Share

Bab 1 - Kencan satu malam

Bab 1 - kencan satu malam

Yogie terbangun dengan mata yang nyaris tak bisa terbuka. Ia masih mengantuk, tubuhnya masih terasa remuk dengan pergulatan panas semalam. Pergulatan panas? Yogie membuka matanya seketika dan mendapati dirinya sedang berada di dalam sebuah kamar seorang wanita.

Tentu Yogie ingat jika semalam ia baru saja bercinta dengan panas dengan orang yang baru saja ia temui setelah Enam tahun tak bertemu. Yogie tersenyum saat mengingat hal itu. Ia melemparkan pandangan matanya ke seluruh penjuru ruangan untuk mencari-cari pakaiannya.

Yogie lantas berdiri kemudian mulai memunguti pakaiannya yang berserahkan di lantai dan mengenakannya satu persatu. Pada saat bersamaan, pintu kamar mandi di buka oleh seseorang, dan Yogie terpana menatap sosok berbeda dengan sosok yang semalam ia temui.

Itu Elena, wanita yang sama dengan wanita tadi malam, tapi penampilannya begitu berbeda. Jika Elena tadi malam terlihat seperti wanita liar dan wanita nakal, maka saat ini Elena terlihat sebagai wanita dewasa dengan pakaian kantornya.

“Hai.” Sapa Elena tanpa sedikitpun rasa canggung.

“Hai.” dan entah kenapa Yogie merasakan jika kini dirinya yang canggung saat bersama dengan wanita tersebut.

“Maaf, aku nggak bangunin kamu, aku lupa kalau aku ada rapat mendadak pagi ini.” Ucap Elena sambil merapikan kembali rambutnya sembari menatap cermin di hadapannya.

Yogie yang baru saja mengenakan boxernya hanya bisa  berjalan mendekat ke arah Elena lalu mengamati wanita tersebut.

“Kamu.. Kamu masih ingat aku kan?”  tanya Yogie meyakinkan diri jika Elena memang masih mengenalinya.

Elena menatap Yogie dengan tatapan anehnya. “Kamu pikir aku hilang ingatan? Kamu Yogie kan? Temannya Aaron?”

Yogie mengangguk pasti.

“Oke, sekarang cepat pakai bajumu, dan kamu harus segera keluar dari apartemenku sebelum tukang bersih-bersih apartemen ini shock melihat kamu masih ada di sini dengan puluhan kondom bekas pakai di tong sampah.”

Yogie benar-benar tak dapat menahan senyumannya. Ahh wanita di hadapnnya itu benar-benar wanita yang berbeda. Wanita liar yang entah kenapa dengan gampang dapat membangkitkan birahinya.

“Elena, apa kita masih bisa bertemu lagi?” Tanya Yogie sembari mengancingkan resleting celananya.

“Kamu bercanda? Aku tidak mungkin ketemu lagi denga orang yang sudah bercinta denganku.”

Yogie tercengang mendengar jawaban Elena. “Maksudmu?”

Please, lupakan tadi malam, anggap saja itu cuman kencan satu malam yang harus di lupakan. Dan aku tidak mau ninggalin kontakku buat kamu.”

“Tapi, bagaimana kalau kita tidak sengaja bertemu lagi??”

“Cukup Say Hallo.” Jawab Elena dengan nada entengnya.

“Elena, Emm.. Apa aku kurang memuaskanmu?” pertanyaan Yogie tersebut sontak membuat Elena menatap ke arah Yogie dengan tatapan anehnya.

“Kamu bertanya tentang ukuran kejantananmu?” Elena tersenyum saat melihat Yogie meringis malu. “Kamu luar biasa Gie, tapi Please, kamu bukan tipeku.” Ucap Elena lagi sambil menepuk bahu Yogie.

Yogie tercenung sebentar, kemudian ada sekelebat ide di dalam kepalanya. “Bolehkan aku meminta ciuman perpisahan?”

Bukannya menjawab, Elena malah mendongakkan dagunya seakan mempersilahkan Yogie mencium bibirnya. Yogie semakin mendekatkan tubuhnya pada tubuh Elena kemudian menangkup kedua pipi Elena dengan kedua telapak tangannya dan mendaratkan bibirnya pada bibir Elena.

Yogie mencium bibir Elena selembut mungkin, sangat berbeda dengan ciuman panas yang ia berikan semalam. Sedangkan Elena sendiri terlihat begitu menikmati ciuman lembut yang di berikan oleh Yogie. Wanita itu membalas ciuman Yogie, telapak tangan Elena bahkan meremas lengan Yogie karena terlalu menikmati ciuman yang di berikan Yogie tersebut.

Setelah ciuman tersebut selesai, Yogie menatap Elena yang masih terengah dengan wajah yang sudah merah padam. Kemudian Yogie mengecup singkat bibir Elena sekali lagi sembari berkata….

