Share

Tujuh

Mentari terjaga dari tidurnya saat merasakan tangan seseorang mengelus wajahnya.

Saat membuka mata dia melihat wajah Benji tepat berada di atasnya.

"Astaga" kagetnya dengan mendorong dada Benji agar menjauh.

Dia segera mengubah posisinya menjadi duduk. Dia lupa kalau semalam Benji tidur di sini.

Dan bodohnya dia malah ketiduran jadi lupa buat pindah tidur di sopa.

" ck biasa aja, kayak liat hantu" ucap Benji sinis.

Pria itu segera memakai kaosnya dan mengambil jaket nya.

Lah sejak kapan Benji tidak memakai bajunya, Mentari meihat kebawah ah untung ternyata dia masih memakai bajunya.

"Gue nggak sebejat itu kali" ujar Benji yang mengetahui isi pikiran Mentari.

Mentari melihat keluar jendela hari masih gelap. Lalu dia melihat jam di meja, pantes aja gelap masih jam tiga pagi bantinya.

"Gue pulang" ujar Benji dengan melangkah ke jendela.

"Kenapa nggak dari semalam" batin Mentari.

Dia mengikuti benji, penasaran bagaimana cara pria itu turun.

" Tangga" ucapnya, saat melihat tangga yang ada di bawah jendelanya. Sejak kapan ada tangga di situ.

"Lo kira gue manjat naik kesini, emang gue spider-man yang bisa manjat tembok" ujar Benji yang mulai menurunkan kakinya di anak tangga pertama.

Iya juga sih, ini gara-gara dia sering baca novel tentang cowok-cowok yang bisa manjat sampai ke balkon rumah pacarnya.

Tapi sejak kapan ada tangga di situ

"Aku harus buang tangga itu besok biar kak Benji nggak bisa naik lagi kesini" batin Mentari tersenyum senang.

"Nggak usah mimpi walau lo buang ni tangga, gue masih punya seribu tangga lagi" teriak Benji yang ternyata sudah sampai kebawah. Pria itu mengambil tangganya, dan menaruhnya di dekat pohon yang ada di depan rumah Mentari.

Kenapa Benji selalu bisa membaca pikiranya.

"Gue pulang" teriak pria itu lagi.

Untung masih sepi kalau tidak bisa gawat.

Mentari berdo'a dalam hati smoga besok-besok kalau Benji naik ke kamarnya lagi, ada orang yang lihat biar di kira maling. Jadi pria itu nggak bisa masuk kesini lagi.

"Do'a yang jelek itu nggak akan pernah terkabul" teriak Benji entah dari mana.

Mentari melebarkan matanya kaget dia buru-buru menutup pintu jendelanya. Takut ibunya kebangun karena mendengar teriakan Benji.

Brummmmm

Tak lama terdengar suara mobil yang melaju pasti itu mobil Benji.

Dia bernapas lega, pokoknya besok dia harus buang tangga itu. 

****

Mentari sudah berada di kampusnya sekarang, tadi pagi seperti rencananya dia membuang tangga itu, lalu menambahkan kunci pada jendelanya biar Benji tidak bisa masuk lagi.

Sekarang sudah waktunya makan siang, dan dia sedang menikmati makananya.

"Hai cupu...." sapa seseorang yang sudah duduk di sebelahnya.

Ada Veve dan teman-temanya di sana. Mereka orang-orang yang sering mengganggu Mentari, padahal dia tidak pernah punya salah apa-apa.

"Wah kok lo makan nggak ada kuah nya entar seret lo.." ucap Veve.

"Nih gue kasih kuah buat lo.." ujar Veve dengan menyiram kan minumanya ke piring Mentari.

Mentari melebar kan matanya ketika melihat  nasinya sudah berwarna merah akibat minuman soda yang di tuang kan Veve.

"Baikan gue ngasih lo kuah" ujar Veve mengejek.

Mentari meletakan sendok nya.

"Bisa jangan ngganggu aku" ucapnya.

"Wow nggak bisa tu maaf ya..." ucap salah satu teman Veve. Di iringi dengan tawa mereka bertiga.

Mentari memilih mengalah lebih baik dia pergi saja dari sini.

"Eh mau kemana lo, nih makanan lo belum habis" ucap Veve.

Mentari tak peduli dia terus berjalan namun baru beberapa langkah.

Buk...

Seseorang menjagal kakinya, dia tau ini pasti perbuatan Veve.

"Hahahahaha" tawa veve dan temanya semakin kencang.

"Lo gimana sih mata udah empat masak nggak keliatan juga" ujar Veve dengan senyum mengejek.

Mentari buru-buru mengambil bukunya yang terjatuh dan segera pergi.

Dia pergi ke taman belakang kampus tempat dimana tak ada orang yang mengganggunya.

Dia akan duduk di sini sambil menunggu kelas berikutnya dimulai.

Dia heran sama-sama orang-orang yang sering mengganggu orang lain. Apalagi orang itu sama sekali tidak salah.

Sebenarnya bisa saja dia melawan cuman dia malas meladeni orang seperti itu, biarkan saja nanti juga bosan sendiri.

Benar kata Benji, dia benci sama orang-orang yang hanya menilai orang lain dari fisik dan materi.

Mentari menggelengkan kepalanya kenapa dia jadi memikirkan pria itu sih.

Dia menghembuskan napas, rasanya ingin teriak dan mencaci maki orang yang membully nya.

Walau dia terlihat sabar, tapi tetap saja dia itu manusia biasa yang punya rasa kesal.

Apa lagi tadi makananya jadi terbuang sia-sia. Padahal masih banyak dia baru makan beberapa suap saja.

Ya sudah lah nanti dia bisa makan dirumah saja lagi.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
sejauh ini suka banget ama ceritanya! bakal lanjut baca setelah ini~ btw author gaada sosmed kah? aku pingin follow nih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status