Kepala Mentari terus di penuhi kejadian di kantin tadi. Dia terus berpikir apa salahnya, Kenapa Benji bersikap begitu kepadanya. Setelah selesai makan Benji meninggal kan nya begitu saja tanpa sepatah kata pun.
"Mentari apa kamu mendengarkan saya?" tegur dosen yang sedang mengajar di kelasnya.
Mentari terlonjat kaget
"Ma.. maaf pak" ucapnya. Semua orang menatap ke arahnya sekarang."Lebih baik kamu keluar"
"Ta.. tapi pak"
"Keluar saya bilang"
"Iya pak.. maaf saya permisi" ujarnya setelah selesai membereskan barang-barang nya.
Mentari merutuki kebodohanya sendiri, kenapa bisa-bisanya dia melamun di kelas.
Dia berjalan keluar kampus, untuk menunggu angkot. Lebih baik dia pulang saja dulu.
Mentari masuk kedalam rumahnya yang sepi tak ada satu orang pun di sana. Bukan cuma di kampus tapi di rumah pun dia selalu sendirian.
Ibunya selalu sibuk bekerja dan jarang pulang, sedang kan ayahnya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.
Ngomong-ngomong soal ayah nya, dia sudah lama tidak pergi kemakam ayah nya besok dia akan pergi kesana setelah pulang kuliah.
Mentari menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Hari ini sangat melelah kan rasanya.
***
Ting tong ...
Ting tong...
Suara bel mengganggu tidur Mentari dia mendudukan tubuhnya yang masih setengah sadar.
"Siapa sih ganggu aja.." gerutunya.
Ting tong.....
ting tong...
Orang di luar sana semakin tidak sabar.
"Iya bentar..." teriak Mentari dengan berlalu turun ke bawah.
Tuben ada yang bertamu ke rumahnya.
Dia segera membuka pintu. Mentari melebarkan matanya kaget saat melihat siapa yang datang kerumahnya.
Orang itu menaik kan sebelah alisnya, melihat gadis yang berada di depanya yang terlihat acak-acakan.
Rambut yang semrawut dan masih memakai baju yang dikenakannya tadi pagi.
Benji langsung masuk ke dalam rumah melewati Mentari begitu saja.
Sementara mentari masih mematung di depan pintu, kenapa bisa Benji datang ke sini.
Dia segera menutup pintu dan berjalan masuk. Melihat benji yang sudah duduk di sofa dengan santainya.
"Aaa maaf kak ada perlu apa ya.?" Tanyanya takut-takut.
"Ambilin gue minum gue haus" ujar Benji seenaknya.
Mentari mengerut keningnya, kenapa dia ke sini batin nya.
"Lo budek.." Benji menatap Mentari dengan tajam saat melihat gadis itu tak kunjung beranjak.
"Aah.. iya iya kak bentar" Mentari bergegas ke dapur.
Dia mengambil segelas minuman dingin dan segera memberikan ke Benji takut jika pria itu marah lagi.
"Ck bisa duduk nggak lo" geram Benji saat melihat Mentari terus berdiri dengan menundukan kepalanya.
Mentari segera duduk agak jauh dari benji tapi tatap di sofa yang sama. Benji di sudut kiri dan dia duduk di sudut kanan.
"Ini kan rumah aku kenapa jadi aku yang di suruh-suruh" batin nya.
"Eh kak.. " kaget nya saat Benji membaringkan kepalanya di pangkuanya.
Mentari berusaha menurun kan kepala benji. Namun dia segera mengurung kan niatnya saat melihat Benji menatapnya dengan tajam.
Benji kembali menutup matanya. Mentari bingung apa yang harus dia lakukan. Apa dia teriak aja minta tolong biar bisa mengusir Benji dari rumahnya.
"Buang pikiran lo buat ngusir gue, karena nggak akan berhasil" ucap Benji dengan mata masih terpejam.
Kenapa Benji bisa membaca pikiranya membuat dia semakin takut saja.
"Tapi bagus kalau lo mau teriak biar kita di grebek sekalian terus di nikahin deh" ucap Benji dengan tersenyum miring.
Yang terlihat mengerikan di mata Mentari.
"Tapi kakak ngapain kesini?" Tanya Mentari."Gue laper buatin gue makanan" ucap Benji dan tidak menjawab pertanyaan mentari lagi.
"Bentar.." ucap Mentari entah mengapa dengan mudahnya selalu menuruti perintah Benji. Benar aura pria ini membuat semua orang tunduk dengan nya.
"Tunggu" Benji menahan tangan Mentari.
Dia mengambil ikat rambut yang ada di pergelangan tangan Mentari, menyisir rambut Mentari dengan tanganya dan kemudian mengikatnya.
