Share

BAB II

Setelah Amel membawa Maria keluar dari gedung mewah tempat pernikahan mantan Maria yang sekarang sudah sangat dibenci oleh Maria, mereka langsung menuju mobil mewah keluaran merk terbaru milik Maria.

Mobil ini merupakan hadiah ulang tahun Maria yang dibelikan oleh papa Maria seminggu sebelum papanya meninggal. Mobil ini merupakan hadiah terakhir untuk Maria sebelum Papanya pergi meninggalkan dia untuk selama-lamanya. 

Di dalam mobil sudah menunggu sopir pribadi Maria dengan senyuman di wajahnya yang mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan, yaitu pak Heri.

Pak Heri sudah bertahun-tahun ikut bekerja dengan keluarga Maria. Pak Heri juga merupakan orang kepercayaan papa Maria yang bertugas untuk antar dan jemput Maria kemanapun Maria pergi.

Pak Heri sangat setia, bahkan sepeninggalan papa Maria juga pak Heri masih tetap bertahan dengan Maria, sehingga Maria sudah menggangap pak Heri seperti keluarga sendiri. 

Dari dalam gedung tampak Reyhan mengikuti kepergian Maria dengan tatapan matanya. Dari tatapannya ada kesedihan yang tidak bisa dia ceritakan. Dia sekarang sangat yakin bahwa wanita yang pernah mencintai dirinya itu dengan setulus hati sudah sangat membencinya, tidak ada lagi sedikit pun rasa cinta terdengar dari nada bicara Maria tadi.

Sebenarnya tadi sewaktu para tamu bisik-bisik tentang Maria, yang membuat gadis itu hampir marah, jauh di dalam hati Reyhan sangat ingin membawa Maria pergi dari ruangan ini untuk menenangkan Maria dan pergi meninggalkan pernikahan yang tidak pernah dia harapkan ini. Tapi itu tidak mungkin dia lakukan, dia tidak ingin membuat mama papanya sedih dan mencoreng nama keluarga besarnya. 

"Seandainya kamu tau apa yang sebenarnya terjadi di balik semua ini Maria, mungkin kamu tidak sebenci ini denganku, sekarang hanya kebencian yang kulihat di matamu. Aku rindu tatapan hangatmu." guman Reyhan pelan.

Tidak ada yang dengar bisikan Reyhan itu. Karena di dalam gedung sangat ramai disertai musik yang terus mengalun.

Keramaian di gedung ini tidak sama dengan isi hati Reyhan yang kosong. Dia ingin cepat-cepat pesta ini berakhir. Dia ingin merebahkan badan dan menenangkan hati dan pikirannya. Dia udah muak dengan keramaian ini. 

"Sayang, kok melamun. Sapa dong tamu kita yang baru datang ini." Cubitan kecil dan suara manja dari istri barunya berhasil membuyarkan lamunan Reyhan. Reyhan buru-buru mengulurkan tangannya. 

"Selamat pak Reyhan, kalian benar-benar pasangan yang sangat cocok. Pengantin prianya sangat tampan dan pengantin wanitanya tidak kalah cantik. Saya iri pak Rey. Pasti nanti anak-anak kalian menjadi calon bibit-bibit unggul. Buat yang banyak ya pak Rey." Canda tamunya itu. 

Reyhan hanya tersenyum tipis dan mengucapkan terima kasih untuk godaan tamunya. Sedangkan istrinya senyum-senyum senang mendengar pujian dari tamu mereka itu. 

Semakin sore tamu semakin banyak datang, gedung itu semakin penuh. Minuman dan makanan mahal pun entah sudah berapa kali berganti. Maklum, keluarga mempelai merupakan orang terpandang yang memiliki banyak saham di negara ini. Dan Reyhan serta istrinya juga merupakan anak tunggal. Yang artinya, semua harta kekayaan akan jatuh ke tangan mereka berdua. 

Banyak para tamu yang datang hanya untuk cari muka dari keluarga besar ini, supaya keluarga ini mau bekerja sama dalam pekerjaan, atau menanamkan modal di perusahaan mereka dan Reyhan sangat paham akan hal itu. Karena Reyhan juga sudah lama ikut ke dalam dunia bisnis. Jarang ada orang yang berbuat baik kalau tidak ada maksud apa-apa di belakang kebaikan mereka. 