“Kita akan bertemu lagi, Elena, kita akan bertemu lagi.” Ucap Yogie sambil meninggalkan Elena begitu saja yang masih tercengang dengan apa yang baru saja di lakukan Yogie.

Untuk pertama kalinya, Elena merasakan jantungnya berdebar cepat seperti tabuhan genderang yang seakan nyaris pecah. Ada apa ini?? Kenapa lelaki itu mampu membuatnya kembali berdebar hebat?

***   

Yogie sedang sibuk membongkar ulang mesin motor besarnya. Malam ini ia akan kembali ikut balapan. Ya, sejak mengejar Alisha lalu di tolak mentah-mentah dan dia patah hati, Yogie tak lagi ikut kumpul bersama teman-teman se-Genknya. Yogie lebih memilih menyendiri di club tempatnya bertemu dengan Elena beberapa malam yang lalu.

Ahhh wanita itu lagi. Sialan!! Yogie mengumpati dirinya sendiri lantaran kembali mengingat Elena.

Elena Pradipta. Mengingat namanya saja Yogie kembali merasakan kesakitan saat memendam cinta dengan wanita tersebut dulu ketika masih SMA.

Ya, Yogie memang pernah mencintai Elena. Bahkan bisa di bilang, Elena adalah cinta pertamanya. Tapi sayangnya, wanita itu dengan terang-terangan mengakui perasaannya pada Aaron, sahabatnya sendiri. Mau tak mau Yogie memendam perasaan itu sendiri, membiarkan dirinya sendiri sakit hati saat melihat Elena yang selalu menempel di sisi Aaron. Akhirnya cinta pertamanya itu benar-benar mati saat mengetahui jika Elena melanjutkan studynya di Harvard hanya untuk bisa dekat tengan Aaron. 

Sebegitu cinta kah Elena pada Aaron? Apa wanita itu kini masih mencintai Aaron?

 Yogie menggelengkan kepalanya, menepis semua bayang-bayang dari Elena. Tapi seberapa keras ia berusaha, bayangan itu kebali muncul lagi dan lagi. Ahh, benar-benar sial, bagaimana mungkin bercinta semalam dengan Elena membuatnya menjadi gila? Yogie bahkan tak dapat melupakan bayangan erotis dari Elena malam itu.

Malam itu…

“Kamu yakin kita akan melakukannya di sini?” tanya Yogie pada sosok yang masih setia merangkulnya. Saat ini ia sedang berada di dalam sebuah lift yang menuju ke lantai Lima sebuah apartemen. Elena mengaku jika itu adalah apartemen tempat tinggalnya.

Elena kembali merangkulkan lenganya pada leher Yogie, kemudian mencium dengan kasar bibir Yogie.

“Tentu saja. Kamu takut meniduriku?”

Yogie tersenyum miring. “Yang benar saja, aku tak pernah takut meniduri siapapun.”

“Benarkah?”

“Ya.”

Elena berjinjit, menggapai telinga Yogie lalu berbisik di sana. “Kalau begitu, tiduri aku malam ini sampai aku berteriak minta ampun.” Kemudian Elena menggigit lembut telinga Yogie.

Sialan!!!

Kenjantanan Yogie berdenyut seketia. Ia tak menyangka jika Elena akan menjadi wanita senakal ini. Beginikah kehidupannya di luar negeri?

Setelah pintu lift terbuka. Dengan cepat Elena menarik tangan Yogie menuju ke sebuah pintu yang berada di paling ujung. Membukanya lalu menarik Yogie masuk ke dalam. Elena mengunci pintu tersebut kemudian kembali mengalungkan lengannya pada leher Yogie. Melumat bibir Yogie penuh dengan gairah dengan sesekali mendorong tubuh Yogie ke belakang.

“Hemm, wanita nakal.” Erang Yogie ketika Elena sudah berani membuka ikat pinggangnya.

“Ya, sejak dulu aku memang nakal.”

“Dan aku suka.”

Ucapan Yogie membuat Elena tersenyum miring sembari melirik ke arah Yogie. “Jangan merayu. Aku tidak suka di rayu.”

“Lalu apa yang kamu suka?” tanya Yogie sedikit menantang.

“Aku suka di gigit, dimana-mana.”

Oh sial!!! Yogie benar-benar tak dapat menahan gairahnya lagi. Secepat kilat Yogie kembali menyambar bibir ranu Elena. Melumatnya penuh gairah, seakan menyalurkan semua kefrustasiannya pada wanita tersebut.

Elena sendiri masih saja membalas ciuman panas Yogie sembari mendorong Yogie sedikit demi sedikit masuk ke dalam kamarnya.