Mentari mematung melihat apa yang di lakukan pria yang ada di depanya. Matanya tidak bisa lepas dari wajah benji.
Dari jarak sedekat ini Mentari bisa lihat betapa tampan nya Benji. Dengan bola mata hitam yang tajam, rahang yang tegas, alis tebal dan hidung yang mancung. Wajahnya terpahat sempurna.
Sangking asik memandangi wajah Benji, Mentari tidak sadar bahwa Benji sudah selesai mengikat rambutnya dari tadi.
Benji mengarahkan dagunya untuk menyuruh mentari segera pergi dan membuat makanan.
Mentari merutuki kebodohanya yang terhipnotis dengan ketampanan pria ini, dia bergegas pergi untuk menghilangkan rasa malunya.
Dia memegang dadanya yang berdetak tak karuan, menarik napas dalam-dalam berusa menghilangkan rasa gugupnya.
Dan sekarang dia harus cepat-cepat membuat makanan agar Benji segera pergi dari rumah nya.
Mantari meletakan nasi goreng di hadapan Benji. Yang sudah duduk di meja makan untuk menunggunya.Benji langsung menyatap makanan itu, mereka pun sibuk dengan makanan masing-masing."Kakak ngapain kesini?" Tanya Mentari lagi setelah menyelesaikan makan nya."Ngapelin cewek gue" ucap Benji santai dengan menaruh gelas yang dia pegang.Mentari mengerutkan keningnya."Siapa?" Tanyanya bingung."Nenek lo" jawab Benji kesal."Tapi nenek aku udah meninggal" jawab Mentari polos.TakBenji memukul kepala Mentari dengan sendok."Aw.." ringis Mentari dengan memegang dahinya."Gue pulang " ujar Benji dan berlalu pergi.Mentari menyipit kan matanya melihat Benji pergi begitu saja."Dasar aneh" gumanya.Tak lama terdengar suara mobil yang meninggal kan halaman rumahnya."Dari mana dia tau rumah aku ya?"Menolognya."Terus ngapain ke sini aneh" sambungnya lagi.Mentari mengelen
Mentari sudah berada di kampusnya pagi ini, dia berjalan menuju kelasnya.Namun langkahnya terhenti saat melihat keramaian di tengah lapangan."Ada apa ya?" Ucapnya penasaran.Karena penasaran dia pun berjalan mendekat ke sana, dia menyelinap masuk ke tengah ke rumunan dengan mudah berkat tubuhnya yang kecil.Mentari melebar kan matanya melihat Benji sedang memukuli seorang pria dengan brutal.Mentari memejam kan matanya saat satu pukulan keras mengenai pria itu.Kalau di biar kan pria itu bisa mati di tangan Benji, dan orang-orang di sini hanya melihat saja tidak ada yang mau menolong."BERHENTI BENJI" teriak salah satu dosen.Mentari bernapas lega untung ada pak Prass, karena di kampus ini hanya dia yang berani memarahi Benji.Dia menarik kerah belakang baju Benji, sehingga membuat pria itu menjauh dari orang yang di pukulinya."KAMU MAU JADI PEMBUNUH HAH?"Teriak Pak Prass.Benji tetap d
Mereka sedang berada di kamar Mentari sekarang. Selesai makan malam tadi mereka memutus kan untuk menonton drama korea secara meraton malam ini. Karena besok libur kuliah jadi mereka bisa bangun siang." wah... lee min ho gateng banget, gue mencium bau-bau calon suami gue" ucap Mila heboh.Mentari menggelengkan kepalanya."Mimpi" ucapnya dengan melempar kulit kacang ke Mila."Ye.. namanya juga jodoh siapa yang tau""Iya in aja lah.." ucap Mentari."Hhehhe gitu dong. sebagai teman, lo itu harus nya mendo'a kan" ujar Mila dengan menampilkan deretan giginya."Ya ya ya ya" ujar Mentari malas.Akhirnya mereka fokus menonton setelah perdebatan kecil tadi. Tapi sesekali juga mengomentari adegan yang ada di drama tersebut.Baru menonton separuh episode, mereka di kejutkan dengan kehadiran seseorang yang membuka pintu kamar Mentari.Mentari melebarkan matanya terkejut. Sementara Mila sama terkejutnya dengan Mentari.