"Sayang, aku capek dari tadi berdiri terus." rengek istrinya yang berhasil membuyarkan lamunannya lagi. 

"Sabar Aila." jawab Reyhan dengan nada dingin. 

"Kamu gak kasian liat anak kita yang di dalam perut aku ini?"

Istri Reyhan yang bernama Aila itu mencoba mencari perhatian Reyhan lagi. Dia ingin Reyhan lebih memanjakan dia lagi. Dari tadi sebelum acara di mulai sampai sekarang Aila melihat Reyhan cuek dan tidak memperhatikan Aila. Reyhan hanya sibuk dengan pikiran dan lamunannya. Aila tau bahwa Reyhan pasti sedang memikirkan Maria, dan Aila juga tau seberapa besar cinta Reyhan terhadap Maria. Dan Aila ingin merebut itu semua. Aila tidak ingin usahanya selama ini untuk mendapatkan Reyhan sia-sia hanya karena hati dan pikiran Reyhan masih dengan Maria. 

Reyhan menarik nafas panjang dan menghembuskannya lagi. Dia tidak ingin berdebat lebih lama lagi dengan Aila. Dia memegang lengan Aila dan membantu istri barunya itu mengangkat gaun panjang yang mewah itu supaya Aila bisa duduk dengan nyaman. 

"Makasih sayang.."

Aila langsung menyandarkan kepalanya ke atas lengan Reyhan dengan gerakan genit dan manja. Dia senang Reyhan menuruti kemauannya.

Tamu yang melihat kemesraan mereka itu melihat dengan tatapan iri. Mereka berpikir pasangan ini benar-benar beruntung.

Orang tua Aila juga nampak bahagia melihat senyum cerah di wajah Putri semata wayangnya itu. Mereka tau perjuangan Aila untuk mendapatkan Reyhan seperti apa. Sementara mama dan papa Reyhan hanya menatap anak mereka itu dengan iba, tatapan mereka mengatakan kalau mereka merasa bersalah. Mereka mengorbankan kebahagiaan anak mereka untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka tau betapa besar Cinta putra mereka itu kepada Maria.

Musik yang terus mengalun membuat semua orang di dalam gedung itu hanyut di dalam pikiran masing-masing. 

Sementara itu di dalam mobil mewah milik Maria tidak ada terdengar suara.

Tadi setelah Maria dan pak Heri mengantarkan Amel pulang, mereka langsung bermaksud untuk pulang juga.

Sebenarnya tadi Amel sudah ajak Maria pergi jalan-jalan sekedar untuk cari angin ke luar. Atau belanja ke mall, karena biasanya cewek kalau lagi banyak pikiran pasti senang diajak belanja. Tapi Maria menolak ajakan Amel, lagian semua barang sudah dimiliki oleh Maria. Maria juga bilang kepada Amel kalau dia ingin segera istirahat dan rebahan. Amel hanya mengangguk atas keputusan sahabatnya itu. Maria memang orang  yang keras kepala, sekali dia bilang tidak maka tidak akan pernah berubah menjadi iya.  Jadi lebih baik Amel mengalah saja. 

Dari balik kaca pak Heri melihat wajah nona mudanya itu.

Wajah Maria tampak lesu, dan kelihatan banyak pikiran, Maria hanya menatap ke luar kaca dengan tatapan kosong. Pak Heri tidak tau apa yang sedang dipikirkan oleh Maria. Pak Heri tidak berani bertanya macam-macam tentang apa yang terjadi di pesta tadi. Pak Heri memilih diam juga. Sebenarnya dia kasihan melihat nona mudanya yang di kasih cobaan secara bertubi-tubi.

Sebenarnya tadi pak Heri dan bi Minah seorang asisten rumah tangga Maria sudah berusaha melarang Maria pergi menghadiri pesta pernikahan Reyhan.

Tapi Maria bersikeras untuk pergi dan mengatakan semua akan baik-baik saja. Maria janji akan menahan diri di sana. Pak Heri dan bi Minah akhirnya mengijinkan Maria pergi walaupun dengan berat hati. Bagaimanapun sekarang hanya mereka yang dimiliki oleh maria, mereka juga berjanji tidak akan meninggalkan Maria sendirian. Mereka sudah menganggap Maria sebagai Putri mereka juga. 

Bersambung..  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status