Sampai di dalam kamar, keduanya melepaskan pangutan masing-masing. Berdiri terengah dengan napas yang sudah putus-putus. Yogie menatap Elena dengan tatapan penuh gairah, pun sebaliknya dengan Elena yang menatap Yogie dengan tatapan membaranya.

Secepat kilat keduanya membuka pakaian yang di kenakan masing-masing hingga kemudian mereka berdua berdiri polos tanpa sehelai benang pun.

Elena bahkan menahan napas ketika menatap bukti gairah Yogie yang terpampang jelas di hadapannya. Sial!! Yogie sangaat bergairah. Pikirnya. Sedangkan Yogie sendiri tak berhenti menelan ludahnya dengan susah payah ketika menatap lekukan sempurna dari tubuh Elena.

Dengan spontan, Elena kembali merangkulkan lengannya pada leher Yogie, melumat kembali bibir lelaki itu penuh dengan gairah dengan sesekali menempelkan tubuhnya pada tubuh polos Yogie.

“Ohh, kamu begitu menakjubkan. Aku ingin kamu memasukiku sekarang juga.” Ucap Elena sambil sesekali menggigit bibir Yogie.

“Wanita Nakal!!!” Ucap Yogie dengan nada sedikit mengumpat karena tak kuasa menahan gairah yang seakan tak terbendung lagi.

Dengan kekuatannya, Yogie meraih pinggang Elena, mengangkatnya, kemudian membantingnya di atas ranjang wanita tersebut. Yogie lalu menyeringai kepada Elena.

“Kamu ingin aku berada di dalam dirimu? Baiklah, aku akan memasukimu sayang.” Ucap Yogie dengan serak. Yogie kemudian melompat ke atas ranjang, menindih Elena, lalu bersiap melakukan aksinya.

“Hei, pakek pengaman, Sialan!!” Yogie mengernyit mendengar ucapan Elena.

“Pengaman?”

“Ambil di dalam laci.” Perintah Elena.

Sial!!! Wanita itu entah kenapa saat marah semakin mebuat Yogie bergairah. Elena tampak sebagai wanita yang lebih domindan, dan entah kenapa Yogie suka dengan hal itu.

Yogie bangkit kembali tampa mempedulikan ketelanjangannya. Ia meraih ganggang laci Elena, menariknya lalu melihat apa ada pengaman di sana. Yogie tersentak ketika melihat banyak bungkusan foil di sana.

“Kamu suka melakukan seks di sini?” tanya Yogie dengan nada tak enak di dengar.

“Bukan urusanmu. Cepat pasang dan kemarilah.”

“Ya, sekarang memang bukan urusanku, tapi setelah ini semua akan menjadi urusanku.” Ucap Yogie dengan suara lebih pelan. Kemudian melompat kembali menindih Elena.

“Aku akan memulainya.”

“Jangan banyak bicara! Kamu seperti banci.”

Yogie tersenyum miring. “Banci? Kamu sebut aku banci? Kita lihat, apakah banci ini mampu membuatmu berteriak minta ampun?” dan tanpa banyak bicara lagi, Yogie menyatukan diri begitu saja pada Elena.

Elena mengerang panjang. Yogie terasa penuh di dalam dirinya. Dan itu membuat Elena membuka mata lebar-lebar menatap mata Yogie dengan tatapan penuh dengan kenikmatan.

“Sial!! Kamu.. Kamu…” Elena tak dapat melanjutkan kalimatnya karena kenikmatan yang di berikan Yogie lagi dan lagi.

“Kamu apa sayang? Kamu apa?” taanya Yogie sembari menggoda kedua puncak payudara Elena.

“Gie.. kumohon.. kumohon…” hanya itu yang dapat di katakan Elena.

“Memohon padaku Elena?” Yogie masih tak berhenti menggoda Elena. Menghujam berkali-kali ke dalam tubuh wanita tersebut. Hingga kemudian Elena berakhir dengan meneriakkan namanya keras-keras.

“Bagaimana? Kamu masih meragukanku? Masih berani menyebutku banci?” tanya Yogie yang sudah kembali menormalkan napasnya yang tadi sudah terputus-putus karena pelepasannya.

“Kamu belum menang Gie.” Ucap Elena masih dengan napas yang tersenggal-senggal.

Yogie bangkit menatap Elena dengan seringaian liciknya.

“Oh ya? Jadi kamu belum ingin minta ampun?” tanya Yogie yang sudah memasang kembali pengaman pada bukti gairahnya yang kembali menegang.

“Belum!!!”

Yogie tersenyum miring. “Bagus. Karena aku juga belum ingin mengampunimu.” Ucapnya sembari membalik tubuh Elena hingga membelakanginya lalu kembali menyatukan diri sedalam-dalamnya pada pusat diri Elena.

