Share

7-WANITA BERBAJU PUTIH DAN MERAH

“Kang pesen kopi hideung (kang pesan kopi hitam).”

Tiba-tiba terdengar suara wanita itu memesan kopi kepadaku.

“Kang pesen kopi hideung (kang pesan kopi hitam).”

Wanita itu mengulang ucapannya kepadaku, tapi ketika wanita itu berbicara tiba-tiba badanku merinding. Seakan-akan ada aura mistis yang menakutkan terpancar dari wanita itu.

Wanita duduk dan menghadap ke arah jalan sehingga aku hanya melihat punggung nya dengan rambut panjang yang hampir menyentuh lantai. Dengan baju putih yang lusuh dan rambut panjang yang kusut terlihat beberapa daun kering yang menempel di rambutnya semakin membuatku semakin yakin bahwa wanita itu bukan manusia.

Wanita itu duduk terdiam tanpa sesekali menggerakan tanganya, sesekali wanita itu memainkan rambutnya yang panjang dengan menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya.

Badanku merinding kembali, ketakutan yang tadi hilang kembali muncul. Tapi aku mencoba memberanikan diri kali ini untuk menjawab apa yang dipesankan oleh makhluk yang duduk di depan warung itu. Mengingat dalam pesan Ibu apabila ada sesosok wanita yang datang harus dibuatkan kopi.

“Kang pesen kopi hideung (kang pesan kopi hitam),”  wanita itu kembali berbicara kepadaku dengan nada yang menyeramkan.

“Hihihihihihi.......”

Kali ini dia mulai tertawa, tertawa yang khas yang membuat suasana semakin menakutkan.

 “Muhun teh, di antos nya teh (iya teh, ditunggu ya teh),” aku menjawab dengan bahasa Sunda untuk menunggu karena akan aku buatkan pesanan wanita itu.

Badanku masih merinding ketika menjawab pesanan itu. Lalu wanita itu tiba-tiba mengangguk dan kembali tertawa.

“Hihihihihihi”

Akupun segera mengambil kopi sachet dari etalase depan dan membawanya ke belakang warung sambil berlari. Aku mengambil air dan memanaskanya di atas kompor kecil. Meskipun aku sudah memberanikan diri tapi tetap saja jantungku berdetak kencang badanku merinding dan tidak bisa menghilangkan ketakutanku saat ini.

Badanku menyender ke tembok di belakang warung, Sambil ku menunggu air mendidih. Sesekali mendengar suara ketawa wanita itu lagi, suara yang menyeramkan yang membuat aku ingin lari menjauh, tapi karena aku bertanggung jawab untuk menjaga warung ini. Aku mau tidak mau harus melayani wanita itu untuk dibuatkan kopi seperti yang dipesankan Ibuku sore hari.

“Hihihihihi”

 "Hihihihihi"

"HIHIHIHIHI!!!!!!!!"

Suara tertawa itu kembali terdengar, semakin lama kudengar semakin menyeramkan. Tapi anehnya kali ini suara ketawa wanita itu sepertinya dekat sekali. Seperti beberapa langkah dari tempatku berdiri.

Aku melihat sekelilingku dan di sana hanya ada tumpukan barang-barang dagangan tidak ada tanda-tanda wanita itu. Aku takut apabila wanita itu mendekat dari depan warung ke belakang, karena menurut pesan Ibu. Aku tidak boleh melihat wajahnya, Kulihat ruangan belakang tampak tidak ada tanda-tanda makhluk itu mendekat.

Tapi mengapa suara itu malah sangat dekat terdengar, ya?

Aku pun melangkah menuju ke warung. Memastikan bahwa wanita itu masih duduk di sana. Aku berjalan dan tiba-tiba.

“Kang pesen kopi.”

Terdengar ada suara dari arah kamar mandi. Akupun reflek menengok ke arah kamar mandi, dan ternyata aku melihat sesuatu yang lebih menyeramkan dari wanita yang ada di depan.

Di kamar mandi terdapat sosok wanita yang sedang menatapku dengan senyum, wajahnya terlihat pucat, kusam, dengan mata yang melotot dan rambut panjang serta baju yang berwarna merah.

Iya. Berwarna merah bukan warna putih seperti sosok yang ada di depan warung. Dia tertawa dengan menggerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Kulihat tangannya yang keriput dengan kuku yang panjang seperti yang siap menerkam apabila aku di dekatnya.

Wanita itu tertawa. Tertawa yang lebih jahat dan lebih menakutkan.

“Hahahahahaa, hihihihihihi....... kang pesen kopi, hihihihihi”

Aku tiba-tiba tidak bisa bergerak. Badanku seperti menolak untuk berjalan lagi, aku seperti terdiam dan tidak bisa berbuat apa-apa. Wanita itu terus menerus tertawa dan menggerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan.

