SUAMI WARISAN
12 – Sang Manusia Abadi
“Tunggu. Tunggu.”
Rengganis mengangkat tangannya meminta time-out. Dia merogoh kantong celananya dan mengeluarkan ponsel.
Sial!
Sinyalnya hanya ada dua bar.
Rengganis mencoba membuka aplikasi mesin pencarian dan mengetik ‘Linggabuana Wisesa Kerajaan Sunda’
Kakinya mengetuk-ngetuk lantai sementara ia menunggu website memuat hasil pencariannya. Matanya melirik Narendra yang terlihat tenang. Rengganis menggeleng-geleng sambil memegangi ponselnya erat-erat.
Maksudnya lelaki ini datang dari masa lalu?
Apa saat ini dia yang pergi ke masa lalu?
Rengganis mengangkat kepalanya dan menoleh ke jendela. Senja sudah sepenuhnya turun, digantikan oleh pekatnya malam. Suara binatang malam sayup-sayup terdengar dari balik tembok. Semilir angin berhembus dari kisi-kisi jendela yang dibiarkan terbuka.
Prabu Linggabuana
SUAMI WARISAN 13 – Kidung Sunda Setelah kenyang dengan bakakak ayam juga informasi yang mengejutkan dari Narendra, Rengganis terduduk di ruang baca yang lebih mirip perpustakaan. “Ini ruang kerja Nirmala.” ujar Narendra sambil menaruh segelas teh panas di atas meja. Iya, dia pernah ke sini sebelumnya. Rengganis mendongak, memerhatikan sekeliling. Sepanjang mata memandang, dia melihat deretan buku di mana-mana. Bau kulit sampul buku bercampur dengan kertas lama menggantung di udara. Menciptakan aroma nostalgia. Rengganis menghirup aroma itu dalam-dalam. Dia suka segala sesuatu yang punya nilai sejarah. Dia suka kain tua, perabotan tua, buku tua, lelaki yang lebih tua …. matanya mengerling pada Narendra. Lelaki ini jauh dari kata tua. Sama sekali tidak tua. Tidak ada kerutan, tidak ada gelambir, tidak ada uban. Tubuhnya tegap, kulitnya kencang, ototnya liat. Tidak akan ada yang menyangka kalau Naren
SUAMI WARISAN14 – Pesta DadakanSaat kaget, tubuh biasanya akan bereaksi dengan memunculkan gejala seperti jantung berdebar, keringat dingin, napas cepat dan pendek, mata terbelalak atau bahkan pingsan.Reaksi ini sekarang dirasakan oleh Rengganis. Tapi untungnya dia tidak sampai pingsan.Otaknya perlahan menyatukan puzzle-puzzle yang bertebaran, berusaha menyatukan keping demi keping puzzle menjadi gambaran yang jelas.Narendra dari Pajajaran adalah orang dari masa lalu; seorang patih di Kerajaan Sunda, seorang manusia yang bersemedi tapi tidak mencapai moksha, seorang lelaki yang bertanggung jawab atas kehidupan alam di sekitarnya. Gunung, sungai, danau dan hutan yang mengelilingi rumah ini berada dalam pemeliharaannya.Dia bukan sembarang manusia.Dia bukan seorang lelaki biasa.“Nyai.” Panggilan Narendra menarik Rengganis dari alam bawah sadarnya, dia mengerjap kaget, berjengit saat Narendra
SUAMI WARISAN15 – Tukang TipuTiga jam sudah berlalu, tapi para cewek-cewek ini belum ada tanda-tanda hendak pergi.Rengganis gemas, dia mengecek jam tangannya. Jarum jam menunjukkan hampir tengah malam. Musik masih berdentam dan mereka tidak berhenti mengoceh.Rengganis keluar dari kamarnya dan melihat pemandangan khas pesta anak muda. Musik disetel dengan volume keras, gelas-gelas minuman cola tersebar di mana-mana, mangkuk camilan, asbak rokok dan bungkus permen berantakan di atas meja.Beberapa orang duduk bergerombol; di ruang tamu, ruang TV, meja makan sampai dapur. Rengganis mencari-cari di sekeliling ruangan, tapi tidak menemukan Narendra sama sekali. Dia sampai pergi ke halaman belakang yang sepi. Tidak ada batang hidung sang Patih Kerajaan Sunda.Huh, Patih macam apa yang malah memanfaatkan anak-anak ingusan ini?Mereka harus segera enyah dari sini, pasti para orang tua mereka cemas anak gad
Suami Warisan 16 – Kehilangan Energi “Nyai, Nyai. Tolong dengar dulu ….” Narendra tergopoh-gopoh sambil meringis mengikuti langkah Rengganis yang berderap menuju ruang tengah. Sebelah tangannya memegangi selangkangannya yang masih berdenyut-denyut. “Nyai, maafkan saya ….” Rengganis menghentikan langkahnya tiba-tiba hingga Narendra hampir menabrak punggungnya. Untung saja lelaki itu cepat menahan langkahnya. Refleks, dia berdiri sambil menutupi selangkangannya dengan sikap protektif. Dia berdiri tegak, waspada terhadap amukan dari perempuan gendut yang punya stok kekuatan otot ini. “Kamu tau enggak apa sebutan bagi kelakuan kamu tadi?” tanya Rengganis sambil menyipitkan matanya. “A… pa?” tanya Narendra, dia sengaja mengedarkan pandangannya kecuali menatap Rengganis yang sepertinya semakin lama semakin menggembung oleh amarah. “Pedofil!” seru Rengganis keras membuat Narendra terlonjak dari posisinya. “Apa?”
