Share

Bab 5 - Kesepakatan

Elena dan Yogie turun bersama ketika waktu sudah menunjukkan pukul dua siang. Keduanya sepakat menuju ke kafe terdekat untuk membicarakan perihal kesepakatan mereka.

Yogie sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangannya pada diri Elena. Oh sial!! Sebenarnya apa yang di lakukan wanita itu hingga membuatnya tidak bisa berpaling seperti saat ini?

“Berhenti menatapku seperti itu atau kamu akan salah memasukkan sup itu ke dalam lubang hidungmu.” Elena berkata dengan wajah datarnya.

Yogie tertawa. “Aku suka melihatmu, apa itu aneh?”

“Risih.”

“Apa yang membuatnya risih?”

Elena menatap Yogie lalu bekata. “Kamu terlihat seperti lelaki yang menginginkan seks setiap waktu, dan aku risih melihat itu.”

“Aku memang menginginkan seks setiap waktu.” jawab Yogie dengan tawa lebarnya. “Percaya atau tidak, aku sudah kembali menegang, Elena.”

Elena membulatkan matanya seketika saat mendengar bisikan Yogie. “Aku akan membatalkan kesepakatan kita kalau kamu tidak berhenti menggodaku.”

“Ayolah, kamu nggak asik.”

“Aku memang tidak asik.”

Yogie menghela napas panjang. “Oke, sekarang kita mulai kesepakatannya.”

“Kamu boleh menganggapku sebagai kekasih gelapmu saat kamu sudah benar-benar bekerja.” kata Elena dengan santai.

“Hanya itu saja? Kita tidak memiliki jadwal seks?”

Elena menganggukkan kepalanya. “Kamu boleh melakukan apapun yang kamu mau, karena aku juga membutuhkannya.”

Yogie tersentak dengan pengakuan Elena. “Kamu nggak bohong, kan? Kenapa kamu mau menjadikan dirimu sebagai hadiaah untukku? Bukankah kamu sudah memiliki Andrew?” selidik Yogie. Karena bagi Yogie ini sedikit tidak masuk akal karena Elena mau begitu saja di sentuh olehnya padahal jika di pikir-pikir wanita itu tidak memiliki keuntungan jika kesepakatan mereka terjadi.

“Bukan urusanmu, Yogie.”

“Ini menjadi urusanku, Elena. Jawab saja.”

Elena menghela napas panjang. “Karena aku butuh seks denganu, apa kamu puas?”

“Kamu tidak mendpatkannya dari Andrew? Atau, apa dia kurang memuaskanmu? Apa dia tidak memiliki ukuran yang besar?”

“Cukup Yogie?! Kamu hanya perlu tahu kalau Andrew tidak bisa memberikan apa yang ku mau, hanya itu.” Sial!! Tentu saja Andrew tidak bisa memberikan yang ia mau, Andrew hanya seorang kakak sepupu Elena yang meminta dirinya berpura-pura menjadi kekasih lelaki tersebut.

Yogie tersenyum miring. “Jadi, aku bisa memberikan apa yang kamu mau?”

Tentu saja sialan!!! umpat Elena dalam hati.

“Lupakan saja, yang terpenting, peraturannya adalah semua itu tejadi ketika kamu sudah memiliki pekerjaan. Aku hanya ingin melakukan seks di apartemenku, selalu pakai pengaman-”

“Keberatan.” Yogie menyela.

“Apa lagi?”

“Aku tidak suka pakai pengaman.” Yogie berkata dengan santai.

“Yogie, aku sudah bilang sama kamu, bukan, tentang resiko seks bebas?”

“Aku hanya bercinta dengamu, dan tidak dengan wanita lain saat kesepakatan itu terjadi.”

“Tapi bisa jadi aku bercinta dengan lelaki lain selain kamu saat kesepakatan ini terjadi, Gie.”

Rahang Yogie mengeras. Ia tidak suka kenyataan itu. “Kita akan melakukan pemeriksaan sebulan sekali jika perlu.”

“Tidak!!! Harus selalu menggunakan pengaman.”

“Terserah apa katamu.” Yogie mengalah meski sebenarnya ia sangat kesal.

“Tidak boleh mengucapkan hubungan ini di depan siapapun, tidak boleh menggunakan perasaan, dan tidak boleh mengatakan cinta dan kata-kata menggelikan lainnya.”

Yogie mengangkat sebelah alisnya. “Jika aku mengatakannya?”

“Hubungan kita berakhir.”

Yogie terdiam sebentar. “Oke, hanya itu saja?”

“Sementara hanya ini, nanti kita pikirkan yang lainnya. Dan kamu tidak perlu memiikirkan apapun kecuali mencari pekerjaan. Kalau kamu tidak mendpatkan pekerjaan dalam jangka waktu satu bulan, tidak akan ada kesepakatan di antara kita.”

Yogie tertawa lebar. “Tenang saja Honey, aku akan mengubungimu dua minggu setelah hari ini, dan kamu akan terkejut denngan apa yang aku lakukan saat itu.”

“Oh ya? Kamu terlalu percaya diri.” Yogie hanya membalas ucapan Elena dengan tawa lebarnya.