Aku ingat apabila yang datang adalah wanita yang berbaju merah. Aku harus bilang bahwa kopinya habis. Tapi mulutku saat ini seakan susah untuk berbicara karena sosok itu sangat dekat denganku tempatku berdiri.

“Hahahahaha.., hihihi..., hihihihihi”

Wanita itu kembali tertawa. Dan tiba-tiba wanita baju merah itu perlahan mundur ke arah tembok sambil tertawa dan kemudian menghilang.

Sesaat setelah wanita berbaju merah itu menghilang tubuhku kembali bisa di gerakan, suaraku bisa lagi berbicara. Dan ku dengar kali ini adalah suara dari air yang mendidih dari arah dapur.

Blub.blub.blub

Aku pun kembali ke dapur melanjutkan membuat kopi untuk wanita baju putih yang sedang menunggu di depan warung, seperti yang dipesankan Ibu. Ku buka sachet kopi dan ku masukan ke atas gelas lalu air yang sudah mendidih ku masukan ke gelas berisi kopi, dan aku aduk supaya air dan kopinya tercampur.

Kopi yang sudah selesai ku buat. Kubawa kembali kopi tersebut ke depan warung, dan ketika ku sampai ke warung. Yang aku lihat bukanlah sosok wanita berbaju putih yang sedang duduk di sana. Melainkan sesosok wanita yang berbaju merah.

Kepala wanita itu kemudian berbalik ke arahku, dengan wajah yang menyeramkan dia pun berkata.

“Kang pesen kopi?” dia pun kembali bertanya dengan disertai tawa yang menyeramkan

“Hihihihihihi”

Badanku kembali bergerak. Kopi yang ada di tanganku tidak bisa digerakkan. Aku hanya bisa memandang wajahnya yang menyeramkan di depan warung. Karena aku ingat pesan dari Ibu 

Apabila yang memakai baju merah memesan kopi, bilang kalau kopinya habis

Aku pun mencoba menjawab meskipun dengan terbata-bata.

“Euh... euh... kopinya habis teh,” jawabku.

Tiba-tiba setelah aku berbicara seperti itu. Aura dari luar warung tiba-tiba mencekam, kali ini bahkan udara yang masuk dari luar seperti menusuk kulit. Angin mendadak bertiup kencang hingga bisa menggoyangkan beberapa barang dari etalase warung.

Wanita berbaju merah itu sepertinya menjadi marah atas jawabanku yang mengatakan kopinya habis. Dia pun berdiri dan menatap ke arahku dari kejauhan.

Kulihat rambut yang terurai ke bawah perlahan terangkat, ada aura hitam kecil di sela-sela rambutnya, matanya kian melotot ke arahku. Dan tidak ada tertawaan lagi yang muncul dari mulutnya kali ini.

“Eta kopi jang saha (itu kopi buat siapa),” wanita itu berbicara dengan nada marah sambil menunjuk kepada kopi yang dia pegang.

Dia menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan dengan urat-urat yang muncul di wajahnya. Kuku yang ada di tangannya malah semakin memanjang.

“ETA KOPI JANG SAHAAAAAAAAA??????” wanita itu berbicara lagi kali ini dia berteriak dengan tangan yang menunjuk kepadaku.

Aku hanya bisa diam tubuhku tidak bisa digerakan, kakiku terasa berat untuk berlari. Tanganku hanya bisa bergetar sambil memegang kopi. Wajahku hanya bisa menatap makhluk itu tanpa bisa memalingkan wajahku.

Wanita itu perlahan terbang ke arahku sambil menunjuk ke arah kopi yang aku buat. Angin dari luar warung semakin kencang kali ini kulihat jelas wajahnya yang benar-benar tampak marah. Dan aku hanya bisa terdiam.

Tiba-tiba wanita itu berada tepat di depan wajahku, kulihat sangat jelas wajahnya yang putih dan keriput, mata yang melototi ku dengan tatapan yang marah dan kuku yang panjang dari tanganya yang seolah-olah akan menerkamku.

Badanku tiba-tiba lemas, gelas berisi kopi yang kupegang pun jatuh. Aku pun tersungkur di lantai karena tidak kuat menahan aura yang dikeluarkan oleh wanita itu. Sehingga aku pun pingsan di dalam warung di malam itu.

Komen (44)
goodnovel comment avatar
for you
pusing ngikutin ceritanya apa lagi harus beli poin...
goodnovel comment avatar
Anas Kaef
menyeramkan tapi,aku suka ..
goodnovel comment avatar
Didan Masters Glo
baca dari awal lg aku ini..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status