"Tuh cowok ganteng-ganteng serem banget njir..." ujar Mila setelah mendengar cerita dari Mentari."Ya udah pokoknya gue bakal tidur disini sampai nyokap lo pulang" putus Mila.Mentari menganggukan kepalanya setuju. Kalau Mila disini Benji pasti tidak akan kesini."Tapi nanti lo juga harus cerita sama nyokap lo""Mmm nggak deh kayak nya Mil, aku nggak mau masalah nya tambah panjang nanti." Ujar Mentari, Dia juga nggak mau membuat ibunya kawatir." gimana sih lo harus cerita biar ibu lo tau.." ujar Mila tak terima."Percuma Benji itu orangnya nekat, lagian aku juga nggak mau buat ibu kepikiran" ujarnya, bahkan selama ini ibunya tidak tau kalau dia sering di bully."Lagian juga Benji nggak pernah nyelakaain aku paling bentak-bentak doang" lanjutnya.Mila memicingkan matanya menatap Mentari curiga."Apa?" Tanya Mentari."Jangan bilang lo suka sama dia iya kan, Makanya lo belain dia" Mila menunjuk-nunjuk wajah Me
Mentari terjaga dari tidurnya saat merasakan tangan seseorang mengelus wajahnya.Saat membuka mata dia melihat wajah Benji tepat berada di atasnya."Astaga" kagetnya dengan mendorong dada Benji agar menjauh.Dia segera mengubah posisinya menjadi duduk. Dia lupa kalau semalam Benji tidur di sini.Dan bodohnya dia malah ketiduran jadi lupa buat pindah tidur di sopa." ck biasa aja, kayak liat hantu" ucap Benji sinis.Pria itu segera memakai kaosnya dan mengambil jaket nya.Lah sejak kapan Benji tidak memakai bajunya, Mentari meihat kebawah ah untung ternyata dia masih memakai bajunya."Gue nggak sebejat itu kali" ujar Benji yang mengetahui isi pikiran Mentari.Mentari melihat keluar jendela hari masih gelap. Lalu dia melihat jam di meja, pantes aja gelap masih jam tiga pagi bantinya."Gue pulang" ujar Benji dengan melangkah ke jendela."Kenapa nggak dari semalam" batin Mentari.Dia mengikuti benji, pen
Mentari terus tersenyum senang karena sudah seminggu Benji tidak lagi kerumahnya.Mana katanya punya seribu tangga, baru di buang satu aja udah nggak datang lagi.Tapi bagus itu artinya rencananya berhasil, bukan cuma tak kerumahnya di kampus pun dia tidak pernah melihat Benji. Ah udah lah itu juga bukan urusan dia."Hello sepada, Mila cantik datang ni..." triak Mila dari luar.Mentari menggelengkan kepalanya saat gadis itu masuk dengan cengiran khasnya.tuhan itu maha adil orang cantik pasti ada kurangnya."Tar lo lihat nih apa yang gue bawa" ujarnya dengan berjalan menuju ranjang.Mila membuka kantong belanjaan yang dia bawa."Taraa..." ucapnya heboh dengan menujukan gaun cantik berwarna biru muda.Gaun selutut dengan rok yang mengembang, terus bagian bahu yang sedikit terbuka."Bagus nggak? "Tanya Mila.Mentari menganggukan kepalanya setuju."Nah tu kan, udah gue duga lo pasti suka.."&nb
Mentari masuk kedalam salah satu bilik toilet dia menumpah kan tangisnya di sana.Dia memukul-mukul dadanya kenapa masih sangat sakit saat melihat pria itu, kenapa juga dia menangis.Semua kenangan pahit yang dulu pernah dia rasakan kembali terulang di dalam pikiranya.Seharusnya dia memang tidak datang kesini tadi, karena pasti pria itu akan datang juga.Tangis Mentari semakin pecah mungkin saja orang di luar sana bisa mendengar suara tangsinya."Nggak.., nggak" ucapnya dengan menggelengkan kepalanya."Aku nggak boleh kayak gini" ujarnya dengan menghapus air mata yang ada di pipinya.Dia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskanya. Berusaha menenangkan dirinya sendiri."Pria itu sudah tidak penting lagi, cukup pura-pura tidak tau itu saja" ujarnya masih sesegukan.Dia menghapus air matanya yang masih saja keluar.
Mentari menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang, dia menatap langit-langit kamarnya.Kenapa mereka harus bertemu lagi. Dia tersenyum kecut, saat mengingat kata-kata pria itu. maaf katanya, bukanya sudah sangat terlambat untuk di ucapkan.Dia memejam kan matanya rasanya sangat lelah, tidak mau mengingatnya lagi.***Mentari baru saja menyelesaikan kuliahnya, hari ini badanya sangat lesu bahkan pagi tadi dia malasuntuk pergi kuliah.Sudah berkali-kali dia menghembukan napas lelah."Ikut gue" ucap seseorang dan langsung menarik tangan Mentari."Lah mau kemana kak" ujar Mentari kaget. Saat Benji tiba-tiba menarik tanganya.Mentari berusaha melepaskan tanganya."Ih lepasin.." ucapnya,Namun percuma tenaga Benji jauh lebih kuat darinya. Yang ada tanganya jadi tambah sakit.Benji tak peduli dia terus menarik tangan