Keduanya kembali bercinta dengan panas, mengerang satu sama lain, meneriakkan nama satu sama lain, entah sudah berapa kali hingga tak terasa pagi sudah menjelang.

Bayangan itu masih terekam jelas pada ingatan Yogie. Teriakan itu masih terngiang di telinganya, dan sentuhan itu masih terasa di kulitnya. Sial!!! Mengingat Elena saja membuat kejantanannya kembali berdenyut. Elena membuatnya gila, seakan menyulut sesuatu yang nakal dari dalam dirinya.

Yogie menggelengkan kepalanya cepat untuk menepis semua lamunannya. Ia harus segera menyelesaikan modifikasi motornya supaya nanti malam bisa tampil keren di hadapan teman-temannya.

***  

Malam itu akhirnya Yogie benar-benar menghadiri balapan yang dulu sering ia ikuti sebelum patah hati dengan Alisha. Beberapa temannya sempat kaget melihat Yogie kembali balapan, sedangkan yang lainnya tampak senang melihat kehadiran Yogie.

“Jadi, malam ini, apa taruhannya?” tanya Yogie ketika beberapa temannya sudah berkumpul.

“Kita tunggu Andrew dulu, katanya dia mau jadikan motornya sebagai taruhan.”

“Motor? Buat apa? Sesekali taruhan ceweknya kan lebih semangat.” Ucap Yogie dengan sedikit tertawa.

“Emang lo belum tahu cewek si Andrew? Sial, dia anak konglongmerat. Mana mungkin si Andrew mau melepaskannya.”

“Gue pikir Andrew bukan tipe cowok yang mata duitan.”

“Memang bukan, tapi kalau ceweknya pewaris tunggal Pradipta Group, apa lo rela ngelepasin dia?”

Tubuh Yogie menegang seketika ketika temannya itu menyebut Pradipta Group. Setahunya, Pradipta Group di negeri ini adalah perusahaan milik ayah dari Elena. Jika berbicara tentang asetnya, maka akan membuat orang berdecak kagum dengan kesuksesan Pradipta Group.

Belum sempat Yogie angkat bicara, orang yang sedang mereka bicarakan akhirnya sampai tepat di hadapan mereka.

Itu Andrew yang sedang menaiki motor besarnya dengan seorang wanita yang di bonceng di belakanya dengan pose mesra.

Itu wanita yang sama dengan wanita yang beberapa hari yang lalu di tiduri Yogie, Elena Pradipta.

Yogie sedikit menyunggingkan senyuman miringnya. Oh, jadi elena sudah memiliki kekasih? Jadi kemarin ia meniduri kekasih temannya sendiri? Sialan!!! Elena benar-benar wanita Nakal!!!

Elena sendiri tampak santai berhadapan dengan Yogie. Seperti yang ia katakan sebelumnya, bahwa ia akan menganggap malam itu hanyalah sebagai cinta satu malam. Malam yang hanya akan menjadi rahasia mereka berdua. Dan Elena tak mau ambil pusing untuk mengingat malam itu.

Tapi sepertinya berbeda dengan Yogie. Ia tidak suka melihat Elena yang tampak cuek terhadapnya.

“Drew, jadi ini pacar baru lo?” Tanya Yogie sambil menatap Elena dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sial!! Lagi-lagi Elena berhasil membuat pangkal pahanya berdenyut.

“Hahahaha, kami sudah pacaran sejak setahun yang lalu.”

“Oh ya? Gue pikir dia tinggal di luar negeri.”

“Ya, kami pacaran sejak dia di luar negeri. Dan tiga bulan yang lalu dia sudah kembali menetap di indo. Bukan begitu sayang?” Andrew bertanya sembari menggigit lembut telinga Elena. Dan shit!! Itu membuat Yogie benar-benar tak suka.

“Oke, jadi sekarang apa taruhannya? Kalau hanya motor, gue nggak ikut. Sudah terlalu sering. Dan gue muak dapet motor rongsokan kalian.” Ucap Yogie menyombongkan diri.

“Brengsek lo! Lo yakin banget kalau akan menang.”

“Gue yakin dengan modifikasi baru motor gue.”

Andrew menatap dengan tatapan meremehkan pada motor yang di tunggangi Yogie. Memang tampak sedikit berbeda dengan terakir kali yang ia lihat. Tapi Andrew tetap tidak yakin Yogie dapat memenangkan balapan kali ini, meski dulu Yogie hampir selalu memenangkan balapan tersebut, tapi kini Yogie terlalu lama absen dari balapan, dan itu pasti akan mempengaruhi penampilannya malam ini.

“Jadi lo mau apa?” Tanya Andrew.

“Gue mau yang sedikit menantang.”

“Apa?”

“Kencan satu malam dengan dia.” Ucap Yogie sambil menunjuk ke arah Elena.

-TBC-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status