*** 

Well, terimakasih sudah mengantarku sampai sini.” ucap Elena sambil melepaskan helm yang di kenakannya. Saat ini mereka berdua sudah berada di basement apartemen Elena.

“Kamu tidak mengajakku masuk?”

“Tidak! Aku sibuk, cepat pulang sana.”

Yogie tersenyum lembut. Ia kembali mengusap lembut pipi Elena dengan jemarinya. “Bolehkah aku meminta ciuman perpisahan?”

“Tidak!” tolak Elena. Elena tentu ingat ciuman perpisahan yang di berikan Yogie pagi itu dan membuatnya bingung karena perasaan aneh sepanjang siang.

“Oke, nggak masalah. Tunggu aku dua minggu lagi.” Yogie berkata dengan suara seraknya.

“Kita lihat saja nanti.”

Yogie tersenyum kemudian menyalakan kembali motornya lalu melaju begitu saja meninggalkan Elena yang terpaku menatap kepergiannya.

Elena mengusap dadanya yang kembali berdetak cepat. Kemudian ia mengusap pipinya, tempat jemari Yogie membelainya lembut. Ahhh rasanya sangat aneh, Elena tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumya, dan bagaimana mungkin Yogie dapat membangkitkan perasaan aneh pada dirinya seperti sekarang ini?

***  

Dua minggu kemudian...

Elena memijit pelipisnya yang terasa berdenyut nyeri. Banyak sekali persoalan perusahaan ayahnya yang harus ia seleseikan ketika kesehataan ayahnya kini sedang mengalami penurunan.

Elena adalah anak tunggal dari keluarga Pradipta, mau tidak mau Elena harus menjadi pewaris tunggal semua aset milik Pradipta Group. Dan Pradipta Group bukanlah perusahaan kecil. Banyak sekali yang harus Elena lakukan untuk menjadikan perusahaan keluarganya lebih baik lagi dari sebelumnya.

Dan memikirkan Yogie bukanlah salah satunya.

Astaga, Elena merutuki dirinya sendiri saat ia kembali teringat lagi dan lagi oleh sosok Yogie. Sosok yang entah kenapa membuatnya menjadi bukan dirinya sendiri. Sebenarnya apa yang di lakukan lelaki itu padanya?

Ketukan pintu ruangannya membuat Elena tersadar dari lamunannya. “Masuk.” ucap Elena datar. Dan kemudian ekspresi datar dari wajah Elena tesebut berubah menjadi ekspresi shock ketika melihat siapa seorang yang masuk ke dalam ruangannya.

Lelaki itu mengenakan kemeja putih yang tampak pas di tubuh tegapnya. Mengenakan dasi berwarna hitam. Wajahnya tampak sangat tampan dengan tatanan rambut rapi tapi sedikit berantakan, senyumannya sarat akan kelicikan, dan kini lelaki itu sedang berjalan pelan menuju ke arahnya.

Itu Yogie Patama, si bajingan tengik, si maniak seks, dan juga si lelaki yang dua minggu terakhir selalu berada di kepalanya....

Untuk apa dia ke sini?

“Ibu Elena, saya di perintahkan pak Roy, atasan saya untuk mengantarkan berkas-berkas ini.” Ucap Yogie penuh penekanan.

“Pak Roy? Atasan kamu?”

Elena melirik tag name yang ternyata sejak tadi sudah tergelantung di leher Yogie.

“Kamu, kamu kerja di sini?”

Yogie tersenyum “Ya, secara teknis sejak kemarin, saya sudah resmi menjadi salah satu karyawan Pradipta Grup.”

Elena kembali membulatkan matanya seketika.

“Kamu tampak shock, kenapa? Kamu takut kalau tiba-tiba aku menginginkanmu saat ini juga di ruang kerjamu?”

“Singkirkan pikiran mesummu Yogie, kamu tidak akan pernah mendapatkan hal itu.”

Yogie menaruh sembarangan berkas-berkas yang tadi di bawanya di meja Elena, kemudian ia berjalan cepat menuju ke arah Elena, menarik wanita tersebut hingga berdiri tepat di hadapannya kemudian tanpa basa-basi lagi menyambar bibir Elena dengan ciuman panasnya.

Yogie menarik tubuh Elena hingga menempel sepenuhnya pada tubuhnya. Pangkal pahanya kembali berdenyut nyeri karena menginginkan sebuah pelepasan.

Elena meremas kemeja yang menempel pada dada bidang Yogie. Oh, lelaki ini benar-benar sangat menggairahkan, membuat Elena selalu di bayangi pikiran-pikiran erotis ketika berada di dekat lelaki ini.

Yogie melepaskan pagutannya, kemudian dengan napas terengah ia berbisik serak pada Elena.

“Aku ingin memasukimu saat ini juga.”         

Elena membulatkan matanya seketika. Yogie gila!!! Dan astaga, bagaimana mungkin ia menjadi sama gilanya dengan Yogie karena saat ini ia menginginkan hal yang sama dengan lelaki tersebut?

-TBC-

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tyma Gouveia
Ceritanya sangat bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status