Share

Bab 3 - Kekasih Gelapku

Pangkal paha Yogie berdenyut, mendesak-desak supaya cepat di lepaskan, tetapi, Yogie menahannya. Malam ini ia harus menikmatinya, Elena juga harus menikmatinya. Mereka melakukan hal ini dengan sama-sama sadar, dan Yogie ingin Elena merasakan betapa berharganya malam ini dengannya.

Satu per satu Yogie melucuti pakaian yang di kenakan Elena, membuat tubuh seksi Elena terpampang jelas tepat di hadapan Yogie. Yogie menelan ludahnya dengan susah payah. Bagaimana mungkin Elena memiliki tubuh seindah ini? Siapa saja yang sudah pernah melihatnya? Apa si brengsek Andrew melihat tubuh Elena yang seperti ini setiap hari?

Dan seketika itu juga Yogie merasakan dadanyaa terasa panas. Ia cemburu, sangat cemburu, belum lagi kenyataan jika Elena mungkin saja seorang wanita nakal, wanita yang dengan gampang menyerahkan tubuhnya untuk lelaki lain. Apa Elena wanita seperti itu?

Dengan kasar Yogie kembali melumat bibir Elena, menggigitnya, seakan memberi hukuman bagi wanita itu. Sedangkan Elena sendiri juga membalas setiap perlakuan yang di berikan Yogie padanya. Jemarinya sudah terulur membuka resleting celana yaang di kenakan Yogie.

Tangan halus Elena mengusap bukti gairah yang terpampang jelas pada tubuh Yogie, Yogie semakin mengerang dengan perlakuan lembut yang di berikan Elena.

“Apa yang kamu lakukan padaku?” Suara Yogie benar-benar serak.

“Aku hanya menuruti apa maumu, kita akan menjadi sepasang kekasih malam ini.”

“Hemm..”

“Buka bajumu, aku ingin melihat otot-otot kerasmu.” Elena berbisik  kemudian membantu Yogie membuka T-shirt yang di kenakan lelaki tersebut.

Elena menatap dengan lapar tubuh di hadapannya, tampak otot-otot terpahat dengan sempurna, membuat siapapun yang melihatnya ingin menyentuhnya.

“Sejak kapan kamu memiliki tubuh sebagus ini?” tanya Elena penasaran, karena setahunya dulu Yogie hanyalah seorang anak SMA yang kurus.

“Sejak jadi pengangguran.”

Elena menaikkan sebelah alisnya. “Pengangguran?”

Yogie mengangguk pasti, matanya tidak berhenti beradu pandang dengan mata Elena.

“Aku tidak memliki pekerjaan Elena, setelah lulus perguruan tinggi, aku hanya sesekali ikut bekerja dengan kakakku. Tapi bekerja di balik meja dengan menatap komputer benar-benar sangat membosankan, akhirnya aku keluar, dan menjadi pengangguran, setelah itu waktu olahragaku semakin banyak hingga bisa membentuk ototku seperti ini.”

“Oh ya? Jadi kamu lebih memilih balapan nggak jelas sambil sesekali ke kelab malam dari pada bekerja?”

“Ya.”

Elena menggelengkan kepalanya. “Sangat buruk.”

“Kenapa?”

“Kamu sudah setua ini dan tidak bekerja? Astaga.”

Yogie tertawa lebar. “Apa kamu takut aku tidak bisa menafkahi kamu dan bayi kita nanti?” tanya Yogie dengan tampang tengilnya.

“Ya, kalau aku takut seperti itu bagaimana?”

Tubuh Yogie menegang seketika, ia tidak menyangka jika jawaban Elena akan seperti itu. Terdengar serius dan entah kenapa sedikit mempengaruhi Yogie.

“Kamu ingin aku bekerja?”

“Ya, setidaknya kamu harus punya penghasilan.”

“Aku sudah punya penghasilan dari balapan, bukan hanya balapan liar, karena aku juga mengikuti beberapa Race resmi yang di adakan beberapa kelab motor di kota ini maupun di luar kota.”

Elena tersenyum, jemarinya mengusap lembut pipi Yogie. “Itu bukan pekerjaan, itu hobby yang menghasilkan uang.”

“Jadi, aku harus kembali bekerja?”

“Harus.” Jawab Elena.

Yogie semakin menempelkan tubuhnya pada tubuh Elena, hasratnya kembali terbangun dengan perintah yang di berikan Elena, perintah yang menyiratkan jika wanita itu peduli padanya.

“Kalau aku kerja, apa yang ku dapat?” tanya Yogie dengan parau, bibirnya yang sudah menempel pada bibir Elena, bergerak menggoda.

