo harus hati-hati dan jaga diri baik-baik. Gue takut kalau Farhan itu bakalan habcurin se
"Angkasa... Bangun, jangan tinggalin gue secepat ini." Bintang menangis tiada henti, ia menggenggam tangan Angkasa yang dingin. Beberapa selang dan alat lain menyatu di cowok itu, wajah Angkasa pucat. Kalau saja sekarag Angkasa sudah selesai dengan olimpiadenya dan membawa pulang prestasinya.Rangga yang tak jauh dari Bintang pun menatapnya sendu, kata-kata dokter tadi pun masih teringat jelas, Bintang sudah tau. Tapi cewek itu tak henti-hentinya menangis. Virgo dan Pandu sudah lelah menenangkan Bintang mulai dari tingakh konyolnya, gurauan recehnya dan berbagai pose lucu."Dokter, bagaimana keadaan Angkasa? Dia akan selamat kan? Selamat kan dok?" tanya Bintang khawatir, dokter bernama Prabudi pun menggeleng."Maaf, kepalanya mengalami benturan keras. Dia juga mengalami pendarahan di otaknya, doakan saja yang terbaik. Karena kemungkinan pasien selamat itu sangat kecil." jelasnya, Bintang langsung menerobos pintu masuk UGD tak peduli dengan dua suster yang masih
Bau rokok, lampu temaram dan udara yang pemgap membuat Farhan masih betah sambil memakan satu loyang pizza yang ia beli. "Gue pingin tau nasib Angkasa gimana? Dan masalah lombanya sih batal, sekolah kita berusaha menutupi nama baiknya dengan menggantikan selain Angkasa, walaupun kalah yang terpenting sudah ikut serta."Igo mengangguk. "Iya, menurut infotmasi sih, Angkasa masih belum sadar. Dan lo tau kan reaksinya Bintang gimana?"Farhan tertarik, ah Bintang pasti kondisi cewek itu sedang tertekan."Gimana?""Bintang sering ngelamun, jalannya itu kayak orang linglung, tapi dia dikelilingi oleh geng Elang. Kemanapun dia pergi, pasti ada yang menjaganya." jawab Igo.'Semoga raga lo balik lagi ya Bintang sayang.'🌸🌸🌸Angkasa membuka matanya perlahan, pusing dan rasa sakit dikepalanya menerjangnya. Pandangan samar, nuansa putih, bau obat, dan seorang cewek yang memegang tangannya, nafasnya teratur, Angkasa tak tau siapa.Rangga masuk da
Hanya keheningan yang menyelimuti keduanya, Bela berusaha mencari perhatian Angkasa lagi. "Sayang, kamu masih inget aku kan?" tanya Bela dengan nada manja, dirinya ingin memeluk Angkasa. Tapi cowok itu membatasi dengan tas."Gak." jawab Angkasa terkesan angkuh.'Sabar bela, mungkin butuh waktu.'🌸🌸🌸"Kak, dongengin aku dong, biar bisa tidur." rajuk Lala.Bintang menangguk, ia akan mendongeng tentang Cinderella.Angkasa belum pulang, entah apa yang dilakukan cowok itu sampai jam 9 malam. Bintang khawatir, bisa saja kan Angkasa lupa jalan pulang? Atau alamatnya tak ingat?Sedangkan ditempat sebuah kafe yang masih buka, Angkasa mencoba mengerjakan sebagai writers ia ingin mengidupi dirinya dan sekolah dengan kecukupan, terutama pada anak kecil dirumahnya yang mengaku sebagai adiknya. Dia lucu, suka dongeng, dan menangis jika ia tak berada dirumahnya.Angkasa menghampiri meja nomor 18 yang ingin memesan makanan. "Mas ganteng
Setelah Virgo menjelaskan semuanya, Rangga dan Pandu langsung emosi. "Beraninya main dibelakang, pengecut lo Farhan!" gertak Rangga emosi, suaranya terdengar oleh seisi kantin bahkan Farhan dan gengnya sekalipun yang kini duduk di pojok kanan.'Oh, macannya sudah bangun. Baiklah, sebelum lo menghalangi ini gue akan singikirin lo terlebih dahulu.'batin Farhan menyeringai.🌸🌸🌸Tanpa sadar Virgo lupa kalau hari ini adalah ulang tahun Rangga, sebelum dini hari. Ia mengirimkan spam chat ke Rangganteng, biarlah tidurnya tergaganggu asalkan Virgo bisa mengucapkannya walaupun tak langsung.Sedangkan Rangga yang memimpikan dirinya kini menjadi artis dan banyak yang memotretnya langsung buyar mendengar suara ponselnya berdering, nada CuteNaughty mengusiknya."Hah, siapa sih yang ganggu boboknya Rangganteng ini?!" kesal Rangga, pop-up dari Virgo yang mengirkmkan spam chat. Selamat ulang tahun Rangga yang ke-17 cuwitcepentin katanya.Rangga bersorak
Angkasa merasa familiar dengan gelang yang dipakai Bintang. Cewek periang ini tengah membantunya menyelesaikan PR yang tak sempat ia kerjakan karena kerja sampingannya. Bintang menjelaskan layaknya guru Biologi dengan lancar. Angkasa tersenyum tipis, pintar sekali kau Bintang. Kepala Angkasa berdenyut nyeri, sekelebat bayangan melintas. Dirinya tengah memakaikan gelang berbandul kerang yang ia ambil dari pantai dan memakaikannya dengan anak perempuan yang wajahnya masih belum jelas.Seorang cewek lugu tersenyum senang melihat gelang berbandul kerang tersebut telah dipasangkan oleh Angkasa."Makasih yah Angkasa, gue janji bakalan jagain gelang ini."Angkasa kembali menatap Bintang, apakah dia? Ah, semuanya yang jelas belum tentu pasti."Selesai, kalau yang gue kerjain ini ada yang salah, lo tinggal benerin aja yah. Gue ngantuk, bay Angkasa." Bintang beranjak dari meja belajar Angkasa, cowok itu tak membalasnya.DrrttAngkasa meraih ponselnya