Suami Warisan17 – Tur Rumah WarisanMeja makan sudah siap.Narendra sedang duduk menunggu di meja makan saat Rengganis datang ke ruangan.Dia tersenyum. Sudut matanya berkerut dan manik matanya bercahaya. Lelaki itu terlihat tampan dan segar.“Good morning,” sapa Rengganis sambil menarik kursi dan duduk, matanya memandang hidangan di atas meja. Saat ini dia cukup lapar, semalam energinya terkuras gara-gara marah-marah.“Silakan dicoba, Nyai.” ujar Narendra sambil mendorong piring-piring makan. Sarapan yang disediakan kali ini cukup sederhana; nasi uduk dan lauk pendampingnya.Tanpa banyak bicara, Rengganis langsung menyendok makanannya. Di dalam pikirannya, dia sibuk berpikir.Sementara Narendra ikutan sibuk mengintip isi kepala perempuan itu. Mereka makan dalam diam, sampai akhirnya Rengganis bergumam, “Siapa yang masak?”“Huh?” Narendra menoleh. Dia b
SUAMI WARISAN 18 – Bukan Pembantu Biasa “Nyai tidak bisa melihat mereka?” Rengganis ternganga, “Ha?” apa maksudnya dia tidak bisa melihat mereka? Siapa mereka? Narendra menghampirinya dan menunduk, hidung mereka hampir bersentuhan hingga Rengganis harus mundur selangkah, menghindari invasi Narendra yang tiba-tiba saja mendekat padanya. “Mau apa kamu?” tanya Rengganis, sebelah tangannya menahan dada Narendra. Mata Narendra menyusuri wajah Rengganis, berhenti di manik matanya. Jarinya yang panjang mengangkat ujung dagu Rengganis hingga mereka bertatapan. “Hm,” gumamnya pelan, “matamu tidak bisa terbuka dengan sendirinya. Baiklah…” telapak tangan Narendra mengusap kedua mata Rengganis hingga kelopaknya menutup. Rengganis mengerutkan keningnya saat cahaya berbagai warna seakan menerjangnya, dia tersentak. “Buka perlahan-lahan, jangan sekaligus…” bisik Narendra memberinya instruksi.
SUAMI WARISAN19 – Mata Batin“Di sini susah sinyal, ya?”Pertanyaan Rengganis membuat Narendra menoleh padanya, dia menyipitkan matanya melihat benda hitam yang ada di tangan perempuan itu.Setelah reda ngambeknya, kini Rengganis sibuk dengan ponselnya, matanya terpaku ke layar sementara mereka berjalan kembali ke halaman belakang rumah. Narendra sampai harus merentangkan tangannya di belakang bahu Rengganis, berjaga-jaga jika saja perempuan itu teledor dan tersandung, tangannya sudah siap untuk menahan berat tubuhnya.“Tergantung dari hapenya.”“Maksudnya?” kali ini Rengganis mengangkat tangannya tinggi-tinggi, berharap dengan begitu dia bisa mendapatkan sinyal. Tangannya bolak-balik ke kanan dan kiri, mencari tambahan sinyal bar bagi ponselnya.Kali ini Narendra memegangi pinggangnya saat Rengganis oleng, hampir saja terjatuh karena tanah yang tidak rata.“Ehmmm&h
SUAMI WARISAN 20 – Diary Mantan Istri Sepeninggal Narendra, Rengganis sibuk membuka, membaca dan mencoba mengerti apa saja informasi yang Nirmala tinggalkan di komputernya. Ada dokumen mengenai bisnis-bisnis yang dijalani mendiang Tantenya selama ini. Memang benar apa yang Narendra katakan, Nirmala punya Toko Mebel, beberapa mini market yang tersebar di berbagai wilayah, dan Perguruan Pencak Silat di mana Narendra mengajar di sana. Semua informasi mengenai harta warisan juga ada di sana. Seolah Nirmala seperti sengaja meninggalkannya untuk dilanjutkan oleh Rengganis. Selama sekitar dua jam Rengganis menyerap semua informasi sekaligus mencatat hal-hal penting yang harus dia ketahui. Ada tagihan-tagihan yang ternyata mendekati jatuh tempo. Dia juga harus segera pergi ke Bank untuk mengurus rekening atas nama Nirmala. Udah jelas semua dikerjain sama Tante Nirmala. Kayanya si Naren ini kerjaannya maen sama cabe-cabean, p