“Kamu dapat uang.”

“Bukan itu, sayang. Apa yang kudapat darimu?”

“Kenapa aku harus memberimu hadiah? Bukan menjadi urusanku jika kamu kerja atau tidak.”

“Kalau begitu, kenapa kamu memintaku supaya bekerja?” jemari Yogie meremas payudara sintal milik Elena, membuat Elena meloloskan erangannya.

“Sebab aku ingin melihatmu lebih baik.”

“Oh ya?” Yogie mendaratkan bibirnya pada puncak payudara Elena, menghisapnya sesekali menggodanya. “Hanya itu Elena?”

“Ah ya, teruskan, Astaga...” Elena mengerang ketika Yogie tidak berhenti menggoda payudaranya. Jemari Elena meremas rambut di kepala Yogie, mendorong kepala Yogie supaya tidak menjauh dari dadanya.

“Aku bertanya Elena, apa yang kudapat jika aku sudah bekerja.”

“Kontakku.”

“Aku tidak butuh.” jawab Yogie parau. Sebelah tangannya kini sudah mengusap lembut pusat diri Elena membuat Elena semakin kewalahan dengan apa yang di lakukan Yogie.

“Gie, Astaga...”

“Suka, Elena?”

“Ahhh ya.”

“Jawab aku, apa yang kamu berikan jika aku sudah bekerja.”

“Tidak ada.” Elena menggigit bibir bawahnya ketika tiba-tiba Yogie menegakkan tubuhnya, mengangkat sebelah kaki Elena kemudian memasuki diri Elena begitu saja tanpa basa-basi lagi.

Elena mendesah panjang ketika Yogie terasa penuh di dalam dirinya. Matanya masih memejam sedangkan napasnya tidak berhenti memburu. Yogie tidak bergerak sama sekali, dan itu membuat Elena sedikit kesal.

“Kenapa kamu tidak bergerak?”

“Aku butuh jawaban.” jawab Yogie santai sambil menatap dalam-dalam wajah Elena yang memerah karena gairah.

“Brengsek!! Aku akan bercinta denganmu, apa kamu puas? Sekarang cepat gerakkan bokong sialanmu sebelu-.”

“Bukan itu yang ku mau Elena.” Yogie sedikit tersenyum saat melihat Elena tidak berdaya.

“Lalu apa?”

“Menjadi kekasihku.”

“Tidak!! Aku sudah punya Andrew.”

Rahang Yogie mengeras karena marah. “Kekasih gelapku, Elena.”

“Persetan denganmu, kamu tidak ingin bekerja? Maka aku tidak peduli!” Elena mulai marah dan Yogie tertawa.

“Bagaimana dengan ini?” Yogie menggerakkan tubuhnya sedikit demi sedikit untuk menggoda Elena dan Elena kembali mengerang, meracau tidak jelas karena kenikmatan yang menghujam pada dirinya.

“Yogie, Please..”

“Please for what?”

“Bencinta denganku, buat aku berteriak.  Astaga, kamu membunuhku.” racau Elena.

“Jawab, Ya.”

“Yogie...” Elena semakin mengerang ketika Yogie mempercepat lajunya.

“Please, say yes.” Yogie mendaratkan kembali bibirnya pada puncak payudara Elena, sedangkan yang di bawah sana semakin menggila dengan gerakan menghujam yang semakin cepat.

“Yes, yes, yes....” Elena tidak tahu apa yang baru saja di katakannya, yang ia tahu bahwa ia akan terjebak dengan soerang Yogie hanya karena ketololannya.

Yogie tersenyum di antara kedua payudara milik Elena, ia puas dengan jawaban yang di berikan Elena. Yogie lalu mempercepat lajunya, membuat Elena mengerang panjang karena pelepasannya sedangkan Yogie sendiri sibuk mengatur gairahnya sendiri. Tak lama, meledaklah ia di dalam tubuh Elena.

Yogie tersugkur ke dalam pelukan Elena. Kepalanya tersandar pada pundak wanita tersebut. Sedangkan tubuh Elena sendiri masih bersandar pada dinding.

“Kamu berat.” ucap Elena yang seketika itu juga membuat Yogie melepaskan diri dari wanita tersebut.

Yogie menatap Elena dengan tatapan penuh rasa bersalah. Sial!!! Ia benar-benar gila karena.....

“Ada apa?” tanya Elena tanpa sedikitpun rasa canggung.

“Aku, aku tidak menggunakan pengaman.”

Elena membulatkan matanya seketika. Saat mendengar jawaban dari Yogie. Sial!!! Bagaimana mungkin ia bisa bercinta tanpa pengaman dengan Yogie?

-TBC-

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status